Ch.52 Mati Lampu

6.6K 93 11
                                    

Sean dan Ghea larut dalam irama bercinta yang membara. Bagi sang gadis ini yang pertama. Akan tetapi, bagi mafia itu tentu bukanlah yang pertama.

Namun, ini adalah pertama kalinya Sean merasakan legitnya seorang perawan. Membuat ia gila, mengerang tak ada henti.

Beberapa kali hentakan akhir, kemudian Sean ambruk di atas tubu Ghea dengan The Big Cobra masih berada di dalam tubuh wanita tersebut.

Keduanya saling mengatur napas masing-masing. Terdiam selama beberapa saat sebelum bibir mungil memanggil.

“Daddy?”

“Hmm?”

“Ini pertama kalinya untukku … Daddy lelaki pertama yang pernah bercin—”

“Dan aku mau menjadi yang terakhir!” potong Sean langsung mengangkat wajahnya, menatap nanar pada Ghea. “Hanya aku yang boleh bercinta denganmu!”

Senyum lirih terlukis di bibir Ghea. Ia belai pipi berjambang cokelat tipis tersebut. Mengusap lembut sambil memandang dengan rasa sayang.

Perasaan yang sama yang kian menggebu di dalam nurani Sean Lycus. Sayang, cinta, posesif, dan … terobsesi. Menjadi yang pertama ternyata bisa membuat Sean gila di dalam hatinya. Membayangkan ada lelaki lain meniduri tubuh molek di bawahnya ini membuat diri ingin membakar seisi dunia.

“Kamu tidak boleh pergi dariku! Aku tidak akan pernah melepasmu! Aku akan mengejarmu, meski sampai ke ujung dunia sekalipun!” desisnya terengah hebat. Sorot mata yang begitu penuh dengan rasa ingin memiliki. “Ketahuilah kalau aku sangat mencintaimu ….”

“I love you, Daddy Sean.”

“And I love you more, Kitty Cat ….”

***

Mereka berdua sedang berasyik masyuk di dalam kamar cottage yang sangat mewah. Akan tetapi, mereka tidak tahu kalau sejak semula musuh mengintai keberadaannya di lokasi tersebut.

“Victor, ada badai salju hingga semua tamu menginap di sini! Kami pun terjebak tidak bisa pulang!” lapor anak buah Marayan kepada bos mereka.

Berpikir sejenak, kemudian Victor Marayan tersenyum dingin dan kejam. “Habisi mereka di sana! Serang mereka saat malam tiba dan semua tertidur lelap!”

“Bagaimana dengan gadis yang dibawa oleh Sean Lycus?” tanya anak buahnya lagi.

“Bawa gadis itu kepadaku!” jawab sang mafia kejam menyeringai.

***

Menatap wajah cantik yang tersenyum sendu padanya, bergejolaklah asa Tuan Besar Lycus. Gadis ini, ia baru mengenal kurang lebih setengah tahun. Akan tetapi, kenapa perasaan benar-benar teraduk tidak karuan jika sedang bersama.

Jemarinya yang besar membelai pipi Ghea. Begitu mulus, begitu lembut, seperti pipi seorang bayi yang merona merah. “Wajahmu sungguh sempurna,” gumam bibir Sean bersamaan dengan sorotnya menatap kagum.

Terkekeh pelan, Ghea kian semburat merah jambu mendengar pujian itu. Ada tatap yang begitu mendayu, membawanya terhanyut. Ia colek pucuk hidung Sean sambil bergurau. “Lebih cantik mana antara aku dan teman kencan Daddy yang lain?”

Sean mengamit jemari Kitty Cat, mendekatkan ke bibir, lalu menciuminya satu per satu. “Kamu lebih cantik. Buktinya aku tergila-gila kepadamu.”

Kemudian, ia kecup bibir merah muda. Merengkuh tubuh yang masih polos, sama sepertinya, tanpa selembar pakaian sama sekali.

Ghea mulai berdebar ketika lengan kekar Sean yang ditumbuhi bulu halus di bagian siku ke bawah menyentuh kulit pundak, kemudian mengusap punggung.

“Come here, Kitty Cat. Aku ingin memelukmu,” gumam Sean menghela panjang. Sebuah rasa mengulik dengan aneh di lubuk hati.

SUGAR BABY OF THE MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang