Part Eighteen : Dilema

676 96 0
                                    

Happy Reading!

Entah sudah keberapa kalinya Ariana dan Reon pergi keluar hanya untuk berkencan seperti pasangan lain. Dan setiap itu pula selalu ada informasi tentang bagaimana kencan mereka padahal mereka mlekukan itu dengan penyamaran. Duke Arnold juga tidak banyak merespon rumor tentang anak kesayangannya, ayahnya sepertinya menepati janjinya untuk tidak melakukan apapun. 

Ariana sendiri selalu melakukan kencan ameh yang tidak pernah Reon bayangkan dilakukan oleh seorang wanita bangsawan kelas atas. Mulai dari berjalan - jalan ke taman kota, mengunjungi pasar rakyat, menghadiri festival rakyat, hingga menjajal pasar malam yang biasanya tiak terpikirkan oleh bangsawan. Reon pernah menyewa restoran khusus untuk Ariana, tapi Ariana justru hanya makan sebentar dan mengajaknya jalan - jalan disekitar kota dengan baju samaran mereka membuat keduanya bisa lebih bebas tanpa ada pengawalan khusus. Walaupun kesatria pengawal keduanya masih mengikuti mereka, tapi pengawalan dilakukan hanya dari jauh selama situasi aman dan kondusif.

Ariana terlihat lebih santai saat mereka sedang berdua. Kencan yang mereka lakukan untuk menarik banyak mata pada mereka justru membuat mereka semakin dekat. Pembicaraan ringan dan santai hanya dari hal - hal yang mereka lihat membuat obrolan mereka lebih mengalir.

Ariana menikmati apa yang ia lakukan bersama Reon. Sudah lama ia tidak jalan - jalan seperti ini. Biasanya ia akan berjalan seperti ini setiap hari. Melihat kota yang selalu ramai 24 jam sehari. Dulu ia tidak begitu menghiraukannya, tapi sekarang ia sepertinya merindukan keramain kotanya. Ariana bahkan mencoba makanan - makanan pinggir jalan yang cukup enak. Ariana bisa merasakan berbagai macam makanan yang mirip dengan makanan di dunia modernnya. Membuat kerinduannya sedikit terobati. Ariana merasa cukup hanya dengan dirinya yang masih bisa mengingat rasa di kehidupannya sebelumnya.

***

Hari ini setelah mereka berjalan -jalan menikmati jalanan sore di ibu kota, Ariana duduk di kursi taman yang cukup ramai oleh para rakyat yang menikmati waktu sore bersama keluarga mereka.

"Aku tidak tahu akan seramai ini." Reon yang duduk disebelahnya ikut memandang rakyat disekitar mereka yang saling bersenda gurau, tertawa, dan bercerita. memeriahkan suasana sore ini dengan banyak suara bahagia.

"Mungkin karena lokasinya disisi ibu kota, tidak banyak para bangsawan yang datang sehingga para rakyat biasa lebih mendominasi. Bukankah terlihat seperti kota kecil yang bahagia, tidak ada bangsawan semena - mena yang mengatur mereka. Disini mereka terlihat sama. Terimakasih karena putri duke yang cantik menyarankan untuk membantu mereka sehingga kehidupan mereka lebih sejahtera dan stabil, terlihat jauh lebih baik sekarang." 

Ariana memang menyarankan agar profit yang didapatkan bisa digunakan untuk membantu pedagang menengah ke bawah dengan sistem investasi yang bisa dikembalikan jika penjualan mengalami keuntungan. Selain itu, para toko pakaian yang menjual pakaian rakyat biasa sudah bisa mendapatkan pasokan kain yang jauh lebih murah sehingga rakyat bisa menyimpan lebih banyak uang untuk kebutuhan lain, hal ini tentu membantu perputaran uang dalam masyarakat. Seharusnya sektor pangan juga sedang dalam proses setelah Ariana mengusulkan untuk membantu para petani miskin agar lebih sejahtera, selain itu juga membantu mereka mendapatkan pasokan pangan langsung dari tangan pertama. Sehingga harga pasar bisa lebih dikendalikan.

"Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan. Bukankah tujuan adanya kekaisaran semata  mata adalah melindungi rakyatnya? BAyaran dari pajak tinggi yang selalu dibayar rakyat adalah adanya perlindungan dari kelaparan, kemiskinan, kesulitan dan penderitaan. Apa yang kau harapkan jika kau menjadi pemimpin yang dibenci rakyatmu? Bagiku mengambil keuntungan untuk diri sendiri adalah orang -orang tamak dan tidak bersyukur. Itu adalah sifat terburuk dari manusia yang mempunyai kekuasaan, tidak pernah puas." Reon tidak bisa melepaskan pandangannya dari Ariana. Ariana sekali lagi memperlihatkan sudut pandang yang lebih dalam dan luas padanya.

"Apa itu yang dipikirkan kepala kecilmu?" Ariana menatap sengit Reon yang terkesan merendahkannya.

"Dengarkan, maksudku aku tidak pernah tau kau berfikiran sedalam itu tentang pemimpin yang baik bagi rakyat. Sebelumnya kau terlihat seperti bangsawan pada umumnya yang terobsesi pada kecantikan dan status sosial. Sekarang, kau justru memberi pandangan lain padaku. membuatku semakin penasaran apalagi yang kau fikirkan dengan kepalamu itu. Padahal aku sudah melihatmu hampir seumur hidupku, tapi ternyata aku masih tidak mengenalmu sama sekali."

"Karena aku memang bukan Ariana yang kau lihat." Reon berfikir bahwa Ariana bukanlah seperti apa yang dia lihat. Tapi untuk mengenalnya ia perlu berbicara.

"Aku hanya perlu mengnalmu lagi, waktu masih sangat panjang terbentang dihadapan kita. Tidak sulit berbicara denganmu jika harus setiap hari pun."

Ariana tertegun, tiba - tiba perasaannya kembali gusar. Ini buknalah seberapa lama mereka mengenal tapi dari awal Ariana bukanlah dirinya yang asli.

***

Ariana tidak bisa tidur, ia gusar memikirkan apa yang ada didalam hatinya. Ariana merasa apa yang dimilikinya saat ini bukanlah benar - benar miliknya. Mungkin suatu hari ia harus mengembalikan kehidupannya pada Ariana yang asli. Hatinya berkecamuk membayangkan bahwa ia tidak bisa memberikan hatinya pada keluarga ini. Padahal ia sudah sangat nyaman bersama mereka, tapi mengingat suatu saat ia akan pergi bukankah itu akan menyakitinya, karena orang - orang tidak akan tahu. Identitasnya tidak benar - benar ada di dunia ini.

Ayahnya benar, yang paling sulit dan meyakitkan adalah dia yang tidak bisa tenang hidup seakan akan ia mencuri hidup orang lain. Ariana takut, kesal, marah dan sedih dengan keadaan ini tapi apa yang bisa dia lakukan. Tidak siapapun yang bisa membantunya, saat ini hatinya sepi, amat sangat. Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini. Kemana Ariana bisa melampiaskannya,  mengatakannya saja sulit, bagaimana Ariana bisa berkeluh kesah tentang hidupnya. Sekarang dia sendiri, hanya ada dirinya, hanya dia yang bisa menolong dirinya sendiri. 

Ariana terisak, menangisi dirinya sendiri yang harus menjalani takdir konyolnya.  Ariana berharap bahwa yang ia alami ini hanyalah mimpi, saat bangun nanti yang ia lihat adalah kamarnya dengan warna dinding putih pucat dengan banyaknya hiasan dinding dan foto- foto Ariana bersama ibu dan teman - temannya. Ariana berharap ia makan masakan pagi ibunya sambil bercerita apa yang akan dia lakukan. Ibunya akan mengelus kepalanya sambil sesekali tersenyum mendengarkan cerita Ariana. Ariana merindukan ibunya. Kini ia sadar bahwa ibunya sangat berarti, padahal Ia belum meminta maaf pada ibunya sejak terakhir kali mereka bertengkar. Isakannya semakin keras saat ia sadar semua itu tidak mungkin, ia sudah kehilangan kehidupannya dahulu. Di dunia ini, ia memiliki ayah dan seorang kakak laki - laki, tapi ibunya tidak ada disini. Apakah ini seperti yang diharapkannya? Apakah ini seperti kemauannya? Ariana bertanya pada hatinya. Tapi kenapa begitu menyulitkan, Ariana tidak benar - benar memiliki keluarga ini. 

Tangisnya mulai reda saat rasa lelah mendatanginya. Dalam kesedihan, pikirannya melayang jauh entah kemana, Ariana terlelap dalam tidurnya.

Bersambung..

09 februari 2023

SURVIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang