Happy Reading!
Reon berlari menuju Istana Puteri Cecilia. Adiknya itu memang memiliki tempramen buruk. Ia tidak mampu mengontrol emosinya, itu juga alasan dirinya tidak pernah boleh untuk berinteraksi dengan para bangsawan. Tapi entah bagaimana ia bisa mendapatkan izin untuk meninggalkan istana.
"Kakak!" Reon memeluk adik satu - satunya itu. Melihat wajah piasnya yang tidak terurus membuat Reon bertanya - tanya apa yang ayahnya lakukan pada adiknya ini.
"Jelaskan padaku sekarang apa yang kau lakukan. Agar aku bisa membantumu, katakan semuanya Cecilia. Tanpa terkecuali." Reon mencoba untuk mencari penjelasan dari Cecilia.
"A-- aku tidak melakukan apapun. Seorang bangsawan bilang bahwa aku yang merupakan puteri satu - satunya di Kekaisaran ini yang seharusnya memimpin para bangsawan di pergaulan kelas atas. Karena aku terlalu baik dan membiarkan mereka, sekarang banyak sekali perubahan yang membuat tradisi leluhur yang sejak dulu ada mulai berubah. Amanda bilang, aku harus meluruskannya. Jadi aku hanya membenarkan kesalahan para bangsawan, mereka yang salah, kakak aku tidak melakukakn apapun. Katakan pada ayah untuk tidak menghukumku lagi." Wajah paniknya benar - benar memperlihatkan kecemasan yang mulai berlebihan.
"Tenanglah, ayah hanya menghukummu untuk sementara, aku akan membantumu untuk berbicara pada ayah setelah semuanya selesai. Tapi, Amanda?"
"Ya, Amanda Winstin. Dia yang mengatakannya. Salahkan saja dia." Pegangan tangan Cecilia semakin kuat pada Reon.
"Dari mana kau mengenalnya?" Cecilia terlihat berfikir sebentar sebelum menatap Reon.
"Pesta! Pesta musim panas lalu, dia datang menghampiriku saat itu."
"Bukankah kau tidak boleh menghadiri pesta?"
Akhirnya, Cecilia menjelaskan bagaimana pertemuan dirinya dengan Amanda dan bagaimana Cecilia semakin sering bertemu dengan Amanda. Mulai dari belajar mengenali para bangsawan, datang ke pesta pengangkatan yang membuat Kaisar melihat bahwa puterinya itu bisa menjaga emosinya saat berkomunikasi. Sehingga, Cecilia semakin terpengaruh oleh Amanda. Sampai akhirnya Cecilia mendapatkan izin Kaisar untuk keluar Istana, dengan alasan hanya berjalan - jalan tanpa berinteraksi dengan siapapun yang nyatanya justru untuk mengancam Ariana dan Elisabeth.
***
Wiliam menggantikan ayahnya menghadap Kaisar di Istanannya. Kondisi ayahnya yang kurang sehat membuat William menggantikannya untuk menghukum orang - orang yang berani menyentuh adiknya.
"Panggilkan para perusuh itu." Kaisar memerintahkan kesatrianya segera setelah William duduk di kursi yang disediakan untuknya.
"Kenapa bukan Duke yang datang? Mengingat kemarahannya kemarin, bukankah dia seharusnya melihat langsung hukuman yang akan dijatuhkan para pemberontak ini?"
"Apa anda ingin melihat lagi kemarahan ayah saya yang mulia kaisar?" William terlihat tenang menatap Kaisar, wajah Kaisar yang pias justru membuat William tersenyum tipis.
Pembicaraan keduanya terputus dengan kedatangan para tawanan yang datang dengan tubuh kotor dan penuh luka yang sudah tidak terlihat seperti bangsawan, termasuk Amanda. William melihat wanita yang dulu sangat dekat dengan adiknya itu dengan tatapan dingin.
"Tuan muda, tolong saya. Saya tidak melakukan apapun, saya dijebak! Bukankah anda tahu bahwa saya tidak mungkin berniat melukai Ariana." Amanda sedikit berlari menghampiri William. Amanda pikir karena bukan duke yang datang setidaknya William bisa membantunya.
"Berhenti mengucapkan nama adikku dengan mulut kotormu atau kau ingin mulutmu itu berhenti mengucap selamanya?" Ucapan tajam William membuat Amanda mengatakan merapatkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVE
RomanceWARNINNG KONTEN + MENGANDUNG ADEGAN DAN BAHASA DENGAN UNSUR 18+ YANG MERASA DI BAWAH UMUR JANGAN BACA. BIJAK YA. Aryana yang masuk dalam cerita buku yang baru saja dibacanya harus berperan sebagai Ariana Asteria Cronvess. Tokoh antogonis yang hidup...