WARNINNG KONTEN +
MENGANDUNG ADEGAN DAN BAHASA DENGAN UNSUR 18+
YANG MERASA DI BAWAH UMUR JANGAN BACA.
BIJAK YA.
Aryana yang masuk dalam cerita buku yang baru saja dibacanya harus berperan sebagai Ariana Asteria Cronvess. Tokoh antogonis yang hidup...
Reon mengangkatnya dan membawanya menuju tanah lapang yang biasanya digunakan kesatria keluarganya untuk latihan. Setelah menurunkan Ariana. Reon berjalan menuju kandang kuda didekatnya dan mengeluarkan kuda berwarna putih. Ariana yang melihat sekeliling tempat merasa aneh karena tempat latihan kesatria tak pernah sepi tapi mungkin latihan telah selesai, pikirnya.
"Wanna go?" Reon menjulurkan tangannya dari atas kuda, mengajak Ariana untuk naik bersama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ariana meraih tangan Reon sebeum duduk menyamping dan memegang tali kekang kuda putih itu.
"Aku bisa naik kuda lain, kenapa harus naik bersama?" Reon hanya membalasnya dengan kekehan kecil.
"Kau akan tahu, pegangan yang erat." Ucapan Reon dibarengin dengan laju kuda yang tiba - tiba menjadi sangat cepat.
Kuda putih itu berlari menembus masuk menuju hutan. Ariana yang tidak sadar kemana Reon akan membawanya hanya menikmati angin yang menerpa wajahnya. Angin yang menerpa Ariana seakan ikut mengangkat semua rasa frustasi di kepalanya. Entah kenapa pikiranya terasa jauh lebih ringan.
"I hate this fuckng life, this stupid time, everything that come to my mind just fuck off. Bastard, Asshole, freak, Biiitch!!" Ariana tanpa sadar berteriak mengeluarkan semua keresahannya. Tanpa peduli pada siapapun, ia hanya ingin bebas sejenak dari beban hati dan pikirannya. Senyum bahkan terukir sangat lebar, sangat lepas setelah ia mengatakannya. Hal yang tidak bisa ia lakukan sebelumnya.
Reon yang melihat senyum yang tidak pernah ia lihat itu berbisik pelan ditelinga Ariana.
"Aku baru pertama kali mendengar umpatan sepanjang itu dalam hidupku." Ariana yang mendengar entah kenapa justru tertawa lepas sambil mendongakan kepalanya mencoba untuk berteriak lagi.
"Termasuk putera mahkota aneh yang selalu mengangguku. Fuck Yoou Bastaard !" Kini Reon yang justru tertawa keras, tidak menyangka bahwa ia dapat mendengar umpatan langsung dari orang lain tepat ditelinganya.
"Aku belum menunjukan bagaimana aku menjadi lelaki brengsek, bagaimana bisa kau sudah mengataiku." Reon memelankan kudanya, kini mereka ada ditengah hutan yang entah ada dimana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Benarkah? Seingatku kau yang kulihat sejak pertama kali kita bertemu adalah lelaki brengsek."
"Apakah yang sepeti ini?" Tiba - tiba Reon menariknya turun dan menggendongnya seperti karung beras. Ariana yang terkejut tentu saja berteriak sebisanya.
"Kau akan membangunkan singa jika kau berteriak sekencang itu." Ariana yang mendengarnya langsung diam seketika.
"Ada singa di hutan ini?" Suara Ariana berubah menjadi sangat kecil.
"Tentu saja! menurutmu apa yang kita waspadai saat masuk ke dalam hutan." Reon menahan senyumnya saat Arian terlihat mempercayai perkataannya.
"Tapi aku pusing, kau membawaku seperti ini bagaimana aku tidak berteriak."
"Baiklah." Reon segera menurunkan Ariana dari pundaknya. Tapi saat mata mereka bertemu, Reon justru melihat kilat kesal dari wajah Ariana.
"Kau pikir aku akan percaya dengan cerita singamu itu." Ariana menghujami Reon dengan pukulan brutal di tubuh Reon, Reon yang terkejut menutupi wajahnya agar tidak mengenai pukulan Ariana.
"Kau pikir aku anak 5 tahun yang akan percaya? Kau benar - benar!" Ariana terus memukul Reon yang membuat tubuh Reon mulai sakit. Melihat celah, Reon mencoba menangkap tangan Ariana agar berhenti memukulinya. Mencoba menahan tagannya dibelakang tubuh Ariana.
Ariana yang tidak bisa bergerak, karena cekalan Reon mulai menatapnya tajam lagi.
"Lepaskan!"
"Tidak jika kau akan memukuliku lagi."
"Kau memang pantas dipukul! Reon, lepaskan aku!" Kali ini tubuh Ariana tidak terkendali membuat Reon tidak bisa menahannya lagi. Keduanya jatuh ke tanah. Membuat Reon jatuh tepat diatas tubuh Ariana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Reon yang berusaha agar Ariana tidak terluka berakhir dengan mengorbankan tangan kirinya untuk melindungi kepala Ariana dan menjatuhkan bahu kirinya terlebih dahulu sebelum Ariana jatuh.
"Ah!" keduanya meringis, namun Ariana meringis karena terkejut, sedangkan Reon terlihat kesakitan.
"Reon, kau baik - baik saja?" Ariana menatap Reon cemas karena Reon masih terlihat menahan sakit.
"Sepertinya terkilir." Ucapan Reon membuat Ariana tanpa sadar menyentuh bahunya.
"Ah!" Arina yang terkejut segera melepaskan tangannya mencoba bergerak menjauh.
"Jangan bergerak." Ariana menuruti perintah Reon.
Tindakan ini membuat keduanya tidak berjarak, bahkan kini mereka saling menatap. Keduanya saling mencoba membaca pikiran masing - masing.
Reon mendekatkan wajahnya. Melihat Ariana tetap diam membuatnya berani untuk semakin mendekat. Reon menunduk, sesaat sebelum bibir mereka bersentuhan, Ariana berbisik.
"Kau terlihat bisa bergerak." Ucapannya membuat Reon menatap Ariana lagi.
"Kau berbohong lagi?" Ariana kini memukul bahunya yang lain. Reon yang ketahuan hanya tertawa menutupi kekesalannya karena gagal mencium Ariana.
"Senang rasanya melihatmu khawatir padaku."
Kau ini benar - benar!" Ariana mencoba untuk bangun sebelum Reon menahannya dengan tangannya yang lain. Memenjaranya. Lengannya mulai menahan kedua lengan Ariana sedangkan jemarinya yang lain menarik dagu Ariana untuk menatapnya.
"Aku belum menunjukkan bagaimana seharusnya menjadi lelaki brengsek padamu." Setelah bisikan itu, Reon menunduk, menyurukan wajahnya ke wajah Ariana. Kemudian mencium Ariana kasar, dalam dan penuh tuntutan.
Jantung Ariana menghentak keras, dadanya berdebar cepat. Lidah Reon membelit lidahnya, menelusuri setiap rongga dimulutnya dengan erotis. Membuat sensasi berbeda dari ciuman mereka sebelumnya. Ciuman mereka semakin dalam dan intens, tak seorangpun ingin berhenti. Bahasa tubuh Ariana mengatakan bahwa ia ingin lebih. Tanpa memikirkan apapun, Ariana hanya ingin Reon, sekarang..