49 - Wake up

77 5 0
                                    

Happy Reading!

Cahaya matahari pagi menerobos masuk melalui celah - celah tirai kamar tidur, Maria membuka tirai dan membiarkan cahaya matahari menyebar di seluruh ruang kamar. 

Ariana mengerutkan matanya kecil, cahaya yang menusuk matanya membuat Ariana merasa terganggu. Sesaat, ia mulai mengerjapkan matanya perlahan berusaha membiasakan cahaya yang masuk ke dalam matanya. 

Setelah cukup jelas, Ariana mulai memperhatikan di mana ia berada. Ruangan yang tak asing dengan berbagai ornamen berwarna biru tua yang tidak banyak berubah itu membuatnya sadar jika ia berada di kamarnya dulu.

Tatapan yang awalnya terilhat bingung menghilang seketika menjadi tanpa ekspresi apapun. Wajah dingin di wajahnya menunjukkan bagaimana ia tidak lagi tertaarik dengan apapun, termasuk alasan bagaimana dan berapa lama dia berbaring di kasur kamarnya.

"Nona?" Wajah penuh haru Maria saat Ariana meliriknya, meyakinkannya jika ia benar - benar berada di kastilnya. 

"Akhirnya nona sadar! Terimakasih, terimakasih karena sudah bertahan nona! Syukurlah." Air mata haru mengalir di pipi Maria. Ia bahkan memegang lengan Ariana erat, tanpa bisa Ariana balas karena tangannya terlalu lemah untuk membalas genggaman tangannya.

"Ah, saya tidak seharusnya terbawa suasana seperti ini. Saya harus segera memangil tuan duke. Dia pasti sangat senang melihat nona sudah sadar seperti ini." 

Maria segera berlari meningalkan Ariana. Dalam hitungan detik, langkah kaki yang terdengar cepat semakin dekat menuju kamarnya. Dalam sekali hentakan, seseorang sudah memeluk tubunya. 

"Ku pikir aku tidak bisa bertemu denganmu lagi." William memeluk tubuh lemah Ariana sebelum menatap Ariana penuh haru. Tatapan yang sama dengan yang Maria tunjukkan padanya.

'Sejak kapan kau bisa menatapku seperti ini?'  Kebingungan Ariana bertambah saat ia mendengar suara duke tepat di belakang William.

"Will, kau akan menyakiti adikmu. Dia baru saja bangun, jadi biarkan dokter memeriksanya terlebih dahulu."

"Ah, sepertinya aku terlalu bersemangat. maafkan aku adik." Will melepaskan pelukannya dengan senyum yang terlihat sampai matanya dan membiarkan dokter untuk memeriksanya.

"Keadaan nona Ariana sudah stabil tuan, Namun beberapa hari ini nona masih harus dalam pengawasan untuk membiasakan kondisi tubuhnya." 

Penjelasan dokter membuat Duke mendekati Ariana. Wajahnya yang terlihat lebih tua dari saat terakhir Ariana mengingatnya membuatnya bertanya - tanya, sudah berapa lama ia tidak sadarkan diri. Namun, mimik wajahnya yang tersenyum lembut menatapnya lebih menarik bagi Ariana, mengingat itu adalah hal yang tidak pernah ia lihat sepanjang hidupnya.

"Kau tidak merasa sakit bukan?" Pertanyaan ayahnya sambil membelai rambut Ariana tidak membuatnya berniat untuk menjawab pertanyaan itu. 

"Kau pasti merasa sangat sakit, aku akan menyiapkan makanan kesukaanmu agar kau bisa mendapatkan banyak energi." Sekali lagi, Ariana tidak memberikan jawaban apapun. Wajahnya yang semakin datar dan dingin adalah satu - satunya ekspresi yang ia tunjukkan.

"Ayah, kau bertanya terlalu bayak, bukankah dia baru saja bangun? Lebih baik biarkan dia beristirahat seperti yang dokter katakan." William yang menginterupsi membuat duke seakan sadar dengan tindakannya.

"Maaf, ayah lupa jika kau baru saja sadar. Lebih baik kami meninggalkanmu untuk beristirahat dulu." Duke mendekat pada Ariana dan mencium dahinya.

"Selamat beristirahat putriku."

Duke Arnold dan William meninggalkan Ariana sendiri, menyisakan Maria yang sengaja menunggunya jika Ariana membutuhkan sesuatu.

"Nona pasti sangat senang, tapi sekarang istirahat adalah yang paling utama." Wajah berseri Maria membuat Ariana tidak bisa menahan dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SURVIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang