Happy Reading!
Ariana berjalan - jalan di sekitar taman kuil setelah menikmati makanannya. Ia sadar jika kuil ini tidak pernah mengalami malam, karena suasana tidak berubah setelah ia cukup lama berada di kuil ini. Waktu terasa berjalan sangat lambat di tempat ini.
"Bukankah gurumu bilang jika aku akan cepat mati jika aku berada di kuil ini? Lalu mengapa mereka ingin aku untuk tinggal di tempat ini?"
"Jika kau ingat obat yang kau minum tadi, bukankah tubuhmu menjadi lebih baik?" Ariana memang tidak merasa sakit lagi, biasanya bahkan dia akan merasa tubuhnya sangat lemas, tapi setelah meminum cairan hitam itu tubuhnya tidak merasa lelah sama sekali.
"Obat ini bisa menyamarkan energi yang dialirkan dari jiwamu. Namun, obat itu tidak bisa bertahan lama. Dan kau perlu meminumnya secara rutin. Sayangnya obat ini hanya bisa menghilangkan rasa sakit, tapi penolakan itu masih terus terjadi. Sehingga kita harus cepat mencari cara untuk mengembalikanmu ke tubuh aslimu."
***
William sudah tidak tidur selama beberapa hari. Kecemasannya semakin besar saat ia tidak bisa menemukan jejak Ariana dimanapun. Perasaan bersalah sudah sangat menghantuinya sejak ia tidak bisa ditemukan. Tapi adiknya itu menghilang entah kemana.
Pencarian sudah William lakukan secara besar - besaran. Bahkan menyusuri sungai dekat lokasi pencarian, tapi Ariana masih tidak bisa ditemukan jejaknya. Selama menjadi pemimpin pasukan di wilayah perbatasan, baru kali ini William merasa buntu mencari jejak seseorang.
William ingin menghubungi ayahnya, tapi kondisinya yang belum terlihat sehat membuatnya khawatir untuk membertitahu kondisi adiknya. Selain itu, Ia tidak bagaimana menjelaskan situasi ini pada sang ayah. Bahwa ia mencurigai adiknya bukanlah adiknya yang asli.
"Tuan muda, kepala pasukan datang menghadap." Kepala pelayan datang dengan tergesa - gesa.
" Biarkan dia masuk." Lucas berjalan cukup cepat menghampiri William.
"Apa ada perkembangan?"
"Saya menemukan bukti baru tuan." Lucas meletakan sobekkan kecil dan menyimpannya di atas meja kerja William.
"Sepertinya ini adalah sobekan pakaian nona yang terlilit pada pedal kuda yang nona tunggangi. Melihat dari bagaimana kain ini robek, sepertinya nona tidak sengaja menginjaknya saat akan turun dari kuda. Atau bisa jadi nona terjatuh yang membuat sobekan ini terlihat kasar."
William memperhatikan sobekan kain yang diberikan Lucas padanya. Kemungkinan yang Lucas katakan memang masuk akal. Tapi jika ia terjatuh, seharusnya tali kekang dan pelindung pada kuda itu akan miring ke salah satu arah, sebagai manusia Ariana pasti akan berusaha untuk menahan dirinya agar tidak jatuh. Sobekan ini terlihat terlihat ditarik paksa dan tanpa sengaja. Jika kemungkinannya benar, sepertinya adiknya itu sengaja melompat dari kudanya.
"Lucas, aku ingin kau melakukan sesuatu." Lucas berdiri tegap siap menerima perintah dari tuan mudanya.
"Awasi Kuil Andreas dan laporkan semuanya padaku."
***
"Apa kau pernah bertemu dengan pemilik asli dari jiwa yang ada di tubuhmu?" Ariana berdiri di ruangan asing yang belum pernah ia masuki sebelumnya di kuil ini. Ruangan yang hanya terdiri dari satu altar tanpa ada apapun disana membuatnya seperti berada di rumah sakit di kehidupan aslinya.
Tempat yang sama untuk menyembuhkannya.
"Ya, aku bertemu dengannya beberapa kali." Ariana berdiri diatas altar dengan beberapa orang yang mengelilinginya termasuk guru tua itu, Lara dan Ria.
"Bagaimana kau bertemu dengannya?"
"Entahlah, aku hanya tidur dan ketika aku bermimpi aku bertemu dengannya dan berbicara dengannya. Aku pikir itu mimpi, tapi saat dia mengatakan jika dia hidup sebagai diriku dan mengenali ibuku, aku mulai berfikir jika dia menggantikanku disana."
"Kalau begitu kami akan mulai memeriksanya, siapa diantara kalian yang memiliki kekuatan teleportasi."
Tak lama, mereka saling memegang tangan dan mengelilingi Ariana. Ariana yang bingung mencoba untuk memejamkan matanya. Saat memejaman mata, ia merasa tubuhnya sangatlah ringan. Dalam sekejap ia bisa melihat tubuh yang selama ini ia tempati tepat di depan matanya.
Ariana menatap dirinya sendiri, tangannya yang terlihat transparan membuat Ariana sadar jika ia sedang keluar dari tubuh Ariana yang asli. Kepanikannya membuatnya berusaha untuk kembali ke tubuh Ariana dengan paksa.
Saat berhasil kembali, lingkaran yang dibuat untuknya terpental beberapa langkah yang membuat lingkaran itu terlepas.
"Sepertinya kau tidak bisa mengendalikan kekuatanmu sendiri." Sang guru yang mencoba membantu muridnya itu membuat Ariana sadar jika ia sudah melakukan sesuatu yang salah.
"Tapi untungnya, jiwamulah yang menguasai kekuatan teleportasi. Sekarang kau hanya perlu mengendalikannya saja."
Ariana mengangguk mengerti. Sepertiya ia memiliki harapan untuk menyelamatkan mereka berdua. Ariana aku pasti bisa menyelamatkan kita berdua!
"Sekarang ceritakan tempat dimana dan bagaimana kau bisa bertemu dengannya?"
"Dalam mimpiku, ruangan itu sangat putih seperti tempat ini, lalu hanya ada seseorang di tempat itu. Saat kulihat ternyata aku bertemu dengannya. Kita berbicara banyak hal, dan dia juga memperlihatkan ingatannya padaku. Sehingga aku bisa mengetahui masa lalu yang ingin dia lupakan."
"Kau memasuki jiwanya? Apa yang kau lakukan atau apa yang kau katakan sebelum tubuhmu berteleportasi ke tubuh ini?"
"Aku? Ah! Aku membaca sebuah buku! Saat pemeran antagonis di buku itu harus mati sia - sia karena kesalahannya sendiri, tanpa sengaja aku mengatakan jika aku ingin hidup seperti dirinya. Saat aku mengatakannya aku mengalami kecelakaan. Aku hanya bisa melihat cahaya putih sebelum aku terbangun dan sadar jika aku sudah masuk ke dalam tubuh ini."
"Kau mengalami kecelakan setelah mengatakannya? Itu berarti kekuatanmu bisa bangkit jika kau memiliki keinginan besar untuk melarikan diri."
"Kau harus mempunyai alasan besar yang membuatmu ingin pergi. Jika alasan itu semakin mudah kau temukan maka kau akan bisa berkomunikasi dan bertukar tubuh bahkan kau akan bisa membuka portal untuk membuatmu berpindah tempat.
Ariana cukup terkejut dengan pernyataan yang dikatakan guru itu.
"Tapi sepertinya kau harus cepat, karena tubuhmu sepertinya tidak akan bisa bertahan lama."
"Bukankah aku memiliki obat untuk menghilangkan rasa sakit?"
"Kau memang memilikinya, tapi jiwa lain yang tinggal di tubuhmu akan merasakan rasa sakit yang sama denganmu karena tidak memiliki obat penahannya. Ingatlah, jika penolakkan tubuhmu ini tidak hanya terjadi padamu, tetapi juga padanya."
"Baiklah, aku mengerti. Kalau begitu izinkan aku bertanya satu hal." Lelaki tua itu mengangguk, mempersilahkan Ariana untuk bertanya padanya.
"Aku adalah wanita yang berasal dari dunia yang sangat berbeda dari dunia ini. Di dunia itu tidak ada kekuatan seperti ini. Tapi bagaimana bisa justru aku memiliki kekuatan teleportasi yang hanya dimiliki para penyihir di dunia ini?"
***
"Tuan muda, sejauh in tidak ada pergerakan apapun dari Kuil Andreas. Mereka masih mendapat pasokan makanan secara teratur dan tidak ada upaya untuk keluar dari kuil. Namun, setelah saya memeriksa catatan pasokan makanan yang dikirimkan, mereka meminta tambahan makanan tidak seperti bisanya. Apalagi mereka menambah bahan - bahan aneh yang hanya digunaka untuk membuat ramuan."
'Ramuan?' Kepala Williaam berfikir cepat tentang kemungkinan yang sedang terjadi.
"Bawa pasukan tersisa dan ikuti aku sekarang."
Tak ada waktu, aku harus memeriksanya secepat mungkin!
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVE
RomanceWARNINNG KONTEN + MENGANDUNG ADEGAN DAN BAHASA DENGAN UNSUR 18+ YANG MERASA DI BAWAH UMUR JANGAN BACA. BIJAK YA. Aryana yang masuk dalam cerita buku yang baru saja dibacanya harus berperan sebagai Ariana Asteria Cronvess. Tokoh antogonis yang hidup...