Part Nineteen : Ariana

625 78 0
                                        

Happy Reading!

Silau, Ariana merasa cahaya matahari sangat terang. Saat membuka mata yang bisa dia lihatpun hanyalah cahaya putih terang yang seakan menusuk matanya. Ariana mencoba untuk menghalangi cahanya itu dengan tangannya, sambil berusaha melihat sekelilingnya.

"Ariana?"  Seseorang memanggil namanya. Sambil mengintip diantara lengannnya Ariana berusaha mencari sumber suara itu.

"Siapa itu? kenapa kau tahu namaku?"  Lengannya terus menutupi cahaya yang terlalu terang sambil berjalan lurus sambil sesekali  melihat sekeliling. 

"Jangan kesana!" Ariana terkejut karena seseorang menahan pundaknya. Memalingkan wajahnya, Ariana melihat dirinya yang lain tepat dihadapannya. Anehnya saat ia berbalik cahaya terang itu sudah tidak menusuk mata dan  lebih lembut sehingga ia bisa melihat orang yang menahan pundaknya.

"Ariana?" Ariana mengerutkan keningnya.  Sosok dihadapannya hanya mengangguk-an kepalanya.

Sosok dihadapannya adalah sosok yang sama dengan yang ia lihat setiap hari saat ini. Ariana terkejut melihat orang yang selama ini hidupnya ia gantikan kini ada dihadapannya. 

"Aku sudah lama ingin bertemu denganmu, Aryana." Belum sempat Ariana bereaksi ia sudah mendapat pelukan dari Ariana asli dihadapannya.

"Ya, aku juga ingin bertemu denganmu sejak lama." Kini Ariana membalas pelukannya.

"Jadi tempat apa ini?" Ariana melepaskan pelukan mereka.

"Entahlah, biasanya aku hanya sendirian, tapi hari ini kau ada disini. Bukankah ini aneh."

"Rasanya aneh memanggil nama yang terdengar sama, seperti memanggil namaku sendiri. Bagaimana kalau aku memanggilmu Ana?"

'Tunggu? bukankah itu nama aslinya?'

"darimana kau tau nama itu?" 

"Ibumu yang selalu memanggilku begitu."

'ibuku? Ibuku yang asli?'

'Bagaimana kau tahu?' 

"Tentu saja, aku mendengarnya setiap hari. Ngomong - ngomong kau terlihat sama seperti yang ada di foto kamarmu.."Ariana tidak bisa mendengar apapun yang dikatakan Ariana selanjutnya. Tiba - tiba telinganya terdengar senyap, bahkan saat ia mencoba berbicara juga tidak ada suara apapun yang terdengar. Sejenak matanya menjadi berat dan segalanya menjadi gelap.

***

Ariana mengurung dirinya dikamar seharian ini. Kepalanya terus berputar tentang mimpinya semalam. Hari sudah siang saat dia bangun, Bahkan Maria berusaha membangunkannya. Karena nonanya tidak pernah bangun sesiang itu, bahkan terlalu lelap untuk nona yang akan terbangun hanya dengan suara kecil saja. Membuat Maria khawatir sehingga membangunkannya.  

Saat bangun yang Ariana ingat hanya mimpi itu, ia langsung bediri menuju meja kerjanya untuk mencatat dan mengingat setiap detail mimpinya. Ia bertemu Ariana yang asli? ia tahu namanya? Bahkan mengenal ibunya? Kalimat apa yang coba ia katakan padanya? Ekspresi Ariana tentu saja membuat Maria takut. Wajah pucat pasi yang tidak pernah Maria lihat saat nonanya bangun tidur membuatnya mau tidak mau bertanya.

"Nona? Apa terjadi sesuatu?" Ariana yang masih menulis mimpinya hanya membalas cepat.

"Tidak, aku hanya mengingat sesuatu. Ah, Aku hanya akan di kamar seharian, jadi Maria jika kau luang tolong sampaikan pada ayahku aku akan beristirahat di kamar hari ini. "

"Baik nona. Kalau begitu saya permisi." 

***

Ariana yang seharian berfikir tentang arti mempinya membuatnya menyimpulkan bahwa mungkin saat ini ia sangat ingin pulang dan merindukan ibunya sehingga membuatnya bermimpi seperti itu. Tapi jika menimpulkan hal yang tidak masuk akal seperti dirinya yang bisa berada di tubuh Ariana adalah bahwa Ariana yang asli sedang bersama ibunya sekarang. Apakah ini berarti mereka bertukar tubuh dan kehidupan? Dan jika mereka bisa bertemu, maka mereka bisa kembali bertukar? Ariana harus mencoba lagi untuk bertemu Ariana yang asli. 

"Nona?" Panggilan Maria membuat keluar dari pikirannya. Ariana menatap Maria yang berdiri di depan pintu tepat dihadapannya.

"Kenapa?"

"Tuan duke mengajak nona dan tuan muda untuk melihat festival kembang api di pusat kota malam ini."

"Benarkah?" tumben sekali ayahnya tiba - tiba mengajaknya keluar seperti ini. Dalam ingatannya, tak pernah sekalipun ayahnya berinisiatif mengajaknya keluar.

"Tuan duke pikir nona terlalu lama berada di kamar, jadi lebih baik mengajak nona mencari udara segar bersama." Padahal Ariana belum keluar hanya hari ini saja, ayahnya memang benar - benar.

"Baiklah." Arian mengangguk membalas Maria sebelum membereskan kertas - kertas coretanya dan menyimpannya di laci kerjanya.

Bersambung..

15 Februari 2023 

Revisi sedikit ya, jangan kaget.

SURVIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang