Happy Reading!
Ariana mengernyitkan matanya. Kepalanya masih berdenyut nyeri. Sejak semalam ia memang sudah membuka matanya. Namun, karena dokter yang menjaganya meminta untuk melanjutkan tidurnya. Akhirnya, Ariana kembali tidur dan akhirnya terbangun saat matahari sudah bersinar terang.
Kepalanya masih terasa pusing. Tetapi daripada kembali berbaring, Ariana memilih untuk turun dari ranjangnya. Kamarnya yang sepi ternyata juga dibarengi dengan lorong kamarnya yang juga sepi. Tapi ini juga memudahkan Ariana untuk menyegarkan tubuhnya. Jika ia bertemu salah satu pelayan pasti ia akan segera diminta kembali ke kamarnya.
Kakinya berjalan menuju ayunan di tamannya yang sudah lama tidak ia lihat. Ariana berniat mengambil selimut untuk menghangatkannya tetapi matahari seperti menyambutnya, membuat Ariana akhirnya hanya duduk diatas ayunan.
"Disini terlalu dingin."Suara bariton laki - laki membuat Ariana membuka matanya.
Evans memakaikan selimut yang sempat Ariana lihat. Ariana yang melihat perlakukan Evans sedikit terkejut walaupun ia hanya diam memperhatikan gerak geriknya.
"Apa yang tuan muda Trafelion lakukan disini?" Ariana akhirnya mengatakan apa yang dipikirkannya. Pertanyaan Ariana membuat Evans menatapnya.
"Elisabeth datang bersamaku, tapi karena kau tidak ada dikamarmu, kami berpencar, mungkin sebentar lagi dia akan datang." Ariana mengerti, tapi yang tidak ia mengerti adalah mengapa Evans menjawabnya sampai berlutut dihadapannya begini? Membuat Ariana canggung dengan posisi keduanya.
Tak lama, Elisabeth memang datang dengan beberapa pelayan dan Maria yang terlihat terengah- engah.
"Arianaa! Apa yang kau lakukan disini?" Suara tinggi Elisabeth membuat Ariana sedikit terkejut. Posisi Evans bahkan sudah terganti dengan Elisabeth.
"Mencari udara segar."
"Kau baru saja sembuh sebaiknya kembali kekamarku." Elisabeth mulai menormalkan suaranya. Berusaha menarik tangan Ariana untuk berdiri.
"Tidak, Kepalaku hanya akan semakin pusing jika terus dikamar. Disini lebih baik."
"Tapi kau baru saja sadar setelah 3 hari, tubuhmu masih perlu beristirahat."
"Justru itu, aku perlu melemaskan ototku yang kaku karena terlalu lama berbaring." Elisabeth terlihat pasrah dengan ucapan Ariana. Maria juga pergi setelah Elisabeth memberikan beberapa isyarat padanya.
"Daripada itu apa maksudmu aku baru sadar stelah 3 hari? Bagaimana bisa aku pingsan selama itu?"
"Kau pingsan setelah kau mimisan sangat banyak. Dokter bilang kau kelelahan dan kekurangan darah, sehingga hanya perlu banyak istirahat." Ariana mengangguk mengerti
"Baiklah, kalau begitu bagaimana kondisimu saat ini?" Elisabeth mulai memperhatikan wajah Ariana yang masih pucat.
"Kepalaku sudah lebih baik sekarang, hanya dadaku masih sedikit nyeri." Entah bagaimana, sejah ia bangun tadi, dadanya berdenyut nyeri, seakan setiap nafas yang ditariknya membuat dadanya nyeri. Tapi setelah ia bersantai di taman, rasa sakit itu sudah berkurang setengahnya.
"Kau butuh kupanggilkan dokter?" Wajah Elisabeth dan Evans kembali terlihat khawatir.
"Tidak, sekarang aku baik- baik saja. Lebih baik ceritakan padaku, apa yang kalian lakukan di kastilku pagi - pagi sekali?" Keduanya saling bertatapan sebelum menatap Ariana.
"Menjengukmu tentu saja apa lagi, aku selalu datang melihatmu sebelum memeriksa toko. Kebetulan hari ini Evans juga ingin menjengukmu, jadi beginilah akhirnya kami datang bersama."
"Kau benar! Bagaimana keadaan bisnis kita?" Ariana harusnya ingat bahwa sekarang ia memiiki banyak pekerjaan yang harus dilakukannya.
"Semuanya baik - baik saja. Antrian pengunjung tak pernah sepi sejak salon dibuka. Selain itu juga aku melakukan seperti saranmu. jika tidak ada masalah, minggu depan kita bisa memulai kerjasama dengan toko - toko kecil yang kau sarankan."
"Kau melakukannya dengan sangat baik. Lalu, apa ada sesuatu yang terjadi selama aku tak sadarkan diri?"
"Sepertinya tuan duke melakukan sesuatu. Rumor di Istana mengatakan Kaisar sangat marah karena mengetahui apa yang Putri Cecilia lakukan. Karena kejadian ini Puteri Cecilia kabarnya akan dikurung di Istananya. Dan seluruh pengikut puteri juga akan menerima hukuman." Penjelasan Elisabeth membuat Ariana terkejut.
"Puteri Cecilia?" Ariana menjadi bingung dengan penjelasan Elisabeth.
"Tapi, bukankah kaupun tahu dia tidak ada hubungannya dengan sakitku? Dia memang berniat menyerangku, itu juga karena aku sedikit memprovokasinya. Lalu bagaimana bisa ia disalahkan? Bukankah vas bunga itu juga tidak mengenaiku?"
"Ya, apa yang kau katakan benar, dia memang tidak ada hubungannya. Tapi setelah dokter menjelaskan pemicu tubuhmu collapse berasal dari tekanan besar dan stress yang terlalu tinggi, lalu ketika aku menceritakan apa yang terjadi antara kita dan Puteri Cecilia, duke terlihat sangat marah."
"Jadi Maksudmu saat ini Puteri Cecilia dan semua pengikutnya akan dihukum termasuk Amanda?" Elisabeth hanya mengangguk dengan pertanyaan Ariana.
Apakah ini akhirnya? Tapi bagaimana bisa ayahnya melakukan ini?
"Ara!" Ariana menoleh ke asal suara. William dan Reon berlari menghampirinya dengan pakaian kesatria mereka.
"Untung saja kau tidak apa apa. Aku sangat khawatir saat mendengar kabarmu, maaf baru menemuimu sekarang." Pelukan Reon membuat Ariana terkejut. Tentu saja ia tidak bisa membalas pelukan Reon. Wajah kesal William membuat Ariana mengurungkan niatnya.
Keduanya memang mengurusi rencana Faksi Kekaisaran untuk memulai pembangunan fasilitas kesehatan bagi rakyat di pinggiran kota. Itu juga yang membuat keduanya sangat sibuk dan seakan menghilang beberapa bulan ini.
"Ekhem, Bukankah seharusnya aku sebagai kakaknya yang terlebih dahulu memeluknya wahai Yang Mulia Putera Mahkota?" William menahan amarahnya. Reon yang tersadar segera melepaskan lingkaran tangannya di tubuh Ariana.
"Ah, kau benar. Kau pasti lebih merindukannya." Reon mundur selangkah untuk memberikan ruang pada William untuk mendekat pada adiknya itu.
"Tuan muda dan Yang Muia, tuan duke meminta anda bedua untuk menghadapnya sekarang." Pelayan utama kastilnya datang tepat pada saat William maju untuk memeluk adiknya itu.
"Haaah, waktu itu memang penting. Tunggu aku adik kecil. Senang melihatmu baik - baik saja." William akhirnya hanya mengacak rambut Ariana sebelum berbalik dan berlalu bersama pelayan utama.
"Sampai bertemu lagi." Reon tersenyum membelai rambut Ariana yang sedang ia rapihkan, tersenyum dan berbalik meninggalkannya.
Bersambung...
***
Haiiii.
Maaf banget baru update.
Kirain baru 3 hari ternyata udah seminggu ga updatenya wkwk
Makasih juga yang udah ingetin.
Karena kesibukan lain jadi sering lupa, atau apa mau dibikin jadwal aja? Kalo mau ada jadwal update kalian prefer kapan?
Seminggu sekali cukup kan?
![](https://img.wattpad.com/cover/314411340-288-k21671.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVE
RomanceWARNINNG KONTEN + MENGANDUNG ADEGAN DAN BAHASA DENGAN UNSUR 18+ YANG MERASA DI BAWAH UMUR JANGAN BACA. BIJAK YA. Aryana yang masuk dalam cerita buku yang baru saja dibacanya harus berperan sebagai Ariana Asteria Cronvess. Tokoh antogonis yang hidup...