Part 08

9.4K 1K 90
                                    

Haechan sebenarnya merasa aneh dengan kelakuannya yang membawa orang asing di hari pertama ia pergi dari rumah. Namun ini murni hanya karena rasa kemanusiaan, dulu ia dan Jimin juga pernah merasakan hal yang sama.

Sejak keluar dari panti asuhan disaat usianya sudah 14 tahun ia dan Jimin sempat terlunta-lunta di jalanan beberapa saat. Dan saat itu ada orang yang dengan baik hatinya mengijinkan dia untuk tinggal di sebuah bangunan TK. Meski harus bongkar pasang peralatan tidur, saat itu ia dan Jimin sudah sangat bersyukur karena punya tempat berlindung.

Rumah bocor, tidak ada listrik dan air, ataupun hanya lantai dingin sebagai alas tidur Donghyuck sudah merasakan semua itu. Dan mendengar bahwa orang-orang ini diusir dari mereka tinggal dengan keadaan mereka yang sudah setua itu Donghyuck tidak sampai hati membiarkan mereka terlunta-lunta dijalan.

Donghyuck memandang makanan yang tersaji di atas meja dengan puas, "pas waktunya makan siang" ujar Donghyuck. Ia bergegas pergi ke kamar pasangan tua itu untuk mengajak mereka makan.

Tok
Tok
Tok

"Paman, bibi keluarlah kita makan siang bersama" ujar Donghyuck dengan nada sedikit keras.

Brug

Brug

Brug

Donghyuck mengerutkan keningnya saat tidak mendapatkan balasan malah mendengar bunyi gaduh dari dalam, "Paman, Bibi" teriak Donghyuck lagi memastikan.

"Iya, iya kami akan keluar" jawaban dari dalam membuat Donghyuck menghela nafasnya lega.

Cklek

Donghyuck tersenyum pada mereka berdua, "ayo paman, bibi kita makan siang bersama" ajak Donghyuck yang dibalas senyum sopan oleh keduanya.

Donghae dan Eunhyuk menatap sajian diatas meja makan dengan takjub, sederhana namun terlihat lezat. "Kau memasaknya sendiri?" Tanya Eunhyuk lirih dan Donghyuck mengangguk membenarkan.

"Rasanya tidak akan buruk aku janji" ujar Donghyuck pelan.

"Pasti sangat lezat" ujar Donghae sembari bersiap untuk duduk.

Krek

"Duduklah disini paman" ujar Donghyuck mempersilahkan.

Donghae terharu tentu saja, sikap putranya berbeda ketika saat di rumah dan diluar. Inikah sikap asli putra bungsunya. Perlahan Donghae duduk di kursi utama dan Donghyuck disisi kiri sedangkan Eunhyuk di sisi kanan.

"Paman dan Bibi makan yang banyak ya" ujar Donghyuck sembari memberikan nasi di piring Donghae dan Eunhyuk lebih dulu.

"Cukup nak" ujar Eunhyuk dan Donghyuck pun berhenti lalu mengambil untuk dirinya sendiri.

Mereka makan dengan sangat lahap, seperti kata Donghae masakan Haechan pasti lezat. Dan itu terbukti dengan seluruh masakan Haechan yang habis tanpa sisa.

"Oh iya paman bibi, siapa nama kalian jika kuingat kita belum berkenalan sejak tadi" ujar Donghyuck yang langsung membuat tubuh Eunhyuk menegang kaku.

"Namaku Donghwa dan ini istriku Eunjae" jawab Donghae yang bisa-bisanya berbohong dengan lancar. "Kalau kau siapa namamu nak?" Tanya Donghae.

"Namaku Hae..." Donghyuck berpikir sejenak ketika ia akan menyebutkan nama Haechan, tapi ia urungkan. "Namaku Donghyuck paman" jawab Donghyuck pada akhirnya.

Donghae dan Eunhyuk saling melirik satu sama lain, mereka tahu nama Haechan sudah tidak di gunakan lagi itu artinya putra mereka benar-benar sudah tidak mau berhubungan dengan mereka.

"Lalu kau sekolah dimana?" Tanya Donghae, ia hanya perlu mengalihkan pikirannya. Lagipula jalan mereka masih sangat panjang untuk mendapatkan hati Haechan.

MOIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang