Ch.33 Masih Takut Padaku?

1.2K 40 1
                                    

Untuk Visual tokoh bisa follow akun IG: @rein_angg dan TikTok: @rein_angg47. Mau seru-seruan menghalu bareng pembaca lain bisa join Grup Facebook: Rein Angg And Friends.

Sean telah selesai urusan dengan Dewan Kota. Diiringi pengawal kepercayaan, ia telah berada di sebuah ruang bawah tanah yang pengap dan tidak terang.

Mata tajam sementara bibir menyeringai puas ketika melihat ada tiga lelaki di atas kursi. Kepala ditutupi kain hitam, dan tubuh diikat tak bisa bergerak sama sekali.

“Gabe! Ambilkan gunting rumput!” teriaknya lantang, terkekeh menyeramkan.

Kadang, orang banyak yang menganggap Sean Lycus sebagai penjelmaan Lucifer itu sendiri di kota New York. Kekejamannya pada musuh memang diluar batas pikiran orang pada umumnya.

Namun, bukankah para mafia dan gangster memang terkenal dengan kekejaman serta dinginnya hati mereka?

Membawa sebuah gunting rumput, ia memasuki ruangan bersama Gabe dan Claudio. “Buka tutup kepalanya!” perintah lelaki itu lagi.

Gabe cepat menarik kain hitam dari kepala tiga lelaki. Sontak mereka mengerjapkan mata, berusaha menyesuaikan dengan situasi suram di sekitar. Hanya diterangi oleh satu lampu kuning di atas, tak semua bisa mereka lihat dengan jelas.

“Apa-apaan ini?” rintih Chandler menggeleng perlahan. Suaranya terdengar ketakutan, terutama ketika sadar bahwa ia dan dua teman lainnya diikat pada sebuah kursi.

Joe ikut bicara, “Tolong, jangan sakiti kami. Apa pun itu, kami bersedia memberikan semua harta! Rampok saja, aku tidak apa! Di dompetku ada uang $150. Aku juga punya I Phone keluaran terbaru!”

Bodoh memang, mereka sama sekali tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa. Para bodyguard sontak tertawa mendengar penawaran yang diberikan oleh pemuda itu.

Berbeda dengan dua temannya, Rob justru langsung menangis. “Kalau kami ada salah, maafkan kami! Please, jangan bunuh kami!”

Semakin kencang tawa para pengawal Tuan Besar Lycus. Melihat seorang lelaki menangis sambil memohon untuk hidupnya terlihat sungguh menggelikan. Mati terkena peluru lawan adalah lebih hormat daripada mengemis kehidupan.

Sean melirik pada Claudio, lalu mengangguk. Sebuah kode untuk mulai bekerja. Maka, kepala bodyguard itu lanjut melirik pada Gabe, dan keduanya mendekati tahanan.

Tak lama, bunyi benda tumpul bertumbuk terdengar kencang, berulang. Berbarengan dengan suara jerit kesakitan. Hantaman demi hantaman mengeluarkan suara mengerikan, menghentak.

Tuan Besar Lycus tersenyum sinis melihat tiga orang itu kini wajahnya sudah mulai terluka di bagian hidung dan bibir. Jerit meminta ampun terdengar nyaring dan tak hanya satu kali diucap. Akan tetapi, ia tidak ada rencana untuk memberi ampunan.

Memberi kode lagi pada dua pengawal utamanya, lalu pukulan-pukulan tersebut berhenti. Ia datang, mencengkeram mulut Chandler dengan jari-jari kokohnya.

Sambil berdesis, sang mafia bertanya, “Black Owl Night Club. Ada seorang gadis mabuk. Kalian bertiga mau membawanya. Ingat?”

Dada Chandler sontak kembang kempis. Tentu saja ia ingat! Waktu itu, ia juga sampai diancam dengan pisau dan pistol ketika hendak membawa Ghea.

“Kamu yang memberinya obat perangsang, motherfucker? Jawab yang jujur, dan mungkin aku akan mengampuni nyawamu!” lanjut Sean mencengkeram mulut Chandler sangat kencang, lalu melepasnya.

“JAWAB!” bentak Tuan Besar Lycus menggelegar hingga bergaung di ruang bawah tanah tersebut.

Chandler menggeleng, seluruh tubuhnya gemetar. “A-aku … aku ha-hanya … aku hanya … hanya ditawari un-un-untuk mem-membawanya!”

SUGAR BABY OF THE MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang