Revenge

129 65 33
                                    

͜✩ Jangan lupa buat komen, sekalian klik tombol bintangnya ya! Vote gratis kokk.
Don't do a plagiarism, i knew that your brain were better than me.

Happy Reading!

.

.

.

4 Juli 2023, Beijing.

Matahari sudah tiga perempat tenggelam di kaki langit. Langit yang sudah berubah oranye berangsur-angsur gelap, dan angkasa menjadi temaram, membuat semua lampu yang ada di jalan menyala terang.

Mobil truk berjalan cepat di belakang mobil Jeep. Keadaan di dalam hening, tidak ada percakapan. Suara mesin mobil melahap jalanan yang tetap selalu ramai. Jantungku berdebar kencang, rasanya menjadi tegang.

Tiba-tiba mobil Jeep di depan berhenti, truk ikut berhenti. Di depan sana ada sebuah gedung besar dengan penerangan yang sedikit remang-remang. Gerbangnya berdiri setinggi tiga meter. Jarak truk dengan mobil Jeep yang ditumpangi oleh tim 1 berjarak sekitar dua meter. Aku, tim 2, berada di truk bersama seorang supir -pengawal Triegor. Di container box ada beberapa tumpuk kotak makanan yang sengaja disiapkan untuk para pekerja di gudang narkoba.

Kulihat dari kaca truk, Jièfu turun dari mobil Jeep. Di tangannya ia membawa secarik kertas berisi surat izin kepala perusahaan palsu. Kemarin malam Jièfu merubahnya menjadi surat izin pengecekan pasokan barang, lengkap dengan tanggal, tempat, nama bahkan cap serta tanda tangan kepala perusahaan. Entah bagaimana cara Jièfu membuat replika dokumen itu, tapi hasilnya benar-benar seperti surat asli.

Jantungku berdegup jauh lebih keras lagi dibandingkan dengan tadi. Jièfu sudah bergerak, ia memberikan kertas surat izin palsu itu kepada penjaga gerbang. Penjaga itu hanya membaca sekilas, lalu mempersilakan Jièfu untuk masuk. Jièfu mengangguk, lalu berbalik setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih.

Detak jantungku masih belum normal. Ini baru penjaga gerbang, belum penjaga pintu masuk gudangnya.

Setelah Jièfu kembali masuk ke dalam mobil jeep, gerbang masuk terbuka. Mobil Jeep kembali menyalakan mesinnya, lalu berjalan pelan masuk ke kawasan gudang. Seseorang menghentikan mobil jeep dengan tangannya. Mobil kembali mengerem, berhenti di tempat.

Jièfu turun untuk kedua kalinya. Ia masih menggenggam surat izin palsu itu. Jièfu mendekat ke arah sang penjaga, menyerahkan kertas itu. Aku menahan napas, takut-takut ketahuan kalau itu palsu, dan rencana ku akan gagal.

Satu menit dimakan lengang dan tegang, akhirnya si penjaga itu menganggukkan kepalanya. Yes! Aku berseru dalam hati. Kami lolos.

Jièfu belum selesai berbicara dengannya. Dia mengucapkan beberapa kalimat sambil bergantian menunjuk ke arah truk kami dan gudang narkoba itu. Penjaga itu hanya mengangguk hikmat, mengiyakan ucapan-ucapan dari Jièfu. Setelah Jièfu selesai berbicara, penjaga pintu gudang itu berbalik badan, mendekati temannya. Aku mengawasi gerak-gerik mereka lewat kaca truk. Kedua penjaga itu saling mengangguk, lalu mereka berpencar mendekati para pekerja dan penjaga yang lain. Kurasa mereka saling memberi tahu bahwa mereka semua harus pulang malam ini.

Lima menit, beberapa orang mulai berdatangan mendekati truk yang kutumpangi. Aku bersitatap dengan Vezeella dan Laureen, lalu mengangguk memberi aba-aba. Aku membenarkan posisi topi hijau yang kupakai di kepalaku. Kami bertiga turun, keluar dari truk. Aku berjalan mendekati pintu kontainer, lalu tanganku bergerak membuka kuncinya. Kutarik gagang pintu kontainer, lalu kubuka lebar-lebar pintu itu. Puluhan tumpuk kotak makanan terpampang berjejer rapi di box container.

[✓] DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang