Chase

144 87 11
                                    

͜✩ Jangan lupa buat komen, sekalian klik tombol bintangnya ya! Vote gratis kokk.
Don't do a plagiarism, i know that your brain were better than me.

Happy Reading!

.

.

.

Gerbang besi setinggi 5 meter terbuka, mempersilakan mobil sedan masuk ke dalam kawasan rumah. Dua bangunan kecil berdiri di samping kanan dan kiri. Sebelah kanan taman, dan sebelah kiri sebuah kuil ibadah berukuran kecil. Cukup untuk enam sampai sepuluh orang. Sejauh tiga meter si tengah, berdiri tegak sebuah bangunan besar, bisa dibilang tiga kali lebih besar dari kuil di sebelah kiri tadi.

Puluhan pengawal dengan baju kasual bebas berjejer di sekitar rumah. Masing-masing dari mereka mengantongi pistol Glock 17 . Wajah mereka semua sangar, tidak ada satupun yang bermuka ramah. Mereka hanya menundukkan kepala begitu mobil yang kunaiki masuk ke dalam wilayah rumah, mereka tidak membungkukkan badan sebagaimana para pengawal Triegor lakukan.

Mobil sedan hitam berhenti di depan pintu masuk rumah. Dua orang pengawal Xiè Yuang membuka pintu mobil dengan sopan. Kami semua turun satu persatu. Begitu kami berjalan meninggalkan mobil, pintu rumah terbuka lebar. Bailey dan Nakhun memimpin jalan di depan. Aku, Laureen dan Ten di belakang. Beberapa pengawal Triegor juga turut berjalan. Mereka bertugas melindungi kami, kawanan mafia yang datang dari Perancis.

Rumah Xiè Yuang benar-benar besar. Gayanya klasik, lampu yang mereka gunakan bukan lampu kristal putih, tapi berwarna sedikit kekuningan. Di dinding kanan ada sebilah papan kayu yang tingginya hampir tiga meter. Di sana terukir gambar dua ekor naga besar yang saling berlawanan arah. Desain interiornya khas China sekali. Lampion merah bertuliskan Hanzi tergantung di langit-langit rumah.

Seorang pelayan wanita dengan baju merah mendekati kami. Ia mempersilahkan kami untuk mengikutinya menuju ruang tamu. Pelayan wanita itu berhenti di depan pintu kayu berlapis emas. Ia mundur dari depan kami, lalu para pengawal Xiè Yuang membuka pintunya.

Semerbak bau dupa tercium keluar. Seorang pria paruh baya dengan baju kuning cerah duduk di tengah ruangan. Ia duduk di bantal duduk paling besar. Di bajunya tergambar seekor naga emas, mengitari dada dan punggungnya. Dia tersenyum simpul melihat rombongan kami. Ia mematikan api dupa, lalu tegak menghadap ke arahku dan yang lain. Xiè Yuang Ho, kepala keluarga Xiè Yuang ke-6.

"Silahkan duduk," katanya dengan bahasa Inggris yang fasih.

Aku, Nakhun, Bailey dan Laureen duduk mengitari meja di atas bantal duduk. Sedangkan Ten berdiri diantara barisan pengawal Triegor di belakang kami. Para pelayan perempuan keluar dari ruang tamu, tersisa kelompokku, Xiè Yuang Ho dan Xiè Yuang Yan, adiknya.

"Hoho, lihatlah siapa yang datang, Yuang Yan." Yuang Ho menegur adiknya yang berdiri di tempat sebelah dia duduk.

"Sahabat terbaik kita sedang berkunjung, Kak." Yuang Yan berkata dengan nada ejekan. Sahabat yang Yuang Yan maksud adalah sebaliknya, musuh.

"Kami datang dengan keadaan damai, Yuang Ho," Aku menyapa Yuang Ho dengan intonasi yang tenang.

"Baiklah, baiklah, kami pun tidak ingin menembak kalian satu-satu sekarang." Yuang Ho terkekeh, wajah sipit menyebalkannya keluar. "Apa yang ingin kalian bicarakan hingga jauh-jauh datang ke sini?"

Aku meletakkan sebuah enam lembar dokumen ke atas meja. Aku menyerahkan dokumen itu dengan posisi lampiran terbuka. Yuang Ho mengambil dokumen yang kusodorkan. Ia membuka lembar dokumen satu persatu. Ia membaca tiap-tiap lembar dengan cermat.

[✓] DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang