Twenty Five : Misi

365 48 0
                                    

Happy Reading!

Ariana membuka matanya, cahaya matahari cukup terik menyinari ruang perpustakaan ini. Lampu malam yang temaram telah berganti cahaya terang sinar matahari. Mengangkat kepalanya, Ariana sadar ia tertidur di meja penjang perpustakaan keluarganya. Saat matanya bertemu dengan Maria, saat itu juga Ariana melihat wajah Maria menjadi pias menatapnya.

"Nona, hidung anda mengeluarkan darah!"

Ucapan Maria sontak membuat Ariana menyeka sekilas hidungnya. Darah segar mengalir meski sudah beberapa kali Ariana menyeka dengan punggung tangannya. Darahnya terus menetes hingga membuatnya pening. Apakah ia terlalu lelah kemarin? 

***

Ariana berakhir diranjangnya. Dokter keluarganya mengatakan bahwa Ariana mungkin kelelahan karena tidak ada gejala lainnya. Tubuh Ariana memang menjadi lemas setelah ia mimisan tadi. Padahal seingatnya ia tidak terlalu lelah saat bersama Reon kemarin, tidak juga lelah hanya karena ia membaca buku di perpustakaan semalaman, dikehidupannya dulu terjaga semalaman adalah hal biasa.

Ariana tenggelam dalam pikirannya. Sendirian di kamarnya memaksa Ariana bergelut dengan pikirannya sendiri. Tidak ada hal lain yang bisa dilakukannya, tapi melihat kejadian di perpustakaan hari ini cukup membuat Ariana harus berhadapan dengan amukan ayah dan kakaknya. Ariana sudah pasti harus mendekam di kamarnya untuk beberapa hari kedepan. 

Waktu istirahatnya ternyata cukup menguntungkannya. Ariana tidak diganggu oleh siapapun selama ia mendekam di kamarnya. Selain Maria dan beberapa dayang yang membantunya, hanya ayah dan kakaknya yang akan datang setiap hari untuk memeriksa keadaanya. Sehingga Ariana  bisa bebas menulis dan mengingat pertemuannya dengan Ariana asli dalam mimpinya. Ariana juga memikiran rencana yang akan dilakukannya selanjutnya.

Kebusukan yang ternyata sudah disadari Ariana asli membuatnya bisa dengan mudah menunjukkan permusuhannya pada Amanda. Ariana sadar bahwa Amanda pasti tahu bahwa cepat atau lambat ia akan mengingat kejadian itu. Amanda pasti sangat khawatir sehingga dia selalu berusaha untuk menyinggung mengenai ingatannya. Bukankah ini saatnya ia menunjukkan kekuatan dunia modern pada wanita ular ini? 

***

Ariana memang berencana untuk melakukan konfrontasi langsung pada Amanda. Rencananya adalah untuk memastikan rubah betina itu tidak berani mendekatinya dan keluarganya lagi. Tapi sebagai manusia modern yang hidupnya tidak bertemu langsung denga manusia  jenis parasit ini, bagaimana ia harus memulai rencananya? Ia tidak ada pengalaman membalas dendam! Ia memang pernah memiliki masalah dengan orang lain, tapi tidak dengan manusia yang berniat menghilangkan nyawa orang lain. Amanda adalah jenis manusia yang tidak peduli apapun untuk mencapai keinginannya, hal yang tak pernah Ariana lihat sebelumnya. Ilmunya kini hanya berdasarkan kisah - kisah novel romansa yang sering dibacanya. 

Lalu bagaimana? Ariana meremas rambutnya frustasi. Saat mendongakan kepalanya, matanya bertemu dengan Maria yang menunggu Ariana di depan pintu kamarnya.

"Maria, apa kau tahu tempat yang biasa aku datangi jika aku bosan di rumah ataupun bosan berbelanja saat bersama Amanda?"

Maria mendekat pada Ariana sambil memerintahkan seorang dayang untuk menyerahkan segenggam surat yang dipegangnya pada Ariana.

"Biasanya anda akan menghadiri undangan pesta yang diterima keluarga duke nona. Selama anda dalam masa penyembuhan, Tuan Duke melarang segala undangan yang datang untuk nona muda, jadi saya selalu mengurus ini sampai nona sendiri sejak nona dalam pemulihan."

Ariana mendengarkan sambil membuka satu - persatu surat yang sudah ditangannya.

"Baiklah, aku akan melihatnya. Kau boleh pergi."

***

Ariana akhirnya memilih salah satu undangan bangsawan yang cukup tinggi. Ia yakin Amanda pasti akan datang dan ia bisa bertemu dengannya. Bukankah wanita itu sangat tergila - gila dengan posisi, pasti ia akan mendekat pada kekuasaan. 

Anehnya saat Ariana masuk menuju ruang perjamuan, tak ada satupun yang menghampirinya. Berbeda seperti saat ia datang bersama Reon tempo hari. Ariana sempat bertanya - tanya, apakah pengaruh Reon sangat mempengaruhi posisinya? Atau dipesta ini kedudukannya sebagi anak seorang duke tidak ada artinya? Seharusnya tanpa Reon kekuasaan ayahnya sudah lebih dari cukup untuk membuat bangsawan lain segan padanya.

Kebanyakan wanita yang dilihatnya saling berbisik dan menatapnya sinis saat matanya bertatapan dengan Ariana. Berbanding terbalik dengan para pria yang menatapnya lekat seakan - akan meminta Ariana membalas tatapan mereka. Susana yang terasa mencekik Ariana ini membuatnya tidak nyaman. Akhirnya ia justru berjalan menuju salah satu balkon yang cukup sepi. 

"Kenapa tidak ada yang mendekatiku? Padahal bukan begini rencanaku." Ariana  bergumam sendiri, Seharusnya orang - orang mendekat padanya seperti tempo hari, bertanya mengenai pakaian, rambut, make up yang sudah susah payah ia pikirkan.

Ariana bersusah payah merombak pakaianya dan membuatnya lebih sederhana namun tetap telihat elegan untuknya. Kain mahal dengan ukiran emas yang ia kombinasiakan dengan tali pita panjang berbahan beludru, membuatnya seperti kumpulan untaian yang menjuntai indah dipundaknya. Belum lagi dengan rambutnya yang digulng keatas, membiarkan sisa rambutnya berjatuhan, ditambah hiasan rabut berwarna perak dan sedikit ornamen berwarna merah seperti warna pita panjang dipundaknya. Make up tipis yang membuatnya terlihat segar tanpa membuatnya berlebihan adalah daya tarik wanita modern. Ariana sangat puas dengan hasilnya. Tapi bagaimana bisa tidak ada yang tertarik dengan tampilannya sekarang?

"Ku kira ada kesalahan saat mendapatkan balasan darimu kalau kau akan datang, tapi tenyata kau memang datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ku kira ada kesalahan saat mendapatkan balasan darimu kalau kau akan datang, tapi tenyata kau memang datang. Bagaimana rasanya hadir dalam acara musuhmu?" Ariana berbalik menemukan seorang wanita dengan gaun berwarna putih pucat dengan beberapa renda sebagai hiasanya, anting besar yang digunakannya sebagai aksesoris, hiasan rambut yang melingkar dikepalanya, belum lagi dengan rambut yang dibiarkan terurai tapi tetap membuatnya terlihat cantik. Mengingatkan Ariana pada pakaiannya saat pesta kekaisaran tempo hari.

"Nona Elisabeth Trafelion, selamat atas pesta pertama anda." Ariana tidak peduli dengan apa yang wanita ini katakan. Alarm dikepalanya sudah berbunyi saat matanya bertemu dengan mata hitam wanita ini. Ariana mengenali wajahnya, sangat. 

Ariana dimasa lalu memang memiliki banyak masalah karena membantu Amanda, tapi ia juga tidak banyak mengenal nama mereka satu persatu. Amanda hanya memberitahu orang yang mengganggunya tanpa mengatakan siapa namanya. Jadi saat nama Elisabeth muncul, Ariana tidak berfikir bahwa ia akan bertemu wajah yang sangat familiar ini. Musuh nomer satu dari Amanda. 

Ariana sekarang sadar kenapa ia mendapatan tatapan seperti itu sejak ia masuk kedalam ballroom. Karena saat ini ia sedang masuk kedalam sarang singa yang siap menerkamnya. Ia seperti rusa bodoh yang menyerahkan dirinya secara sukarela untuk dicabik - cabik oleh sang predator.

'Sekarang apakah Ariana bisa selamat?'


Bersambung...

Yang mau info kapan lanjut bisa follow akunku. Karena aku pasti bikin pengumuman. Satu lagi ditunggu ya. 

SURVIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang