Part Twenty : Fireworks

593 81 0
                                    

Happy Reading!

Ariana merasa cukup excited untuk menyaksikan festival malam ini. Entah mengapa rasanya berbeda daripada pergi bersama putera mahkota. Ia merasa hangat.

Selama di dalam kereta kuda, Ariana tidak bisa mengontrol dirinya. Ia terus melihat keluar jedela, memeriksa keramaian di luar. Senyum terus terukir di wajahnya. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Hal ini tidak luput dari penglihatan ayahnya. Duke yang duduk tepat dihadapan Ariana ikut tersenyum tipis.

"Seharusnya ayah mengajakmu lebih sering." Ucapan ayahnya membuat Ariana memalingkan wajahnya menatap ayahnya.

"Seharusnya memang ayah mengajakku lebih sering." Ariana membalas ayahnya sambil memamerkan senyum hingga giginya terlihat yang membuat ayahnya tersenyum lebih lebar.

"Kau hanya harus bilang, ayah tidak akan menolak." 

"Baiklah, aku akan meminta semuanya sampai ayah muak."

"Akan ayah tunggu." Keduanya tersenyum senang saling mengejek membuat William yang duduk disamping Ariana sadar 'Sejak kapan keluarganya menjadi hangat lagi.'

"Kau juga bisa meminta apapun padaku." Ucapan William membuat keduanya menatap Will yang duduk.

"Ayah lebih berkuasa, aku bisa meminta pada ayah. Kau bawa saja calon istrimu, sepertinya itu cukup."

"Ck, kau sudah mendapatkan ayah sekarang kau membuangku." William membuang wajahnya kesal.

"Will, aku tidak membuangmu. Kupikir jika kau punya kekasih aku bisa memiliki teman saat di kastil." Ariana membujuk Will sambil sedikit menggoyangkan bahunya.

"Kau tidak cukup aku untuk menjadi temanmu?" Kali ini Will menatap wajah Ariana kesal.

"Kau kan sangat sibuk, saat pagi hanya berbicara sebentar lalu kau akan latihan sampai larut malam, bukankah hari ini pun jika ayah tidak memerintahmu kita tidak akan bertemu? Lagipula tidak semua pembicaraan wanita kau bisa mengerti." Ariana memajukan bibirnya, sedikit merajuk pada Will.

"Sudahlah, Will, Ariana benar aku juga ingin tahu kekasih yang kau sembunyikan itu." Ucapan ayahnya yang tenang justru membuat Will terkejut terbelalak, berbanding terbalik dengan Ariana yang tersenyum lebar dengan mata berbinar menatap ayahnya.

***

Ariana Berjalan bersisian bersama ayahnya. Tangannya bergelayut manja sambil sesekali berlari - lari kecil menarik ayahnya ketika melihat sesuatu yang menarik. William yang ikut bersama mereka memiilh untuk berjalan mendahului keduanya. Ucapan ayahnya membuat Ariana terus saja menggodanya dan membuatnya malu. Jadi William memilih menjuah mencari pengalihan lain.

Ariana yang baru saja melihat festival malam semegah ini membuatnya tanpa sadar memperhatikan sekitarnya. Banyaknya lampion dan pertunjukan aksi serta penjual makanan yang melimpah membuatnya terus terkesima.

"Ayah seperti membawa anak berusia lima tahun sekarang." Ariana yang masih memakan daging tusuknya menatap ayahnya jenaka.

"Bukankah aku selalu menjadi anak lima tahun untuk ayah." Duke Arnold mengangguk membenarkan jawaban Ariana sambil menepuk pucuk kepalanya.

"Kau benar. Kalau begitu kemana lagi kita harus pergi?" Ariana memindai sekitar, tempat mana yang seharusnya ia kunjungi selanjutnya.

Tapi matanya terpaku pada anak kecil yang juga sedang membeli makanan bersama ibunya. Anak itu terlihat sangat senang saat ibunya menggendongnya karena tubuhnya sehingga dia bisa melihat makanan yang dia mau. Seyum keduanya membuat ia tersenyum miris.'Ah, aku juga merindukan ibu. Jika ada ibu pasti sempurna.'

SURVIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang