30 - Hal lain?

371 58 0
                                    

Happy Reading!

Ariana menikmati semilir angin di ayunan favoritnya. Sudah lama ia tidak senyaman ini. Menikmati waktunya sendirian hari ini adalah rencananya.

"Produksi pakaianmu sudah bisa di pesan sejak hari ini. Permintaan yang membludak cukup membuat para pekerja sibuk untuk dua bulan kedepan. Apalagi variasi warna yang kau tawarkan benar - benar menarik minat banyak orang. Bagaimana kau memikirkan model pakaian seperti ini? Aku bahkan masih bertanya - tanya bagaimana nona muda keluaga duke datang dengan pemikiran seperti ini. "

"Entahlah, hanya muncul dikepalaku saat itu."

Ariana membalas seadanya. Hari yang ia bayangkan akan damai ternyata hanya harapannya. Sayangnya sejak beberapa jam yang lau Elisabeth sudah mendatanginya dengan alasan pembicaraaan penting. Tapi hingga kini ia hanya terus mengajak Ariana mengobrol santai. 

Ariana ingin mengusirnya, tapi melihat Elisabeth yang tidak terganggu padahal Ariana menjawab jawaban seadanya membuat Ariana membiarkannya.

"Kalau begitu, setelah rencanamu selesai apa yang akan kau lakukan sekarang?" Ariana berfikir sejenak, matanya menatap langit sore dihadapannya. 

"Entahlah, aku belum memikirkannya sejak rencanaku selesai aku tidak tahu apa yang kuinginkan sekarang." Tiba - tiba hatinya terasa kosong.

'Rencananya sudah berhasil, lalu apa selanjutnya?'

***

Di pesta malam itu..

"Kalau begitu baguslah, karena mulai sekarang semua koleksi pakaianku juga akan dijual melalui toko pakaian keluarga Trafelion." Ariana tersenyum miring menatap Elisabeth yang dibalasnya dengan dengusan kecil sambil menggelengkan kepalanya.

Sekarang.. Pesta baru saja dimulai!

"Ariana, apa yang baru saja kau katakan barusan?" Ariana berbalik menatap Amanda yang menatapnya seakan terluka.

"Kurasa telingamu masih bekerja dengan sangat baik nona Winstin. Aku mengatakan tepat seperti yang kau dengar" Perubahan sekilas ekspresi wajah amanda membuat Ariana tertarik.

"Apa yang terjadi padamu Ariana? Kita baik - baik saja tadi, lagipula sejak kapan kau memanggilku seperti itu? Kau selalu memanggilku degan nama depanku bukan? Kau tau aku tidak suka nama itu. Bagaimana bisa kau tiba - tiba berubah seperti ini? Dan bekerjasama dengan wanita licik ini? Kau lupa dia adalah wanita jahat yang selalu mencelakai sahabatmu satu - satunya ini." Dengan suara yang sedikit meninggi, Amanda berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa Ariananya tak mungkin berubah. Matanya terus menatap kedua mata Ariana, mencari kebohongan yang diucapkannya.

"Entahlah, mungkin sejak kau mendorongku saat itu?" Ariana berbisik tepat di telinga Amanda. Wajahnya yang awalnya sangat merah berubah menjadi pucat pasi. Ariana tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Bahkan Ariana harus sedikit berdehem untuk mengontrol rasa senangnya.

"Ekhem, mungkin kau harus terbiasa dengan panggilanku nona Winstin. Ini adalah nama yang kau miliki sejak lahir, jadi jangan pernah lupa bahwa kau adalah Amanda Winstin. Ah satu lagi, wanita licik yang kau sebut jahat itu adalah musuhmu bukan musuhku." Ariana berbalik menatap Elisabeth yang menunggunya dan melanjutkan langkahnya menuju penjaga istana yang berjaga di depan pintu masuk.

"Siapa bangsawan yang akan menemani anda nona?" Alasan utama para bangsawan menjadi penjilat kotor. Hak istimewa bangsawan atas untuk bisa mengajak bangsawan lain untuk bisa masuk ke dalam rumah kaca. Sebuah kehormatan besar untk bisa berbicara secara langsung dengan Yang Mulia Ratu.

"Tidak ada." pernyataan tegas Ariana langsung diangguki penjaga Istana. Menimbulkan suara orang - rang yag saling berbisik. Ariana tidak peduli, ia hanya ingin semua orang tahu bahwa Amanda tidak ada hubungannya lagi dengannya. Sehingga Amanda tidak bisa memakai namanya seenaknya lagi dimanapun. Semua telah berakhir Amanda!!

SURVIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang