Tangannya sedang sibuk memilah buku mana yang harus dibelinya sekarang, melihat bahwa buku yang dicarinya tidak ada Haechan merasa harus mencari kembali di toko buku berikutnya. Meski ini sudah toko buku ke sembilan yang dicarinya namun ia tidak bisa menyerah begitu saja, ada tugas sekolah yang cukup penting yang memerlukan buku yang sedang dicarinya.
"Apa karena buku ini tentang Jepang jadi aku tidak bisa menemukannya di toko buku manapun" bisik Haechan pada akhirnya.
Tak
Haechan menepuk jidatnya ketika ia mengingat tentang sesuatu. "Salah satu kekasihku adalah orang jepang, kenapa tidak bertanya pada Yuta hyung" ujar Haechan dengan nada menyesal, karena telah membuang banyak waktunya.
Haechan melihat pada jam tangannya dan sudah hampir makan siang, "Yuta hyung hari ini pergi ke kantor bukan, aku bisa mengajaknya makan siang" bisik Haechan seraya tersenyum, "semoga ia sedang tidak sibuk" lanjut Haechan berbisik.
Haechan lalu mengambil satu buku yang dirasanya menarik sebelum berjalan menuju kasir untuk membayar buku yang diambilnya. Tidak lama ia sudah keluar dari toko buku dan menatap jalanan di depannya. "Aku naik taksi saja" bisik Haechan sebelum akhirnya berjalan ke arah pemberhentian bis, tadinya ia berangkat bersama dengan Taeyong yang katanya ingin menjenguk temannya. Jadinya saat ini harus pergi sendiri ke kantor Yuta, meski ia tahu ia akan dapat wejangan panjang dari Yuta nanti.
Melihat perusahaan besar di depannya Haechan menatapnya dalam diam, "dalam rentang waktu yang begitu singkat aku tiba-tiba sudah menjadi anak orang kaya, padahal dulu...." Bisikan Haechan berhenti seraya tersenyum mentertawakan dirinya sendiri.
Haechan lalu memilih untuk masuk kedalam perusahaan Yuta, bertepatan dengan Yuta yang juga tengah masuk ke dalam sebuah ruangan besar, sepertinya untuk menghadiri rapat penting.
Haechan tersenyum ramah pada wanita yang ada di bagian depan. "Maaf aku datang untuk bertemu dengan Yuta-ssi" ujar Haechan dengan ramah.
Wanita itu tersenyum sopan seraya menatap Haechan dengan ramah, "kalau boleh tahu apa sebelumnya anda sudah membuat janji, dan siapa nama anda?" Tanya Wanita itu pada Haechan.
"Namaku Lee Haechan! Hm! Aku tidak tahu kalau untuk bertemu dengan Yuta hyung aku harus buat janji dulu" ucap Haechan seraya menggaruk kepalanya.
"Lalu anda ini....?" Tanya gadis itu lagi.
Haechan mendekat dan berbisik, "aku kekasih Yuta hyung" ujarnya yang membuat wanita itu tersentak. "Anda adik tuan Taeyong?" Tanya wanita itu dan Haechan pun mengangguk. Bagaimana gadis ini bisa tahu, mau bagaimana lagi ini sudah menjadi rahasia umum kalau Yuta menyukai dan mengejar-ngejar adik sahabatnya. Apalagi Yuta sering merengek pada Taeyong untuk diperkenalkan pada adik sahabatnya tersebut.
"Sebentar" jawab gadis itu dengan nada ramah sebelum ia menelpon pada sekretaris pribadi Yuta. Dan Haechan pun menunggu dengan sabar seraya memegang tas ranselnya.
"Mari tuan Haechan saya antarkan anda ke ruangan tuan Yuta" ajak gadis itu seraya mempersilahkan Haechan berjalan lebih dulu.
Haechan dipersilahkan masuk di ruangan Yuta, hitam dan putih menjadi warna dominan dari ruangan tersebut. Dan harus Haechan akui ia cukup merasa nyaman berada disana. Wanita tadi bilang Yuta sedang rapat, jadi Haechan tidak akan mengeluh dan hanya duduk diam di sini menunggu kedatangan Yuta.
Namun sudah hampir berjam-jam Haechan menunggu dan Yuta belum juga datang, sebenarnya ini memang rutinitas Yuta kalau sedang rapat. Dan sialnya sekretaris Yuta tidak menyampaikan kalau Haechan tengah menunggunya.
"Aduh perutku sakit" bisik Haechan lirih. "Penyakit maag ku pasti kambuh" lanjutnya lagi.
Haechan menggigit bibirnya dalam saat ia merasakan rasa nyeri semakin menjadi-jadi. Mata Haechan melirik pada handphonenya yang berbunyi dan terdapat nama Winwin disana. Dengan lemah Haechan menerima telpon dari Yuta.

KAMU SEDANG MEMBACA
MOIRA
FanfictionLee Donghyuck tiba-tiba mati dan terbangun menjadi Lee Haechan karakter utama dari sebuah novel yang dibacanya. Ia datang menjadi Haechan tepat, empat tahun sebelum kematian Haechan.! Dia sudah pernah mati, jadi tentu saja Donghyuck tidak mau merasa...