Plak
Aryana memegang pipinya yang baru saja ditampar ibunya. Perkataan bahwa Aryana tidak bahagia bersama ibunya yang terlalu mengekangnya selama 22 tahun hidupnya dan memilih untuk tinggal bersama ayahnya agar bisa lebih bebas membuat ibunya tanpa sadar menamparnya.
"Kau tidak merasa bahagia karena kau tidak merasakan bagaimana rasanya hidup tanpa ibumu." Ucap ibu Aryana sambil memasuki kamar meninggalkan anaknya di teras rumah.
Aryana yang tidak terima, memilih untuk pergi menenangkan dirinya. Padahal ia hanya ingin suasana baru. Sifat keras kepala yang dimiliki Aryana dan ibunya kadang membuat hubungan mereka menjadi sulit. Aryana tidak ingin ia menjauh dan menjadi tertutup dengan ibunya jika ibunya terus mengekang hidupnya seperti ini.
***
Mengunjungi toko buku favoritnya. Aryana melihat berbagai koleksi novel baru yang datang minggu ini. Beberapa novel yang sengaja dibuka oleh pengunjung lain membuat Aryana mengambil salah satunya. Membaca sinopsis dibelakang buku tersebut ternyata membuatnya tertarik karena salah satu nama tokoh yang cukup mirip dengannya yaitu Ariana. Kisah cinta antara putra mahkota dan seorang bangsawan kecil dari desa kecil yang romantis.
Setelah membaca setengahnya, ternyata tokoh bernama Ariana ini menjadi tokoh antagonis yang melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau. Bahkan sampai membahayakan orang lain. Aryana semakin kesal bahwa setiap usaha yang Ariana lakukan hanya membuatnya semakin terlihat buruk. Karena penasaran akhirnya Aryana memilih untuk membeli buku itu.
Sambil berjalan keluar toko buku menuju rumahnya. Aryana masih membaca setiap tulisan dalam novel sebelum satu kalimat dalam novel tersebut membuatnya terkejut.
'Ariana asteria Cronvess dinyatakan bersalah dan akan dijatuhi hukumam mati.'
Seketika Aryana menjatuhkan bukunya.
'Kau pasti mati, aku sudah tahu sifat keras kepalamu yang memaksa putra mahkota menyukaimu hanya akan membuatmu semakin terluka. Tapi mati seperti itu membuatmu lebih menyedihkan. Kau adalah anak seorang Duke, tapi mati sia – sia karena mengejar – ngejar kasih sayang orang lain. padahal aku sangat ingin merasakan kehidupanmu terasa bebas itu dari pada kehidupanku yang terkekang. Kau bahkan lebih bebas daripada aku yang hidup di zaman modern' Batin Aryana sambil mengambil novel yang hanya tersisa beberapa lembar. Saat mengenggam buku tersebut di dadanya. Tiba – tiba cahaya terang datang menyilaukan matanya. Apa itu? Sebelum bisa menghindar, Aryana sudah dilingkupi dengan cahaya terang dibarengi bunyi nyaring ditelinganya.
***
Aryana merasa tubuhnya sangat panas. Ia berusaha membuka matanya yang terasa berat. Saat berhasil membuka matanya, yang ia ihat pertama kali adalah tiga orang wanita dengan pakaian serba biru tua dan beberapa aksesoris berwarna putih seperti celemek kecil dan dasi kupu- kupu yang membuatnya terlihat khas.
Salah satu dari mereka sadar bahwa Aryana membuka matanya.
"Nona.. nona? Apa anda bisa melihat saya? Kau cepat panggil dokter Steven." Tanyanya sedikit khawatir dan memerintah pelayan lain untuk memanggil dokter. Aryana yang masih bingung dengan situasi sekarang hanya menganggukan kepalanya. Bibirnya berusaha mengucapkan kata 'air' karena tenggorokkannya yang sangat kering.
"Nona ingin minum?" Pelayan yang tadi bertanya padanya mengerti apa yang Aryana katakan.
Pelayan yang lain membantu Aryana agar bisa minum dengan baik. Setelah menghilangkan dahaga, Aryana mulai memindai dimana ia sekarang. Ruangan ini terasa besar, banyak furniture di kamar ini yang berwarna putih seperti warna favoritnya. 'Apa ini rumah sakit? Tapi sejak kapan rumah sakit memiliki kamar sebesar ini?' banyak pertanyaan lagi yang terus berputar dikepala Aryana sebelum seorang laki – laki tua datang bersama pelayan yang tadi diperintahkan untuk memanggil dokter.
"Nona, apa kau ingat siapa namanu?"
"Aryana." Kalau begitu apakah kau mengenal saya?" tanya dokter itu lagi sambil memeriksa tanda vital dari Aryana.
"Kau.. Siapa?" Ucapan Aryana lemah karena kondisinya yang memang baru sadar dari masa kritis membuat dokter itu diam sejenak sebelum kembali memeriksa denyut nadi dan pupil mata Aryana dengan senter kecil dari sakunya. Tak lama seorang lelaki yang jauh lebih muda dari dokter ini datang dengan wajah khawatir dan duduk disisi kasur Aryana setelah dokter yang memeriksanya menyingkir.
"Kau sudah sadar? Apakah ada yang sakit? Apa kau lapar? Kau ingin makan sesuatu? Atau kau butuh sesuatu? Apapun yang kau inginkan akan ayah lakukan, ayah akan lakukan apapun untukmu selama kau baik – baik saja, jadi jangan membuat ayah khawatir lagi. Kau membuat ayah sangat takut Ariana." Ucapnya sambil menggenggam tangan Aryana lembut seakan – akan jika ia menggenggamnya sedikit lebih kuat akan membuatnya hancur.
"Keadaan nona Ariana masih sedikit demam tuan, mungkin karena ia baru sadar maka tubuhnya masih perlu menyesuaikan diri. Selain itu, kondisi tubuh yang lain tidak ada masalah hanya saja sepertinya nona Ariana kehilangan ingatannya."
"Apa? Ariana apa kau tidak ingat siapa aku?" Tanya Duke Arnold yang juga ayahnya dan dijawah Aryana dengan gelengan.
'Apa maksudnya hilang ingatan, bukankah mereka yang mungkin salah orang? Aryana jelas masih mengingat keluarganya, ayah dan ibunya yang sudah bercerai dan hidup masing – masing serta teman – teman kampusnya yang kemarin baru saja ia temui. Kenapa malah orang – orang asing ini yang datang.'
Baru akan mengatakan isi hatinya tiba – tiba kepala Aryana berdenging seperti sebelumnya. Ia merasa dejavu dengan suara ini, suaranya yang seakan memanggil namanya terus berdengung membuatnya menutup telinga dan tanpa sadar mulai berteriak saat suara itu semakin banyak dibarengi oleh rasa pusing yang ia rasakan. Orang – orang yang berada di kamar ikut terkejut dan berusaha menenangkan Aryana. Aryana merasa kepalanya dihatam ratusan batu. Lama kelamaan rasa sakit dan suara itu menghilang setelah dokter tua itu menyuntikan sesuatu ke dalam tubuh Aryana. Aryana yang tiba – tiba merasa mengantuk menatap lelaki yang masih mengenggam tangannya sebelum kegelapan kembali menyelimutinya.
"Ayah."
***
Bersambung..
Salam dari Aryana teman – teman
KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVE
RomanceWARNINNG KONTEN + MENGANDUNG ADEGAN DAN BAHASA DENGAN UNSUR 18+ YANG MERASA DI BAWAH UMUR JANGAN BACA. BIJAK YA. Aryana yang masuk dalam cerita buku yang baru saja dibacanya harus berperan sebagai Ariana Asteria Cronvess. Tokoh antogonis yang hidup...