Ch.15 Apakah Kamu Gadis Nakal?

5K 108 2
                                    

Untuk Visual tokoh bisa follow akun IG: @rein_angg dan TikTok: @rein_angg47. Mau seru-seruan menghalu bareng pembaca lain bisa join Grup Facebook: Rein Angg And Friends.

Ghea melangkahkan kakinya ke atas tangga. Lampu sudah banyak yang dimatikan hingga lorong terlihat temaram dan redup. Menaiki beberapa anak tangga, mendadak ada suara berat dan serak memanggilnya dari belakang.

"Kamu dari mana saja, Kitty Cat?"

Kaget, langsung membalikkan tubuh, menatap sesosok lelaki tinggi besar sedang berdiri. Pria gagah melipat tangan di depan dada dan bersandar pada tembok. Napas Ghea memburu kencang dengan rasa takut.

“A-aku ... aku ....” Ia tidak bisa menjawab dengan lugas, justru berkali-kali membasahi kerongkongan dengan salivanya sendiri. Aura Sean Maximilian Lycus yang kejam dan bengis terasa begitu nyata di udara.

“Aku ulangi, kamu dari mana saja baru pulang semalam ini?” Sean kembali bertanya dalam kegelapan.

Ghea menggeleng, kakinya lemas mendada. Keringat dingin terasa mulai membasahi pori-pori kulit. Ada apa dengan Daddy angkatnya ini yang bisa sedemikian mencekam?

“Apa kamu tersesat, hmm? Lupa jalan pulang?” tandas Tuan Besar Lycus mulai terlihat menggerakka tubuh.

“T-ti-tidak, D-Daddy … aku … t-tadi … aku … café bersama te—"

“Apa pesanku tadi pagi agar jangan pulang malam tidak masuk ke dalam telinga mungilmu itu, hmm?” desis Sean memotong jawaban. Ia mulai melangkah maju, keluar dari kegelapan.

Sedikit demi sedikit cahaya lampu di atas tangga mulai menerangi tubuh tinggi gagah yang sedang menatap tajam penuh dengan hawa dingin mencekam. Seringai tak ramah langsung memancar.

Ghea mundur selangkah demi selangkah hingga punggungnya menubruk tembok di pinggiran tangga dan tidak bisa lagi menghindari saat sosok Sean mendekat, mengintimidasi dengan wajah rupawan sekaligus senyum smirk yang menyeramkan.

“Kamu dari mana? Jawab dengan jujur!” ulang Tuan Besar Lycus mendesis. Ia posisikan dirinya tepat di hadapan kucing kecil yang kian ketakutan.

Menekuk sedikit kepala ke kanan, menebar senyum dingin, ditambah dengan kedua lengan kekar mulai bergerak ke atas. Sean melekatkan telapak tangannya di tembok, tepat di sisi kanan dan kiri wajah cantik yang mulai pucat. Ia mengurung gadis mungil itu dalam kekuasaan lengannya.

“D-dari ... cafe ... aku dan teman-teman ke cafe. La-lalu, adiknya … M-Mia sakit. Kami … kami ke ru-rumah s-sakit sebentar menemaninya,” jawab Ghea terbata. Matanya bundar melebar dan bibirnya gemetar takut.

“Iyakah? Kamu tidak berbohong?” tanya Sean sekali lagi menatap lebih dekat. “Aku benci pembohong.”

“Aku ti-tidak b-bohong, Daddy ...,” geleng Ghea persis seperti anak kecil yang sedang ketakutan.

Aroma cologne segar khas lelaki kelas atas menyeruak ke udara saat Sean makin mendekatkan wajahnya kepada Ghea hingga gadis itu benar-benar berpikir mereka akan berciuman. Oleh karena itu, ia menutup mata sambil memicing ketat.

‘Apa dia mau menciumku? Dia akan menyeretku ke kamar? Mati saja aku!’ jerit Ghea di dalam hati.

Sean tersenyum sinis dan puas melihat Ghea memejamkan mata dengan ekspresi takut. Ia semakin merasa senang mengintimidasi sang kucing kecil. Bibirnya didekatkan di telinga keponakan angkat, lalu berucap setengah berbisik.

“Daddy Sean tidak suka kalau Kitty Cat pulang malam tanpa memberi kabar. Apa ponselmu kehabisan baterai hingga tidak bisa memberi kabar?”

Ghea merasakan jantungnya berdebar sangat kencang saat udara hangat dari bibir Sean menyapu leher dan pipi bagian bawah. Ini bukan sebuah percakapan yang normal antara anak dengan ayah angkat, atau pun keponakan dengan paman angkat, tetapi ... ia tidak merasa perlu untuk menghentikan apa pun yang sedang terjadi di antara mereka.

SUGAR BABY OF THE MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang