Ch.38 Terlelap Dalam Dekap

1.5K 40 1
                                    

Untuk Visual tokoh bisa follow akun IG: @rein_angg dan TikTok: @rein_angg47. Mau seru-seruan menghalu bareng pembaca lain bisa join Grup Facebook: Rein Angg And Friends.

Teriakan Ghea terdengar nyaring melengking sangat tinggi. Sama seperti serbuan peluru yang menerabas kaca mobil hingga berserakan.

Dari dalam kendaraan mewah itu ia bisa melihat moncong senjata lawan dari seberang sedang mengarah kepada mereka, membuatnya reflek berteriak.

Sean tahu apa yang terjadi, ini bukan pertama kalinya ia diserang sedemikin rupa. Meski belum tentu setahun sekali mengalami penyerangan -karena tidak banyak yang berani menyerangnya. Namun demikian, Tuan Besar Lycus sudah sangat terlatih dalam situasi seperti ini.

Sebelum segala sesuatu menjadi buruk, ia tarik lengan Ghea dan menarik gadis itu hingga terjatuh ke atas lantai mobil. “Tiarap dan tetap di sana sampai semua ini selesai!”

Tersungkur di atas lantai kendaraan, tangis Ghea pecah tak tertahankan. Rasa takut menjalar dalam tiap trikan napas yang terasa sesak. Bagi gadis tersebut, ini adalah pertama kalinya dalam hidup berada di tengah arena baku tembak.

“Daddy! Aku takut! Aku takut!” teriaknya menangis sambil menutup telinga.

Sean tak ada waktu untuk menenangkan Kucing Kecil yang gemetaran di bawah sana. Nyawa terancam, tak hanya dia dan Ghea, tetapi juga seluruh anak buahnya.

Sambil berlindung di balik pintu yang kaca jendelanya sudah habis tak bersisa, ia melancarkan serangan balasan. “Claudio! AK47!” teriaknya pada sang bodyguard ketika peluru di dalam Revolver sudah mulai habis.

Sebuah senjata laras panjang berjenis otomatis dilempar oleh Claudio kepada Tuannya di belakang. Bodyguard itu sendiri sedang membabi buta menghantarkan ratusan peluru panas pada pihak lawan.

“Bidik sopirnya! Bidik sopirnya!” teriak Sean mulai mengokang Ak47 sambil bersimpuh di depan jok Rolls Royce yang sudah dipenuhi dengan serpihan kaca.

Suara Ghea menangis dan merintih terdengar di belakangnya. Ingin memeluk, ingin menenangkan, tetapi ini bukan waktu yang tepat. Bagi The Black Cobra, mereka harus melewati sesi hidup dan mati ini terlebih dahulu!

“Satu sopir telah tertembak! Satu sopir telah tertembak!” lapor Claudio berhasil melumpuhkan satu lawan yang berada di balik kemudi.

SUV musuh yang posisinya tepat berjejeran dengan sedan Sean meski berbeda jalur, mulai terlihat keluar dari track yang seharusnya. Sopir mereka tewas dalam keadaan menginjak pedal gas. Otomatis kendaraan berjalan kian kencang.

“Gabe! Cepat pergi dari sini!” seru Sean mulai bangkit sambil menghunus AK47-nya.

“Posisi pedal gas sudah maksimal, Tuan!” teriak Gabe melakukan berbagai manuver yang ia bisa untuk membawa mereka pergi dari situasi bak neraka ini.

Bodyguard itu mengendalikan mobil dengan kecepatan tinggi, menghindari peluru yang terus menerjang. Semua berwajah tegang dan napas memburu sama cepatnya dengan roda yang terus berputar ribuan kali per menit.

Ghea menutup mata, menahan ketakutan yang menguasai dirinya. Bibir mungilnya gemetar, terus mengeluarkan suara tangis kepanikan.

Sean mencoba meredakan kepanikan gadis itu dengan menenangkannya melalui seruan, karena tidak bisa menyentuh sama sekali. Ada lawan yang harus dihabisi. "Kita akan baik-baik saja, percayalah padaku!”

Tak bisa mempercayai siapa atau apa pun, Ghea hanya menggelengkan kepala. Meringkuk di dasar mobil dengan perut terasa diaduk-aduk, sangat mual!

“Sisa tiga mobil! Dua di depan, satu di belakang!” lapor anak buah yang berada di kendaraan belakang sendiri. Terdengar situasi di sana juga sedang memanas luar biasa. “Tidak ada tambahan musuh di belakang!”

SUGAR BABY OF THE MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang