Happy Reading!
.
.
.
Sebuah gerbang mewah setinggi 5 meter terbuka. Mobil yang aku tumpangi memasuki area rumah di balik gerbang itu. Lorong panjang dengan lampu-lampu pualam menyambutku datang.
Tempat ini terlalu besar untuk disebut rumah. Atapnya tinggi-tinggi, dinding keramik di setiap sudut. Boleh jadi gagang pintunya terbuat dari emas.
Mobil berhenti di tengah-tengah lorong. Di samping kanan mobil sudah berbaris belasan orang berjas hitam. Pakaiannya sama persis dengan pria yang menyetir mobil ini. Jas mereka semua juga dilengkapi pin yang sama, dengan inisial 'DT'.
Salah seorang dari barisan itu membukakan pintu mobil. Aku yang tadi hendak membuka pintu mobil sendiri mengurungkan niat. Aku turun dari mobil.
Empat meter di depanku, berdiri dua orang. Satu orang pria jangkung, dan satu lagi seorang wanita.
Aku berjalan ke arah mereka. Orang-orang berbaju hitam -ternyata mereka pengawal- serempak membungkuk saat aku berjalan. Alamak, sudah macam putri-putri di kerajaan saja. Seketika hatiku buncah, senang.
Sebetulnya aku heran. Aku ini bukan orang yang patut-patut amat untuk dihormati sebegitunya, tapi... Ah sudahlah, nikmati saja.
Aku berhenti saat jarakku dan jarak mereka tersisa empat jengkal. Seorang wanita di depanku melangkah maju, mendekat. Wanita itu tersenyum. Cantik, cantik sekali. Matanya berbinar bahagia melihatku. Ia terlihat begitu tulus. Ia maju menggenggam tanganku.
"Kamu pasti Thalia, kan? Ah, cantiknya. Aku Natta, aku tahu pasti ibumu memintamu untuk memanggilku Mama. Jika kau keberatan, tidak perlu memanggilku seperti itu. Kamu bisa memanggilku Tante Natta, Natta." Ia berbicara sangat lembut padaku.
Ah, Natta namanya.
"Tante Natta," Panggilku.
Tante Natta tersenyum lebar. Terlihat dari gurat wajahnya, ia begitu senang aku memanggilnya.
Tante Natta menggandengku masuk. Aku memperhatikan Pria jangkung yang tadi berdiri di samping Tante Natta. Itu pastilah suaminya, yang otomatis ayah angkatku. Aku terus melihat wajahnya.
Aku belum tahu namanya, tapi aku merasa ia mirip sekali dengan seseorang. Namun aku tidak tahu siapa. Aku ingin terus memperhatikannya, tapi isi rumah merebut perhatianku. Mulutku menganga lebar.
Langit-langit rumah dipenuhi kilau lampu kristal. Dinding-dindingnya dilapisi keramik pualam. Seluruh lantai terbuat dari marmer. Begitu masuk, kami disambut puluhan pengawal dan pelayan wanita yang berlalu-lalang. Mereka membungkuk pada kami.
Aku tertegun. Bunda yakin, mengirimku ke tempat ini untuk mencari jawaban? Bukan ingin menjadikanku seorang putri raja?
Dua puluh menit aku diajak berkeliling. Rumah ini begitu besar dan luas. Aku tak habis pikir. Bagaimana ceritanya kalau aku tersesat di sini? Tersesat di hutan? Itu wajar. Tapi di rumah? Oh, itu tidak lucu.
Aku dan Tante Natta sampai di sebuah pintu lebar di lorong besar. Sepertinya ini ruangan lagi. Di depan pintu ini ada dinding kaca, isinya lampu-lampu kuning kecil yang digantung. Indah sekali.
Tante Natta membuka pintu, dan menggandengku masuk. Voila! Sebuah ruangan mirip tuang tamu yang besarnya hampir sama dengan ruang tamu di rumahku.
"Ini kamarmu, Thalia," ucap Tante Natta.
![](https://img.wattpad.com/cover/330150542-288-k438946.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Daughter
Teen FictionHidup dengan tanda tanya di setiap sudut kepala. Jawaban untuk semua tanda tanyaku terlalu jauh. Harus kupertaruhkan nyawaku untuk mendapatkan setiap jawaban. Keluarga, senjata api, uang, pertumpahan darah, dan pertemanan. Kupanjat semua tebing yang...