Ch.34 Tak Mau Berbagi

1.3K 35 2
                                    

Untuk Visual tokoh bisa follow akun IG: @rein_angg dan TikTok: @rein_angg47. Mau seru-seruan menghalu bareng pembaca lain bisa join Grup Facebook: Rein Angg And Friends.

Kebiasaan Ghea, bicara ceplas-ceplos tanpa berpikir panjang. Kali ini, dia bahkan bicara tentang mencium pipi Evander Xu. Sontak, mata Sean melebar dan keningnya berkerut.

Lalu, dengan suara berat, lelaki itu bertanya. "Kamu mencium pipi Evan?"

Ganti Ghea yang sekarang terbelalak dan menutup mulutnya sendiri sambil berseru terkejut. Ia menggeleng, berusaha menarik kembali apa yang diucapkan, tetapi percuma.

"Kamu mencium pipinya?" bentak Sean dengan nada yang lebih tinggi. "Apa ucapanku kurang jelas, hah?"

Ghea kembali menggeleng dan mengendikkan bahu. Mata bundarnya masih terbuka lebar dan ia kian kebingungan.

"Aku sudah bilang kalau aku tidak suka kamu berdekatan dengan lelaki lain, selain aku! Masih kurang jelas juga hingga kamu harus menciumnya?" Sean menggebrak meja cukup kencang hingga suara sendok garpu melompat di atas piring terdengar nyaring.

"Aku mabuk, Daddy! Mana aku sadar apa yang aku lakukan!" balas Ghea akhirnya buka suara.

"Aku tidak peduli kamu mabuk atau tidak! Kamu tidak boleh mencium siapa pun! Aku ledakkan kepala lelaki yang kamu cium!" Suara berat sang mafia kian meninggi dan matanya terlihat beringas.

Gadis manis itu merasa jengkel. "Daddy ini apa-apaan? Sudah kubilang, aku mabuk. Awas, ya, kalau sampai Daddy menyakiti Evan! Aku tidak mau bicara lagi dengan Daddy seumur hidup kalau sampai Evan dipukuli lagi!" geramnya melotot.

Sean tidak kalah geram. Sepertinya, Tuan Besar Lycus sedang mengalami apa yang dinakaman jealousy alias cemburu. Sesuatu yang teramat asing dan tidak pernah dirasakan selama 38 tahun kehidupannya.

Dengan darah yang sudah mencapai ubun-ubun, ia berdesis, "Jadi, kamu sekarang membelanya terus menerus, hah? Apa yang dia sudah lakukan kepadamu? Aku menyelamatkan hidupmu dari Javier Blast!"

"Evan juga menyelamatkan aku dari tiga lelaki asing di klub malam," tukas Ghea di mana sahutannya semakin membuat berang sang lelaki.

"Cukup!" Dan Sean kembali menghentakkan tangan di atas meja makan. "Aku tidak mau kamu sebut nama dia lagi di depanku!"

"Evan, Evan, Evan!" Ghea justru sengaja menyebut dengan tujuan membuat Daddy Sean-nya lebih kesal lagi. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu. Tidak tahukah kalau dia sedang bermain dengan ular kobra yang berbisa?

Seringai Sean mulai muncul dan wajah tampannya terlihat bengis. Ia terkekeh sinis, mendekatkan bibir ke telinga Ghea tanpa gadis itu bisa menolak karena sekarang jemari kokoh dan besar telah merengkuh pinggang ramping.

"Little Kitty Cat sudah berani melawan Daddy Sean, hmmm?" bisiknya setengah mendesah. "Bagaimana kalau aku membawamu ke atas ranjang dan mengikat tangan serta kakimu? Lalu ... mmmhhh ... kamu tahu apa yang selanjutnya bisa terjadi."

"Daddy menyebalkan! Lepaskan aku!" jengkel Ghea mendorong-dorong tangan Sean dari pinggangnya, seakan tidak tahu kalau itu tiada berguna. Rengkuhan ketat tak akan berubah meski ia dorong sampai pagi.

Intimidasi ini selalu berhasil membuatnya merinding sekaligus berdebar di detik yang sama. Menghadirkan keringat dingin, tetapi juga sensasi tak jelas di dalam aliran darah.

Embusan hangat dari bibir Sean menerpa pipi Sugar Baby-nya. "Don't be a naughty Kitty Cat. Bukankah itu kita sudah sepakati bersama? Tidak ada yang boleh menyentuhmu selain aku ...."

"Itu hanya keinginan sepihak dari Daddy saja. Aku tidak pernah mengiyakan!" geleng Ghea cemberut, menahan rasa tegang di dalam sanubari.

Tuan Besar Lycus bertanya dengan bibir yang kini menyentuh pipi sang gadis. "Apakah seperti ini kamu mencium Evan? Dia menyukainya saat kamu cium?"

SUGAR BABY OF THE MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang