Ch.48 Rencana Pembalasan Marayan

1.2K 31 0
                                    

Untuk Visual tokoh bisa follow akun IG: @rein_angg dan TikTok: @rein_angg47. Mau seru-seruan menghalu bareng pembaca lain bisa join Grup Facebook: Rein Angg And Friends.

Sorot Sean lekat menatap Abigail yang memberikan berbagai asumsi tentang Ghea. Mendengarkan, separuh hati menolak, separuh hati lagi mengiyakan bahwa kemungkinan itu ada.

“Bisa saja begitu, bukan? Kita tidak pernah tahu apakah Ghea dan Evan sebelumnya sudah ada perjanjian khusus ini dan itu,” ucap asisten pribadi cantik tersenyum licik.

Menghela napas panjang, Sean membuang pandang ke jendela. “Aku masih tidak bisa menerima kalau Ghea berkomplot di belakangku untuk balas dendam. Kalau dia mau membunuhku, dia bisa melakukannya saat kami bermalam bersama.”

Tawa kecil terdengar dari bibir Abigail. “Seperti yang kukatakan tadi, kita tidak tahu apa yang ada di benak Kucing Kecilmu itu. Tapi yang jelas kita tahu, kamu sudah bukan Sean Maximilian Lycus yang dulu.”

“Sean Maximilian Lycus yang aku kenal ...,” utas Abigail berdiri dari kursinya, lalu berjalan mendekat ke belakang sang mafia. Lengan lembut dengan kuku jari berwarna merah terang, seterang bibirnya, berbisik sangat dekat di telinga.

“Sean Maximilian Lycus yang aku kenal, adalah orang yang sangat dingin. Hatinya begitu kokoh tak bisa tergoyahkan oleh apa pun, apalagi cuma oleh seorang gadis kecil.”

“Sean Maximilian Lycus yang aku kenal, dia begitu fokus dengan urusan bisnis dan membesarkan organisasi hitamnya. Bukan malah mengejar Kucing Kecil yang berlarian di taman bermain,” kekeh Abigail dengan desah mencibir.

“Satu lagi, Darling ....” Lalu, bibir merah basah tersebut merayap di telinga. Menjulurkan lidah, menyapu hingga ke bagian leher.

“Satu lagi, Sean Maximilian Lycus yang aku kenal tidak akan mempermalukan dirinya sendiri di depan umum. Tidak akan mengajak wanita yang tak tahu cara berdandan sempurna ke acara makan malam gubernur,” tawa sang wanita sembari tangannya masuk ke balik hem, mengusap dada yang ditumbuhi bulu halus.

“Tidak pula akan memperlihatkan dia cemburu di depan umum, sampai menghajar seorang mahasiswa. Semoga saja Victor Marayan dan Javier Blast tidak melihatnya. Mereka bisa berpikir kamu telah menjadi sosok lemah, macam badut cinta.”

Satu kecupan Abigail mendarat di pelipis sisi kanan Sean. Seperti ini caranya sejak dulu menancapkan berbagai pemikiran serta pertimbangan di otak sang lelaki. Dengan desahan erotis, dengan sentuhan menggairahkan, juga dengan mencuri ciuman entah di pipi, bibir, atau tempat lainnya.

“Sudah, hentikan,” erang Sean menepis perlahan tubuh seksi asistennya. Kemarin, ia sudah berkata di antara mereka tidak akan ada apa-apa lagi selain urusan pekerjaan. Maka, pemilik punggung tegap dan gagah tersebut ingin terus berada pada posisi tersebut.

Mengangguk, Abigail tidak marah karena ditolak. Lagipula, wanita pirang itu juga tahu percuma saja marah kepada Sean. Lebih baik, ia mengambil jalur damai dan rayuan seperti sebelumnya.

Masih berdiri di belakang, hanya memegang lembut pundak Sean, ia berkata, “Pikirkan saja, kenapa dia sangat ingin menyingkirkan aku darimu? Itu pasti karena dia tahu bahwa di saat kamu mabuk cinta, aku yang bisa menyadarkanmu.”

“Aku dengan pemikiran jernihku tentang keadaanmu. Aku yang tak akan pernah berkhianat. Aku yang bahkan nyawa pun rela kuberikan padamu, Sean. Itulah kenapa Ghea ingin aku pergi dari sisimu,” pungkas Abigail mengusap mesra pundak The Black Cobra.

Kemudian, terdengar suara hak 12 sentimeter-nya melangkah mendekati pintu. “Akan kukabari kalau sudah mendapat informasi tentang siapa Evan sebenarnya. Semoga semua ucapanku salah. Tapi, kalau ternyata benar, kamu harus bisa menerimanya. Bye,” senyum Abigail dan menghilang di balik pintu.

SUGAR BABY OF THE MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang