Happy Reading!
Di kamarnya yang mewah dan megah, Ariana duduk di sofa empuknya dengan tatapan kosong menunjukkan bagaimana pikirannya melayang entah kemana. Lingkaran hitam dimatanya sudah memperlihatkan bagaimana kualitas tidurnya semalam. Rahasia besar yang dia sembunyikan, membuatnya merasa terjerat dalam perasaan takut, bersalah dan perasan khawatir yang terus menumpuk di hati dan kepalanya. Ariana tidak menyangka semuanya akan terbongkar semudah itu, kenyataan bahwa dirinya sebenarnya bukanlah Ariana yang asli benar - benar membuatnya frustasi. Bagaimana ia bisa menghadapi keluarga ini sekarang.
Kenyataan yang ia dengar semalam seperti batu besar yang menghantam kepalanya. Kebohongan nya yang terbongkar, membuat perasaan takut benar - benar menguasainya semalaman ini. Campuran emosi yang rumit, membuat Ariana harus begadang semalaman tanpa bisa menutup matanya. Kepalanya terus berfikir bagaimana ia mengatasi masalah ini. Tapi tidak ada jalan kelua yang bisa dia temukan, masalah ini membuat kepalanya ingin pecah. Lingkaran kebohongan yang pasti harus ia jelaskan membuat semuanya menjadi sangat rumit. Hatinya ragu menerima kenyataan dan takut menghadapi kenyataan yang mungkin tidak seperti yang ia harapkan. Jika hal itu benar terjadi, lalu bagaimana ia bisa melarikan diri sekarang?
***
Ariana tidak lagi dapat berkonsentrasi pada hal-hal di sekitarnya. Elisabeth, sadar bahwa sahabat senasib-nya ini memiliki masalah di kepalanya. Beberapa kali Ariana bahkan terlihat tidak fokus pada diskusi mereka.
"Apa sesuatu telah terjadi? Kau terlihat begitu kacau hari ini." Elisabeth berpura - pura santai sambil meminum tehnya.
Ariana menggelengkan kepalanya dengan perlahan, berusaha mengumpulkan pikirannya. "Entahlah, mungkin hanya sedikit lelah."
Elisabeth memandangnya curiga, menyadari bahwa ada yang salah pada Ariana. "Kau tau, hubungan bisnis ini hanya antara kau dan aku, sehingga semua pembicaraan kita tidak mungkin bocor sedikitpun." Elisabeth membujuk Ariana untuk bercerita dengannya, tentu dengan caranya sendiri.
Ariana menggigit bibirnya, berusaha menahan gelombang emosi yang menerpanya. Dia tidak ingin mengungkapkan rahasia yang selama ini dia sembunyikan. Tapi semuanya terlalu berat dan perasaan cemasnya semakin mengambil alih dirinya.
Ariana menundukan kepalanya. memijit kepalanya pelan, perlahan air mata menetes dari matanya. Pertahanannya entah bagaimana runtuh di hadapan Elisabeth. Semua beban di kepalanya seakan ingin dia luapkan pada wanita dihadapannya ini. Rasa sesak di hatinya seakan meraung meminta pertolongan. Ariana terisak, Elisabeth yang melihatnya sedikit terkejut sebelum mendekat dan memberikan pelukan hangat padanya.
"Menangislah Ara, tak apa jika kau ingin menangis. Kau tak harus menanggungnya sendiri." Elisabeth menepuk pelan punggung Ariana yang membuatnya menangis semakin keras.
***
Pada akhirnya, Ariana tidak bisa menceritakan apapun pada Elisabeth. Bahkan setelah beberapa hari, Ariana masih dalam perasaan gundahnya. Duke Arnold yang sadar dengan perilaku Ariana yang selalu di kamanya akhirnya memutuskan untuk mengajaknya makan bersama. Sikapnya yang berubah menjadi sangat pendiam memang membuat duke penasaran. Tapi yang terpenting adalah kondisi ini tidak akan baik bagi Ariana jika berlarut - larut.
"Ariana, kau terlihat begitu tertekan belakangan ini, apa terjadi sesuatu?" Duke bertanya dengan suara lembutnya.
Ariana menelan ludahnya, memandang ayahnya dengan mata penuh kekhawatiran. Bertanya - tanya apakah ayahnya juga tahu tentang kecurigaan kakanya. Tapi jika ayahnya tahu, bukankah pertanyaan pertamanya seharusnya bukanlah ini? Ariana tahu jika rahasia itu terungkap, duke adalah orang pertamanya yang akan mendesaknya. "Tidak ada, Ayah. Aku hanya merasa banyak hal yang perlu kupikirkan." Ariana mencoba untuk menjawab dengan intonasi setenang mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVE
RomanceWARNINNG KONTEN + MENGANDUNG ADEGAN DAN BAHASA DENGAN UNSUR 18+ YANG MERASA DI BAWAH UMUR JANGAN BACA. BIJAK YA. Aryana yang masuk dalam cerita buku yang baru saja dibacanya harus berperan sebagai Ariana Asteria Cronvess. Tokoh antogonis yang hidup...