Ch.08 Yes, Daddy Sean

104K 533 27
                                    

Untuk Visual tokoh bisa follow akun IG: @rein_angg dan TikTok: @rein_angg47. Mau seru-seruan menghalu bareng pembaca lain bisa join Grup Facebook: Rein Angg And Friends.

Menuruni tangga sambil bersiul riang dan semangat, gadis polos bernama Ghea Kingston langsung menuju ruang makan. Kulit putih khas keturunan Asia dan mata sipitnya sontak membuat Sean melirik saat ia memasuki ruangan.

“Hai, Paman!” sapanya ceria, memilih untuk duduk di kursi yang berseberangan dengan mafia dingin tersebut.

Mengangguk, Sean langsung membuka pembicaraan. “Cepat makan dan kita berangkat. Aku ada urusan.”

“Urusan apa?” spontan Ghea bertanya dengan raut wajah tersenyum penasaran. Mata bundar seperti anak kucing yang sesungguhnya memandang lelaki dewasa di seberang kursi.

“Bukan urusanmu!” tukas Sean datar.

Mereka terdiam, Ghea menunduk sambil menghela kekesalan karena paman angkatnya ini galak sekali. Sean melihat ekspresi tersebut dan  tidak peduli karena memang dia ada urusan penting.

‘Diajak bercanda ramah tamah sedikit saja sudah cemberut dan bentak-bentak. Tapi, kalau dengan Abigail enak-enakan sendiri sampai aku tidak bisa tidur!’ kesalnya dalam hati.

Sean menangkap gesture cemberut sang gadis. Ia memandangi Ghea dan mengembus napas panjang.

“Kita akan membahas peraturan untukmu tinggal di rumah ini,” ucap sang lelaki dengan suara berat dan serak. “Dengar dan patuhi.”

“Siap, Komandan,” jawab Ghea asal.

“Dimulai dengan jangan asal menjawab,” tandas Sean menegaskan kalau dia tidak suka sikap barusan.

“Hmm ....” Ghea berdehem, menghela pasrah. “Maaf, Paman,” ucapnya setengah hati.

“Kamu tahu kenapa aku tidak mau kamu kabur?” Sean semakin lekat memandang.

Gadis itu mendongakkan kepala, mengadu pandang dengan sang paman, lalu menggeleng.

“Karena sekarang pasti musuh-musuhku sudah tahu kalau kamu ada bersamaku. Kalau kamu kabur, nyawamu dalam bahaya. Aku tidak yakin Javier Blast akan melepasmu begitu saja.”

Setelah tadi menggeleng, sekarang Ghea mengangguk. “Oke,” tanggapnya singkat.

Ketika Margareth pelayan membawakannya sarapan, ia cepat menyantapnya. Semua yang telah dikatakan Sean terkesan tidak dipedulikan.

“Aku serius, Ghea! Dengarkan aku!” bentak Sean antara geram dan gemas dengan gadis satu ini. Ucapannya sejak tadi seakan tidak ada yang diambil secara serius.

“Aku mendengarkan apa kata Paman! Tapi, aku juga lapar! Kenapa Paman marah-marah terus kepadaku?” erang Ghea mengendikkan bahu dengan bingung.

“Sudah kemarin membantingku, sekarang mengomel terus. Memangnya aku ada salah apa dengan Paman?”

Sean menarik napas panjang. Baru saja mau menjawab, ponselnya mendadak berbunyi. “Ya, Abigail?”

Mendengar nama Abigail, ingatan Ghea langsung berkelana pada tadi malam saat ia mendengar dua orang dewasa itu bercinta dengan liar hingga sang wanita berkali-kali menjerit nikmat. Sontak, dadanya mulai berdegup kencang.

Mata bundar gadis itu memperhatikan Sean yang terlihat begitu berwibawa sekaligus gagah. Hem lengan panjang yang dipakai tidak pernah dikancing secara sempurna sampai ke atas. Ada dua kancing yang dilepas hingga memperlihatkan sedikit dada bidang dengan bulu halus.

Sambil berbicara dengan Abigail di telepon, mata Sean menangkap gesture tubuh Ghea yang sedang mengamatinya dengan lekat. Ia ingin tersenyum, ingin tertawa, tetapi ditahan.

SUGAR BABY OF THE MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang