WARNINNG KONTEN +
MENGANDUNG ADEGAN DAN BAHASA DENGAN UNSUR 18+
YANG MERASA DI BAWAH UMUR JANGAN BACA.
BIJAK YA.
Aryana yang masuk dalam cerita buku yang baru saja dibacanya harus berperan sebagai Ariana Asteria Cronvess. Tokoh antogonis yang hidup...
Ariana meremas kepalanya hingga kuku jarinya memutih. Pikirannya sangat kalut setelah harapan untuk bertemu Ariana asli sepertinya buntu ditengah jalan. Semalam ia tidak bertemu dengan Ariana asli. Apa yang salah? Apa ada pemicu yang membuatnya bisa bertemu Ariana asli? Atau ada faktor lain yang harus dia lakukan saat itu? Dia sangat frutasi sekarang. Rasanya dimulutnya hanya ada umpatan - umpatan kasar yang ingin ia teriakkan dengan keras.
"Nona?" Suara Maria membuat Ariana menatap Maria masih dengan muka frustasinya.
"Tuan duke dan Tuan muda sedang menunggu anda di meja makan." Ucapan Maria membuat Mikha menghela nafas berat. Hal ini hanya menambah rasa frustasi Ariana.
Kasih sayang ayah dan kakaknya terasa seperti racun bagi Ariana saat ini. Ia bahagia, tapi rasa itu justru menimbulkan perasaan takut jika suatu saat dia harus kehilangannya. Ariana harus menjauhi dua orang itu lebih dulu, atau dia hanya akan berakhir terluka sendirian.
"Aku akan makan di kamar, sepertinya aku akan beristirahat di kamar. Sampaikan pada ayah agar tidak usah menungguku. Dan pastikan katakan padanya kalau aku baik - baik saja. Aku hanya ingin tidak ada siapapun yang menggangguku hari ini." Ucapan tegas Ariana menunjukkan bagaimana mood nya sangat buruk hari ini.
***
Akhirnya Ariana justru bersantai di ayunan rotan favoritnya. Memang suasana taman ini adalah yang terbaik untukknya menenangkan diri. Hatinya semakin merasa risau jika terus berada di kamar. Perasaan lelah menjadi orang lain, rasa takut kehilangan dan dibuang membuatnya semakin cemas.
Kini di atas ayunannya, Ariana bisa lebih merasa tenang. Angin semilir yang menerpa wajahnya bisa lebih membuat hatinya lebih lega, dan udara yang dihirupnya tidak terasa menyesakkan seperti sebelumnya.
"Sangat sulit bertemu denganmu akhir - akhir ini." Ucapan Reon membuat Ariana membuka mata menatapnya.
"Reon, peluk aku." Ariana menatap Reon dengan wajah murungnya. Reon mengernyitkan keningnya, merasa bingung dengan tingkah Ariana yang biasanya sangat acuh kini terlihat frustasi.
"Apa terjadi sesuatu?" Reon menghampirinya dan membuat Ariana berdiri dan mengalungkan lengannya dileher Reon.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"hmm. Gendong aku." Reon segera mengangkat Ariana dan mendudukannya di pangkuannya setelah ia duduk di sofa panjang disamping ayunan. Tapi saat duduk, Ariana justru mengeratkan pelukannya dan menyembunyikan kepalanya di leher Reon. Reon yang merasa terjadi sesuatu pada Ariana ikut membalas pelukannya.
"Bagaimana rasanya hidup sebagai dua orang? Kau hidup sebagai putra mahkota negeri ini dan menjadi seorang manusia biasa. Apa itu tidak melelahkan?" Ariana akhirnya mengendurkan pelukanya dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang Reon.
"Aku tidak pernah memikirkannya. Bukankah hidup seorang putera mahkota adalah hidup reon itu sendiri?" reon melirik Ariana sambil menjawab pertanyaan tiba - tibanya.