Ch.36 Off To Party

975 33 0
                                    

Untuk Visual tokoh bisa follow akun IG: @rein_angg dan TikTok: @rein_angg47. Mau seru-seruan menghalu bareng pembaca lain bisa join Grup Facebook: Rein Angg And Friends.

Evan terengah hebat melihat pistol ditodongkan ke arah kepala dari balik jendela. Jantung berdenyut sangat kencang. Ia tidak tahu siapa mereka.

Berpikir, kalau ini adalah musuh yang hendak membunuh, sebaiknya ia ambil pistol di bawah kursi, bukan?

Akan tetapi, saat dia mengantarkan Ghea pulang, bukankah ada kendaraan yang kemudian datang. Kendaraan yang dianggap sebagai mata-mata Sean untuk mengikuti ke mana pun gadis itu pergi.

Bagaimana kalau Sean mencurigai dirinya hendak berniat jelek kepada Ghea? Jika ia mengambil pistol, maka penyamarannya pasti akan terbongkar. Selanjutnya, ia akan dikejar tanpa henti oleh The Black Cobra.

Berpikir keras, biar bagaimana ia harus segera mengambil keputusan. Maka, ia memutuskan untuk mengadu nyawa terlebih dahulu.

“Jangan tembak!” teriaknya mengangkat tangan, memasang wajah takut.

“Turun dari mobil!” bentak lelaki itu kasar.

Evan menurut. Dengan pura-pura gemetar, ia menuruni kendaraan dan berdiri dengan terengah. “Ada apa ini? Tolong, jangan sakiti aku! Kalian mau apa? Uang? Aku ada beberapa ratus dollar di dompet. Ambilah, semua untuk kalian!”

Seakan ini adalah aksi perampokan. Lelaki yang merupakan anak buah Claudio tersenyum sinis. Memberi perintah pada lelaki lain, “Pukuli dia!”

“A-apa? Jangan! Jangan pukuli aku!” teriak Evan menggleleng.

Namun, dua lelaki kekar segera maju dan menghajarnya. Tidak hanya di muka, tetapi juga di perut dan dada. Berkali-kali dihantam, tanpa ia melawan sedikit pun. Masih terus mencoba bertahan.

Menjerit, meminta ampun, Evan tetap mempertahankan statusnya sebagai anak kuliahan yang tidak tahu apa-apa. “Jangan sakiti aku! Hentikan! Ampuni aku! Ampuni aku!”

Pemimpin berbisik pada temannya, “Sepertinya dia tidak seperti yang diduga? Ia tidak melawan sama sekali?”

Meski sedang dipukuli, tetapi Evan bisa mendengar bisikan yang dilakukan di atas tubuhnya tersebut. Langsung merasa lega di dalam hati, bahwa ia mengambil keputusan yang tepat.

‘Benar saja! Mereka ternyata adalah suruhan Sean Lycus untuk mengetesku! Shit! Berarti aku sudah mulai dicurigai!’

Tendangan terus mengarah ke perut dan dada Evan hingga ada beberapa cipratan darah keluar dari mulut. Meski sakit, meski nyeri, tetap ia menahan segenap rasa itu demi tak terbongkarnya kedok.

“Sudah, hentikan!” perintah lelaki yang terlihat sebagai pemimpin itu. “Ambil uang di dompet dan jam tangannya!” berpura-pura kalau ini adalah aksi perampokan biasa. Pintar juga anak buah Claudio itu membuat skenario.

Dua lelaki yang sedang memukuli Evan mengangguk. Mereka ambil paksa uang serta jam tangan, lalu bersama dua yang lain cepat kembali ke dalam mobil. Bunyi ban berdecit kencang terdengar saat mobil SUV abu-abu itu meninggalkan lokasi.

“Ah, shit, shit!” lirih Evan tergeletak di pinggir jalan raya sambil memegangi hidung yang sepertinya retak. Lagi-lagi, ia dihajar oleh Sean Lycus meski tidak secara langsung. “Fuck you, Sean!”

“LIhat saja! Aku akan menjebloskanmu ke penjara paling dingin dan sempit setelah ini!” desis agen rahasia pemerintah itu merintih sakit.

Duduk di pinggir jalan, Evan bisa merasa darah menetes dari hidung dan mulut. Tidak hanya itu, pelipis pun dirasa perih. Mengingat-ingat, ternyata memang tadi sempat ada tendangan mengenai wajah.

SUGAR BABY OF THE MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang