Ini sudah larut malam namun dikamar Yangyang dan Yuta keduanya nampak masih perang dingin. "Turun dari kasur" perintah Yuta dingin.
Yangyang yang tengah berbaring menatap Yuta dengan pandangan dingin, "kamar ini dipakai berdua, enak saja kau di kasur dan aku di lantai" sahut Yangyang tidak terima.
"Aku tidak mau seranjang denganmu" ucap Yuta membalas, Yangyang lalu duduk dan menatap Yuta dengan pandangan tajam. "Apa kau pikir aku juga mau satu ranjang denganmu, aku menahan diri untuk tidak menghajar mu karena Haechan" ujar Yangyang.
"Jadi tuan muda yang terhormat kalau kau tidak puas, mengeluh di tempat lain saja aku tidak mau mendengar keluhan dari orang dewasa yang bersikap seperti anak-anak seperti mu" sahut Yangyang yang membuat Yuta menatapnya dingin.
"Apa yang kau lakukan padaku, aku masih mengingat dengan jelas. Aku masih berbaik hati untuk tidak mengatakan apapun pada Haechan".
"Kau mengancam ku" jawab Yuta dingin.
Namun Yangyang malah tertawa, "aku memberimu kesempatan untuk tidak bermasalah denganku lagi" ujar Yangyang sebelum kembali berbaring. Yuta yang memang sudah benar-benar marah lalu berjalan pergi.
Brak
Yangyang melihat kearah pintu yang barusan di banting oleh Yuta, "Cih, kekanak-kanakan, aku pasti sinting berpikir untuk berbagi Haechan dengannya" ujar Yangyang dengan nada dongkol sebelum kembali berbaring dan tidur.
Sedangkan Yuta ia memilih untuk pergi keluar rumah, berjalan-jalan malam bukan hal buruk yang bisa dilakukan. Yuta akui dia egois, meski ia sudah berusaha menerima bahwasanya nantinya Haechan tidak hanya jadi miliknya namun Liu Yangyang adalah satu-satunya orang yang tidak bisa ia terima kehadirannya.
Persaingan keluarga Nakamoto dan keluarga Liu sudah berjalan tiga generasi. Para tetua pasti akan menyulitkan dirinya kalau sampai mereka tahu ia berhubungan dengan keluarga Liu. Yakuza dan Mafia tidak pernah menjadi teman, dan sekarang demi Haechan ia harus mencari cara agar masalah ini ada jalan keluarnya.
"AAAAKKKHHH" teriak Yuta frustasi.
"SIAPA DISANA" Sebuah suara dari arah belakangnya, Yuta menatap terkejut pada sosok Haechan yang berjalan kearahnya dengan senter di tangannya. Namun sorot matanya menajam menatap pada Haechan.
"Kenapa kau disini?" Tanya Yuta dengan nada dingin.
"Aku tidak bisa tidur karena itu aku jalan-jalan..."
"Dengan baju setipis ini, dan seorang diri" sambar Yuta cepat memotong perkataan Haechan.
Haechan yang tengah dimarahi pun hanya bisa diam dan tidak tahu harus membalas apa. Jadi ia menundukkan kepalanya tanpa menatap pada Yuta.
Namun tidak lama ia merasakan ada sesuatu yang disampirkan di pundaknya. "Hyung" bisik Haechan pelan.
Yuta tersenyum lembut sebelum memeluk Haechan dengan lembut, "udara malam tidak baik untuk kesehatan" bisik Yuta. "Juga kalau kau mau pergi kemanapun setidaknya bawa satu orang teman, itu lebih aman" jelas Yuta yang membuat Haechan akhirnya mengangguk, Yuta melepas pelukannya dan tersenyum kearah Haechan.
"Astaga apa Yuta hyung memang setampan ini, bahkan tidak kalah dari Jaemin dan Jaehyun hyung" batin Haechan seraya memandang kearah lain, entah kenapa ia malu melihat senyum Yuta.
"Ayo akan aku temani kau jalan-jalan" ajak Yuta seraya mengulurkan tangannya yang tidak lama disambut oleh Haechan. Yuta menatap pada tangannya dan tangan Haechan yang saling menggenggam.
"KUNANG-KUNANG" teriak Haechan heboh sebelum berlari kearah sebuah jembatan kayu. Yuta pun perlahan mengikutinya namun ia berhenti sejenak sebelum mengeluarkan handphone miliknya dan memotret punggung Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOIRA
FanfictionLee Donghyuck tiba-tiba mati dan terbangun menjadi Lee Haechan karakter utama dari sebuah novel yang dibacanya. Ia datang menjadi Haechan tepat, empat tahun sebelum kematian Haechan.! Dia sudah pernah mati, jadi tentu saja Donghyuck tidak mau merasa...