Rosé and Moon

224 115 51
                                    

͜✩ Jangan lupa buat komen, sekalian klik tombol bintangnya ya! Vote gratis kokk.
Don't do a plagiarism, i knew that your brain were better than me.

Happy Reading!

.

.

.

Seketika ruangan menjadi lengang. Semua orang di ruangan ini melongo. Mereka menatapku dengan tatapan tidak percaya.

"Kau serius, Thalia?" Fort bertanya padaku sekali lagi. Aku mengangguk mantap. Kedua kakak laki-lakiku mengusap wajah mereka.

Lima menit lalu Papa bertanya apa keinginanku. Papa sengaja belum memberiku hadiah, agar aku bisa memintanya secara langsung. Aku hanya menjawabnya dengan spontan dan jujur.

"Di antara banyaknya hal yang bisa kau minta, kenapa harus tatto, Thalia?" Mier bertanya heran padaku.

"Memang kenapa? Kalian masing-masing juga memiliki tatto."

"Tapi kau perempuan, Thalia." Kini Fort yang mengomel.

"Lalu aku akan terlihat seperti berandalan? Lalu Mama? Mama juga punya, kok." Aku menunjuk mama dengan bola mataku.

"Darimana kau tahu?"

"Papa, di punggung sebelah kanannya ada sebuah tattoo dengan gambar mahkota raja. Artinya, Papa adalah pemimpin dari keluarga ini," Kataku sambil menunjuk Papa.

"Mama, di dada kirinya, tepat di bagian jantung, tergambar sebuah tetesan darah. Artinya, Mama adalah darah dari kita semua. Tanpa Mama, kita tak akan pernah bisa hidup." Aku gantian menunjuk Mama.

"Kau, Fort. Di telapak kaki kirimu ada tatto dengan gambar duri. Artinya, setiap langkah yabg kau ambil, pasti akan selalu ada resikonya, tertusuk duri betulan, misalnya." Aku menunjuk Fort, lalu menunjuk Mier. "Lalu kau, Mier. Sebuah gambar neraca tercetak jelas di bahumu. Hal itu menggambarkan bahwa kau harus berbuat adil pada siapapun. Mau kau, ataupun saudaramu."

Mereka semua tercengang.

"Lalu, bolehkah aku juga punya?" Tanyaku pada mereka.

Papa terlihat memijat-mijat keningnya, lalu menghela napas. "Kau mau?"

"Iya," Aku mengangguk.

"Baiklah, kau boleh memilikinya," kata Papa.

Aku bersorak dan mengepalkan tangan, yes!

"Tapi Pa, Thalia masih terlalu dini untuk memiliki tatto," Fort merengut. Ia tidak terima jika aku memiliki tattoo sekarang.

"Ini hari ulang tahunku, aku sudah 20 tahun sekarang, Fort." Aku meninju bahu kirinya.

Fort menghela napas. Papa tersenyum.

***

Aku memperhatikan kunci perak yang tadi Mama berikan padaku. Aku masih berpikir, ini kunci untuk ruangan mana?

Tok, tok, tok!

Pintu kamarku diketuk dari luar.

"Masuk!" Aku berseru menyuruh orang itu masuk ke dalam kamar.

Lengang. Tidak ada balasan dari luar. Aku mengerutkan dahi. Ah, aku saja yang membuka pintu kamarnya.

Kosong. Tidak ada seorang pun yang berdiri di depan pintu kamarku. Hanya sebuah boneka kucing berukuran sedang tergeletak di lantai. Warnanya hitam putih, dengan pita merah di lehernya. Sebuah kartu ucapan terselip di pitanya. Aku mengambil boneka itu. Kartu yang terselip hanya berisi ucapan dan segala macam harapan untukku. Aku menaruhnya di atas sofaku.

[✓] DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang