Happy Reading!
Ariana membuka matanya. Hal pertama yang dia lihat adalah cahaya yang tidak asing yang muncul dihadapannya. Jantung Ariana berdetak keras. Jika pemikirannya benar, saat ini ia sedang berada di tempat untuk bertemu Ariana asli.
'Apakah ini seperti sebelumnya?' Ariana berlari mencari satu - satunya orang yang ada di tempat ini. Ia terus mencari sekeliling, menoleh kekanan, kekiri, kesemua sisi yang bisa dilihatnya. Tapi tak ada apapun di dalam tempat ini selain dirinya. Ariana menundukan kepalanya lemas. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. 'Bahkan ketika dia sudah berhasil sampai ke tempat ini, dia masih saja sendirian. Sekarang apa yang harus dia lakukan?'
"Aryana?" Suara seseorang yang keheranan membuat Ariana menolehkan kepalanya. Wajah familiar yang sangat ditunggunya.
"Kenapa kau terlihat sang--" Ariana berlari dan memeluk Ariana asli dengan erat. Ia mendekapnya seakan - akan jika ia melepasnya, semuanya akan hilang.
"Ku pikir semua ini hanya bunga tidur, ku pikir kau hanya khayalan, aku tidak akan pernah bisa datang ketempat ini lagi, tidak bisa bertemu denganmu, ku pikir aku akan tetap sendirian, semuanya harus ku tanggung sendiri, aku harus menanggung semua kebohongan ini sendirian, selamanya. Aku harus terus hidup dalam rasa bersalah karena mengambil kehidupanmu. Semua kebahagiaan yang kurasakan seperti hanya ilusi. Itu semua bukan untukku, tapi karena mereka pikir itu kau. Membuatku semakin takut menerima kebaikan keluargamu. Jika mereka akhirnya tahu, aku tidak sanggup menanggung akibatnya. Aku tidak sanggup menanggungnya sendirian, ini terlalu berat Ariana. Tolong aku." Keduanya saling memeluk, memberi kekuatan satu sama lain. Hanya mereka yang paling mengerti perasaan bingung, takut, dan sedih satu sama lain.
"Kau pasti sangat menderita. Tapi Aryana, dengar, kau tidak menggantikanku. Kau hidup sebagai dirimu sendiri. Lakukan apapun yang kau ingin lakukan dengan tubuhku, karena sejak kau menggantikan jiwaku maka saat itu ceritamu sendiri baru saja dimulai. Lagipula jika semua orang tahu lalu apa? Bukankah kau juga tidak mau seperti ini? Kau sudah cukup menderita dari pada siapapun! Jadi apapun yang terjadi itu bukanlah salahmu." Ariana asli melepaskan pelukanya menatap mata Ariana, menenangkan.
"Lagipula, bukankah aku juga sedang menjalani hidup sebagai dirimu? Ah, memanggil namamu terasa seperti memanggil diriku sendiri, bagaimana jika aku memanggilmu Aya? Seperti ibumu memanggilmu? Kau bisa juga memanggilku Ara seperti keluargaku memanggilku." Semua perkataan Ariana asli membuatnya terdiam memproses setiap kata yang didengarnya.
"Kita benar - benar bertukar jiwa? Kau hidup sebagai aku dan sebaliknya?" Semua pertanyaannya hanya diangguki dengan yakin oleh wanita dihadapannya ini.
"Aya, aku sudah memberitahumu saat pertama kali kita bertemu."
"Aku hanya masih sedikit terkejut. Setidaknya aku lega ibuku tidak mengira bahwa anaknya sudah mati."
"Ibumu adalah wanita paling perhatian yang pernah kulihat. Kau tahu, ia adalah pendengar yang baik. Merasakan kasih sayangnya membuatku, hangat. Kau mengerti maksudku?" Ara memegang dadanya, seolah - olah menunjukkan hatinya dan wajahnya yang tersenyum lembut, memperlihatkan perasaan tulusnya pada Aryana.
"Dalam ingatanku, ibuku hanya wanita yang suka mengatur kehidupanku. Tapi syukurlah jika ia baik - baik saja. Ayahmu juga masih sibuk dengan pekerjannya, tapi setiap hari dia selalu menyempatkan untuk makan bersama. Aku cukup banyak berbicara dengannya."
"Benarkah? Aku tidak pernah melakukan itu sebelumnya. Dia terlalu sibuk jadi aku juga menyibukkan diri, sayangnya aku justru terperangkap dalam jebakan iblis."
"Amanda?" Ara mengangguk, tapi matanya terlihat hampa. Entah kemana pikirannya kini berkelana.
"Aku selalu berfikir bahwa, aku sangat beruntung memilikinya yang mau berteman denganku. Tapi sepertinya aku salah, dia membuatku berteman dengannya hanya untuk menjadikanku tamengnya untuk melawanpara bangsawan. Awalnya kupikir itu tidak masalah, karena dia adalah temanku satu - satunya, mungkin juga karena berteman denganku membuatnya banyak mendapat penindaan dari bangswan lain, jadi aku sering merasa bersalah karena berteman dengannya saja. Tapi saat hari terakhir aku didalam tubuh asliku, ternyata aku memang salah memilihnya sebagai teman bahkan saudara. Dia tidak peduli padaku, dia hanya ingin kekuasaan yang ada dibelakangku.Padahal jika dia mengatakannya langsung mungkin akan kuberikan. karena saat itu hanya dia yang kumiliki. Tapi dia menginginkan posisiku tanpa ada aku di dunia ini. Aku masih sangat ingat saat dia dengan sengaja mendorongku di jembatan itu. Senyumannya saat melihatku jatuh masih terus terngiang dikepalaku. Membayangkan seberapa besar keinginannya untuk menghabisiku membutaku sangat sedih, padahal aku hanya ingin seseorang yang ada disampingku, tapi sepertinya kehadiranku saja sudah sangat mengganggunya. Jadi saat kukira aku akan mati karena air sungai yang sangat deras itu meyeretku kedalam sungai, air terus masuk ke kerongkonganku, aku hanya bisa berdoa dikehidupanku seanjutnya, setidaknya ada satu orang yang akan menyayangiku. Dan seperti keajaiban saat aku membuka mata aku melihat ibumu. Begitulah akhirnya aku hidup menjadi dirimu."
"Tunggu, mengapa aku tidak mempunyai ingatan saat kau di dalam air sungai?"
"Mungkin karena trauma? Entahlah. Kau ingin aku memperlihatkannya?" Tiba - tiba ruangan putih itu berubah menjadi ruangan penuh rekaman ingatan yang dimiliki Ara. Ia memperlihatkan dari sudut pandangnya bagaimana dirinya bertengkar dengan Amanda dan akhirnya Ara berakhir di sungai dengan arus deras itu, mengucap harap sampai akhirnya semuanya gelap. Tepat seperti apa yang diceritakannya tadi.
"Sebenarnya tempat apa ini?"
"Entahlah, awalnya aku bisa sampai di tempat ini saat moodku sedang buruk. Lama - kelamaan aku bisa mngendalikannya untuk datang kapan saja aku mau. Bahkan setelah aku menjadi dirimu. Asumsiku, mungkin karena jiwamu terikat pada tubuhku kau bisa datang ke tempat ini juga.
"Masuk akal. Lalu bagaimana hidupmu sebagai diriku? Kau baik - baik saja?"
"Ya, semuanya baik. Berkat ingatan yang kau miliki tidak sulit untukku untuk beradaptasi disana. kehidupan diduniamu juga tidak seburuk kehidupanku. Jadi--"
Aryana tidak bisa mendengar apapun kelanjutan perkataan Ara padanya. Ia pasti harus bangun sekarang. 'hah, padahal masih banyak hal yang kuingin tanyakan padanya.'
Aryana memberi isyarat perpisahan pada Ariana sebelum semuanya gelap.
***
"Nona?Nona? kenapa anda tidur disini?" Ariana bisa mendengar suara Maria ditelinganya. Padahal ia sudah bilang jangan bangunkan dia saat tidur. Saat membuka mata wajah kesalnya itu bertatapan langsung dengan wajah khawatir Maria yang menatapnya panik.
Nona hidung anda mengeluarkan darah!"
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVE
Roman d'amourWARNINNG KONTEN + MENGANDUNG ADEGAN DAN BAHASA DENGAN UNSUR 18+ YANG MERASA DI BAWAH UMUR JANGAN BACA. BIJAK YA. Aryana yang masuk dalam cerita buku yang baru saja dibacanya harus berperan sebagai Ariana Asteria Cronvess. Tokoh antogonis yang hidup...