Stabbed

241 110 30
                                    

͜✩ Jangan lupa buat komen, sekalian klik tombol bintangnya ya! Vote gratis kokk.
Don't do a plagiarism, i know that your brain were better than me.

Happy Reading!

.

.

.

Aku menggigit potongan apel yang baru kubelah. Apel merah yang baru dipetik oleh petani rasanya manis sekali, jauh lebih manis daripada yang ada di supermarket. Kadar airnya jauh lebih banyak, rasa segarnya berbeda sekali.

Aku makan satu buah apel di depan televisi, film Spongebob menemani pagiku. Isinya aneh, aku tidak paham apa yang mereka bicarakan. Yang kulakukan hanya tertawa saat Spongebob dan Patrick berulah konyol. Tayangan pagi memang lebih seru dibandingkan siang-siang. Boleh jadi agar anak-anak semangat bangun pagi walau dimulai dengan nonton tv, setidaknya mereka tidak malas-malasan bangun hingga siang hari.

"Nona Thalia!" Seseorang memanggil pelan namaku dari luar pintu. Aku beranjak, membuka pintu kamarku.

Kulihat Ten membawa nampan berisi jus stroberi kesukaanku, dengan sepiring salad sayur.

"Tumben Kau yang membawanya, ada apa?" Aku mengangkat sebelah alisku.

"Aku hanya disuruh oleh Tuan Mike untuk membawakan ini, Nona," kata Ten sambil masuk ke dalam setelah sebelumnya bilang permisi.

Ten meletakkan nampan kayu itu di meja, di sebelah apel-apel yang sudah kupotong.

"Terima kasih," kataku.

"Ah ya, Nona. Tuan Mike bilang untuk datang ke ruang rapat jam sembilan pagi nanti, jangan terlambat."

Ten kembali berdiri tegap setelah meletakkan nampan. Ia membenarkan jas hitamnya. Aku mendekat ke arah meja, mengambil lagi dua potong apel.

"Baiklah, bilang aku akan ke sana nanti." Aku memberikan sepotong apel di tanganku pada Ten, ia menerimanya.

"Baik, Nona. Terima kasih," Ten membungkuk.

Aku menepuk pundaknya, "Jangan membungkuk padaku, bersikap biasa saja."

Ten kembali menegakkan badannya, ia mengangguk, lalu berbalik untuk pergi keluar. Aku teringat sesuatu, lalu sontak menahan tangannya.

"Ten, aku ingin bertanya sesuatu," kataku. Ten mengangkat sebelah alis sebagai gantinya.

"Kau... Kau tahu siapa itu Niella Dé Triegor?" Aku bertanya ragu-ragu.

Ten membuka matanya lebih lebar. "Dari mana Nona tahu tentang mendiang Nona Niella?"

"Eh? Aku hanya pernah dengar." Aku heran dengan reaksi Ten. Ia seperti terkejut, seolah tak percaya aku menyebut nama Niella.

"Sebenarnya, hal ini sangat disembunyikan oleh Tuan Mike. Bahkan Nyonya Natta tidak tahu, ia sama sekali tidak ingat apa-apa," ucap Ten.

"Tidak ingat? Kenapa disembunyikan?" Aku mengernyitkan dahi.

"Itu, sebenarnya... Tuan Mike dan Nyonya Natta memiliki sepasang anak kembar, perempuan. Mendiang Nona Niella lah salah satunya. Namun karena suatu alasan, Nona Niella meninggal beberapa jam setelah lahir karena gagal jantung, ia tidak berhasil diselamatkan. Katanya Nyonya Natta syok begitu mengetahuinya. Ia menganggap kedua putrinya sudah meninggal, dan akibatnya ia hilang sebagian ingatannya. Hanya itu yang kutahu," ulas Ten.

"Saudaranya yang lain bagaimana?" Aku bersikeras untuk bertanya lagi.

"Saudaranya dirawat oleh keluarga lain. Tidak ada yang tahu oleh siapa ia dirawat, hanya Tuan Mike yang tahu."

[✓] DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang