Comma

218 106 19
                                    

͜✩ Jangan lupa buat komen, sekalian klik tombol bintangnya ya! Vote gratis kokk.
Don't do a plagiarism, i knew that your brain were better than me.

Happy Reading!

.

.

.

"Lalu apa masalahnya?" Papa bertanya dengan nada kesal.

"Golongan darah O- tidak bisa sembarang menerima transfusi darah. O- hanya bisa menerima sesama O-. Darah dengan rhesus negatif apapun jika selain O-, tidak akan bisa didonorkan pada orang bergolongan darah O negatif. Dampaknya akan berbahaya jika menerima golongan darah lain." Maroon berkata serius. Matanya menatap tegas, tidak sehalus awal ia bertemu Papa.

"Lantas apa yang harus kami lakukan untuk menyelamatkannya?" Mama bertanya cemas. Mier masih memegangi pundak Mama, awas-awas kalau Mama melemas.

"Pihak rumah sakit harus mencari donor darah sesegera mungkin, waktu maksimal hanya lima hari. Jika lebih dari tenggat waktu, boleh jadi nyawa Nona Thalia tidak bisa diselamatkan," Maroon berkata dengan nada lemas.

"Aku bisa mendonorkan darahku!"

Seorang pria jangkung berlarian dari ujung lorong. Ia memakai kemeja merah marun. Rambutnya berantakan, keringatnya mengucur deras dari dahinya. Ia berhenti di dekat Papa dengan napas terengah-engah.

"Tidak perlu menunggu lima hari, aku akan mendonorkan darahku sekarang juga."

"Apakah golongan darahmu sama dengannya?" Maroon bertanya memastikan.

"Iya, golongan darahku O negatif." Nakhun mengelap peluh di dahi. "Aku siap mendonorkan darah untuknya, kapanpun."

Maroon dan Papa saling tatap. Lalu mereka berdua mengangguk serempak. Papa mendekati Nakhun, tangannya menggenggam kedua lengan Nakhun.

"Kau satu-satunya harapan kami, nak. Selamatkan Thalia, selamatkan putriku." Papa berkata dengan suara bergetar. Ia berharap penuh pada Nakhun. Hanya Nakhun orang yang bisa dengan segera menyelamatkanku sekarang.

Maroon mendekati Nakhun, Papa melepas genggaman tangannya pada lengan Nakhun.

"Silakan, kau bisa ikut aku ke ruang Unit Transfusi Darah. Kita lakukan donor darah segera."

Maroon berjalan di depan. Papa menepuk-nepuk pundak Nakhun, lalu membiarkan Nakhun pergi mengikuti Maroon dari belakang.

Ia tiba di ruangan steril. Dindingnya penuh cat putih, bau alkohol menyengat di setiap sudut. Dinginnya ruangan terasa menembus ubun-ubun demi menghalau bakteri masuk.

Seorang perawat wanita meminta Nakhun duduk di kursi pendonor. Tangannya memegang kantung dengan volume 500cc cairan. Kantung itu digantung, bagian bawahnya dipasang selang bening yang panjang. Ujung selang itu ada jarum medis, ukurannya kurang lebih 45 milimeter atau 16 hingga 17 Gauss.

"Sebelum kuambil darahmu, aku ingin memastikan kau tidak memiliki riwayat penyakit untuk mengantisipasi darah yang akan didonorkan. Apakah kau mengalami penyakit hipertensi, Monsieur?" Perawat wanita itu bertanya.

"Tidak."

"Penyakit Tuberculosis? Atau penyakit paru-paru lainnya?"

"Tidak. Sebelum kau bertanya lebih jauh, aku sehat sempurna, tidak juga dengan mengidap kanker apalagi penyakit jantung. Mungkin kau melihat peluh di dahi atau leherku, tapi percayalah kalau aku habis berlari. Kau bisa dengan segera mengambil darahku, lalu menyelamatkan nyawa yabg sedang sekarat." Nakhun mengangkat bahunya.

[✓] DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang