͜✩ Jangan lupa buat komen, sekalian klik tombol bintangnya ya! Vote gratis kokk.
Don't do a plagiarism, i knew that your brain were better than me.Happy Reading!
.
.
.
Aku menggeret koperku di bandara. Bandara Charles De Gaulle selalu sama. Tetap ramai dan tidak pernah sepi. Kacamata hias menggantung di batang hidungku. Bingkainya tipis, kacanya bening tanpa silinder dan minus. Aku mengenakan masker hitam dengan jaket kulit hitam. Kakiku melangkah pasti, berjalan dengan cepat diantara lalu-lalangnya orang.
Rambut pendekku kuikat, sekarang sudah mulai panjang menyentuh pundak. Poniku kubiarkan terbelah di samping kanan kiri dahi.
Aku sudah kembali ke Perancis, tempat tinggalku. Aku kembali berlima, bersama Nakhun, Ten, Bailey dan Laureen. Pintu kaca bandara terbuka otomatis, aku berjalan melewatinya. Di parkiran sudah ada sebuah mobil sedan yang menunggu kami. Supir yang berada di dalam keluar, membukakan pintu untuk kami masuk. Supir itu mengambil koper yang berada di tanganku, membawanya masuk ke dalam bagasi. Aku duduk di kursi paling depan, di sebelah supir. Empat lainnya duduk di belakang.
Mobil melaju keluar area Aéroport Paris-Charles de Gaulle. Kami menuju kembali ke rumah, lalu beristirahat untuk beberapa saat.
Ah, aku belum menceritakan bagaimana aku kembali dari Beijing.
Kemarin setelah Vezeella melempar pemantiknya, aku berbalik pergi mendekati mobil Jeep. Semua anggota timku sempat menatap ngeri api yang berkobar-kobar di gudang itu. Aku masih berjalan santai, tanpa mempedulikan apapun.
Mobil Jeep kosong, tidak ada supir ataupun pengawal. Selama perjalanan menuju kesini, Jièfu lah yang mengemudikannya. Aku membuka pintu mobil, masuk duluan ke dalam. Mobil Jeep ini muat untuk sekitar enam sampai delapan orang. Dua di depan, dua di tengah, dan empat di belakang. Jièfu masuk paling akhir, ia menyalakan mesin mobil.
Roda mobil berputar, siap meninggalkan gudang yang sedang terbakar. Mobil melesat, dengan cepat tiba di jalan raya. Hembusan napas terdengar berkali-kali dari belakang. Aku melihat mereka dari kaca dasbor, Bailey mengusap-usap keningnya.
"Tidakkah tindakanmu tadi terlalu kejam, Thalia?" Bailey berbicara dengan nada protes.
Aku memutar bola mata jengah. "Yang kutahu Ayahmu bahkan lebih kejam dariku. Kau tidak menganggapnya mengerikan?"
"Oh ayolah, He's a man, buddy. But you're just a girl, agak psikopat melihatmu seperti itu." Bailey menghela napas.
"Lalu, membelah tubuh musuh demi mencari chip itu bukan psikopat?" Aku membalikkan perkataan Bailey. Bailey memejamkan mata, ia menyerah.
Baron Dé Triegor. Seorang Pria berumur 48 tahun itu sempat menjadi seorang pembunuh mengerikan saat umurnya masih muda. Paman Baron, ia bahkan sanggup meminum darah musuhnya. Aku tidak heran, karena Kakek Gill juga seperti itu.
"Kehidupan mafia tidak sederhana, Bailey, kau tahu itu. Yang dipikirkan oleh orang-orang hanyalah soal bebas membentak bos, tak pernah ketakutan ditagih hutang, hidup senang dan cuma minum wine mahal, makan malam mewah, dandan habis-habisan, terus menerus menghitung uang dan balas dendam sesekali waktu. Kau sudah 23 tahun hidup di dalam keluarga ini, Bailey. Harusnya kau lebih tahu." Aku beralih fokus menatap kaca mobil.
"Xiè Yuang Ho, dia berkali-kali melakukan percobaan pembunuhan terhadap keluarga kita. He's tried to kill Papa, He's tried to kill me, to kill Nakhun, and destroy us. He deserve it, Bailey. Dia pantas mendapatkan itu." Aku mendesis di akhir kalimat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Daughter
Novela JuvenilHidup dengan tanda tanya di setiap sudut kepala. Jawaban untuk semua tanda tanyaku terlalu jauh. Harus kupertaruhkan nyawaku untuk mendapatkan setiap jawaban. Keluarga, senjata api, uang, pertumpahan darah, dan pertemanan. Kupanjat semua tebing yang...