War II

99 29 9
                                    

͜✩ Jangan lupa buat komen, sekalian klik tombol bintangnya ya! Vote gratis kokk.
Don't do a plagiarism, i knew that your brain were better than me.

Happy Reading!

.

.

.

Pertempuran semakin terasa sengit. Darah sudah tumpah kemana-mana. Belasan mayat bergelimpangan, suara tembakan masih terdengar susul menyusul. Aku menyeka peluh di dahi. Tenagaku sudah mulai terkuras, sedangkan pasukan Louise tidak ada habis-habisnya.

Fort yang tadinya fokus menyerang para musuh yang berada di dekat pintu, kini berlari merapat mendekatiku. Fort masih mengatupkan rahangnya, berusaha semaksimal mungkin untuk bertahan.

"Apa yang baru saja terjadi, Thalia?" Fort berseru di sampingku, berusaha melawan kerasnya suara tembakan.

"Aku tidak tahu, tiba-tiba saja Tuan Louise dan antek-antek dari M&K co. menyerang kami seusai makan siang. Triegor dan Alkaero sama sekali tidak melakukan pergerakan yang bertindak menyerang, belum selesai makanan penutup kami habis, segerombolan orang berbaju hitam-hitam datang menyerbu." Aku menjelaskan situasi dengan cepat. Fort hanya mengangguk kecil.

"Ada yang terluka? Atau hilang?"

"Laureen! Laureen menghilang, Fort! Ia hilang sebelum dessert-dessert tipuan itu datang. Ia pergi ke toilet katanya, namun tak kunjung kembali." Aku langsung teringat Laureen lagi.

"God..." Fort bergumam pelan. Tangannya masih cekatan bergerak menembakkan peluru.

Napasku menderu kencang, jantungku mulai berdetak tidak normal. Adrenalinku terpacu, situasi semakin genting. Aku kewalahan, peluruku hampir habis. Aku tidak membawa amo cadangan.

"Thalia, pergilah kabur bersama Ten! Pergi lewat pintu belakang, di depan banyak yang mengepung!" Fort berseru padaku.

Aku mengerutkan dahi. "Lalu bagaimana dengan yang lain?"

"Pergilah! Aku akan mengurus semuanya. Cari Laureen, boleh jadi ia sedang di sekap. Selamatkan dia!" pekik Fort.

"TEN!" Fort berteriak.

Ten yang sedang adu tinju dengan pihak musuh menoleh. Ia yang paham sedang dipanggil langsung menangkap tangan kiri musuh, menekuk tangan musuh itu kebelakang panggung, lalu membantingnya ke lantai. Pria yang melawan Ten K.O, Ten menggunakan jurus taekwondo-nya. Ten langsung berlari mendekati Fort.

"Pergilah bersama Thalia, kabur lewat pintu belakang. Para pengawal Triegor berjaga di sana, setidaknya lebih aman daripada lewat pintu depan," titah Fort. Ten mengangguk, ia langsung berdiri di sebelahku. 

Fort melempar sebuah kunci dengan keychain berwarna merah. Aku menangkapnya dengan tangkas. Aku menggenggam erat-erat kunci itu.

Aku sudah bersiap untuk pergi, aku melihat celah terbuka di pintu belakang. Namun saat aku berlari ke sana, bukannya mengikutiku, Ten malah justru berlari mendekati Nakhun. Aku mengernyitkan dahi, menatap mereka dari jauh.

"Tuan Nakhun," panggilnya.

Nakhun tidak menjawab, sebagai gantinya ia mengangkat sebelah alisnya.

"Jikalau aku sudah tidak sanggup lagi, tolong jaga Nona Thalia untukku. Aku tahu Tuan mencintainya dengan amat sangat, begitu juga dengan aku." Ten berbisik di telinga Nakhun. Nakhun tersenyum, ia mengangguk.

"Tak perlu kau minta, aku akan menjaganya. Jaga dia hingga darah penghabisanmu, aku percaya itu." Nakhun memegang pundak Ten dengan erat. Ten mengangguk, lalu segera berlari menuju ke arahku.

[✓] DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang