Part Five: Truth

1.3K 153 0
                                    

Happy Reading!!


Hubungan William dan Ariana mulai membaik. Mereka seringkali menghabiskan waktu berdua hanya untuk saling berbagi cerita. Bahkan pagi ini, suasa ruang makan sudah dipenuhi suara kesal Ariana dan suara tawa milik William yang sedang menggoda adiknya.

"Ayah lihat, Will terus mengangguku." Ariana merengek pada ayahnya yang membuat Duke Arnold tersenyum gemas melihat sifat manja anaknya yang sudah lama tidak ia lihat.

"Dasar pengadu." William kembali mengejek Ariana yang semakin kesal.

"Kau menyebalkan Will." Pertengkaran itu terhenti saat makanan sudah mulai dihidangkan. Ariana dalam ingatannya setelah mempelajari etiket tidak pernah berbicara saat makan . Tapi ia tidak peduli. Kenapa harus membuat aturan sendiri yang menyulitkan disaat waktu makan menurutnya bisa membuat keluarganya lebih akrab.

"Ayah, apa kegiatan ayah hari ini?"  Tanya Ariana Sambil menyuap daging ke dalam mulutnya.

" Hanya memeriksa beberapa pekerjaan di ruang kerja." Jawab ayahnya santai membalas pertanyaan anaknya.

"Ayah tidak merasa pengap selalu di dalam ruang kerja itu seharian?"

"Tidak, bukankah kau sering datang menemui ayah hanya untuk bercerita harimu." Kali ini Ariana menganggukan kepalanya, mengingat big plannya membuat Ariana mendekatkan dirinya pada keluarga barunya ini.

"Kalau begitu bagaimana jika kita berjalan – jalan sebentar sehabis makan."

***

Sambil menikmati cahaya matahari pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sambil menikmati cahaya matahari pagi. Ketiga orang anggota keluarga ini saling berbagi cerita masing – masing.

"Will, mengapa saat pulang berperang kau terlihat tidak senang?" Will yang ditanya meletakkan cangkir teh setelah menyesapnya sedikit.

"Apa bagusnya membunuh orang lain. Tak membuatku bahagia" Jawaban William membuat Ariana menatapnya dalam. Ia mengingat sesuatu.

"Sepertinya aku ingat mengapa aku bilang aku membencimu." Kali ini pernyataan Ariana membuat William mengangkat alisnya keatas merasa penasaran dengan jawaban Ariana.

"Kau pembunuh Will." Ucapan singkat Ariana membuat william membulatkan matanya terkejut.

"Kau ingat kelinci kecil yang kau beri saat ulang tahunku yang ke-14 tahun. Kau membunuhnya. Dengan mata-kepalaku sendiri aku melihat bagaimana kau mengangkatnya dengan darah kelinci itu menutupi tanganmu. Saat aku pura – pura bertanya dimana dia, kau bilang kelinci itu menghilang. Bahkan kau menambahkan mungkin saja dia kembali kekeluarganya." Ingatan yang tiba – tiba muncul dikepalanya juga mengejutkan Ariana.

"Kau melihatnya? Tapi Ara kau harus tau bahwa aku tidak membunuhnya. Saat aku akan menemuimu, aku melihat kelinci itu terjerat jebakan buatan entah siapa yang menaruhnya. Saat aku membantu kelinci itu sudah mengeluarkan banyak darah. Aku khawatir kau akan bersedih jika tahu bahwa kelinci itu mati jadi aku menyembunyikannya darimu dengan berbohong seperti itu." Penjelasan William memang masuk akal. Tapi masih ada satu hal yang membuat Ariana penasaan.

"Lalu bagaimana dengan kejadian kau yang juga ingin membunuh Amanda? Satu – satunya teman baikku yang tersisa?" William merasa lebih terkejut dengan pertanyaan Ariana. Kali ini Duke Arnold menengahi kedua anaknya.

"Mungkin kalian memiliki banyak kesalah-pahaman selama ini. Dengarkan baik - baik dan jangan sampai kalian mengambil kesimpulan yang salah. Ayah tidak ingin kalian saling menjauh lagi seperti sebelumnya." Ucapan Duke membuat William dan Ariana mengangguk pelan.

"Aku tidak pernah berfikiran ataupun mempunyai keinginan untuk membunuh seseorang apalagi secara sengaja Ara." Kali ini William menjelaskannya dengan emosi yang terlihat tenang.

"Apalagi ingin membunuh temanmu itu." Jawaban William membuat Ariana mengerutkan keningnya.

"Tapi aku ingat Amanda bilang bahwa kau selalu mengancamnya. Amanda juga bilang kau memasukkan sesuatu kedalam minumannya, saat aku mencobanya aku keracunan diusiaku yang ke 15 tahun jika kau lupa." Tunggu, Kali ini penjelasan Will tidak Aria dengar. Ia merasa ada yang tidak benar. Mengingat William yang selama ini menemaninya sejak ia tiba dari berperang, membuat ia ragu mengani ingatannya tentang William. Tapi mengapa selalu ada Amanda di setiap masalah yang Ariana hadapi.

Bersambung..

Kopi duluuu

Kopi duluuu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SURVIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang