6. Would you be mine?

1.1K 134 55
                                    


👑👑👑

"Gila lu!?" Maki suara yang kini mulutnya didekap oleh yang tadi ia katai kurang waras.

"Shhhht!" Desis bibir yang kini mendekatkan wajah mereka.

"Anjir mimpi apa gue semalam denger beginian." Yuni kembali membuka suara setelah dekapan pada mulutnya lepas, menyisakan tatapan lemas oleh yang didepannya kini.

"Bukannya lu bilang tuan tanah lu galak ya?" Tambah gadis dengan wajah cantik nyaris sempurna itu.

"Daripada gue pulang lagi ke rumah bokap gue? Ini jalan satu-satunya dan yang paling aman." Keluh Catur lagi membuka suara setelah mencatat absensi pada map absen di dekat mesin es krim.

"Nekat sih lu!" Ujar yang kini masih membersihkan area kopi karena tadi baru selesai membuat satu espresso.

Catur tak langsung menanggapi dan kembali berfikir kemudian menjawab,
"Dia sih yang nekat."

"Kok gitu?"

"Jadi, dia bakal layar Sabtu ini. Terus baliknya itu 3 bulan lagi. Gue boleh tinggal di rumah itu, tapi statusnya bukan penyewa tapi ya," agak ragu catur meneruskan kalimatnya.

"istrinya."

"Jadi lu bakal-" omongan Yuni kini menuju ke arah lebih dewasa karena membuat lubang dengan telunjuk dan jempol memasukkannya ke jari telunjuk yang lain.

"Ihh ya ga lah."

"Apaan ini emangnya?"

"Begituan kan?

"Gituan, apaan?"

"Bikin bayi?"

"Kawin ini maksudnya, pake cincin."

"Ah elu kawin cincinnya di jari manis. Bukan itu."

"Lu kan kawinnya dipaksa keadaan kek jaman dinasti, jadi cincinnya ditelunjuk."

"Elu mah becanda mulu."

"Lagian, Mas Dwi bilang, ini cuman sementara. Gue secara hukum masih dibawah KK bapak tiri gue. Mungkin dengan nikah dan secara hukum punya suami gue bisa menghindar dari bapak tiri gue sekaligus punya tempat tinggal."

"Terus untungnya buat dia apa?"

"Hmmm. Gue ga yakin sih. Tapi dia minta gue jagain rumah itu biar kakaknya ga dateng ke sana lagi."

"Lu aja ga yakin. Tihati lu ntar diapa-apain."

"Ga bakal. Dia juga bakal pergi Sabtu ini. Gue udah lihat surat tugasnya."

"Semoga bener deh. Oh iya terus Mas Kun, gimana?"

"Oh iya Mas Kun. Gue bilang apa yah ke dia?" Saking cepatnya prosesi perjanjian mereka soal ikut nikah massal, Catur sampai lupa dengan kakaknya yang sedang merantau itu.

"Ya kagak tau. Itu kan urusan elu. Yang kawin elu masa gue yang ikut pusing." Mendengar jawaban Yuni yang tidak membantu, akhirnya Catur pun mengirim pesan ke keluarga kandung satu-satunya yang tersisa.

Tengah sibuk dengan gawainya, gadis itu tidak sadar jika seseorang yang seharusnya ia tunggu 5 menit lalu kini sudah masuk ke dalam kafe.

"Tur, lakik lu." Fokus Catur pecah saat Yuni menegurnya.

"Shhht! Belum ah." Tegur Catur agar Yuni berhenti bercanda.

Tubuh tegap itu kini sudah berada di depan pembatas dapur dan jalur orang berjalan.

"Bukannya udah selesai shift nya?" Tanpa basa-basi Dwi langsung bertanya pada yang kini memperbaiki bando di rambutnya.

"Iya ini baru mau pamit." Jawab Catur membuat Dwi berbalik dan berjalan menuju salah satu kursi tunggu take away. 

24.3 Jenselle AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang