Part 24

4.7K 598 32
                                    

Permasalahan soal ujian ternyata tidak berhenti sampai disana, Ningning meskipun jelas terbukti salah malah bersikeras bahwa Haechan telah menjebak dirinya. Meski pun tidak ada bukti apapun apalagi cctv sekolah saat kertas ujian hilang sudah rusak dan masih belum sempat di perbaiki.

Dan disini Haechan sekarang, duduk diantara wali kelas dan kepala sekolahnya sedangkan di depannya ada Ningning dan ayahnya yang sedang menatapnya dengan tatapan permusuhan.

"Jadi kau masih tidak mau mengaku salah" tuntut ayah Ningning.

Wali kelas Haechan memandang tidak suka pada ayah Ningning, "Tuan tolong jangan menyudutkan anak murid saya seperti itu, saya sudah katakan bahwa kertas ujian itu di temukan di loker Ningning" bela sang wali kelas pada Haechan.

"Sebenarnya masalah ini bisa langsung selesai asal Ningning bersedia meminta maaf pada pihak sekolah dan menerima hukumannya dengan lapang dada" ucap kepala sekolah.

Brak

"KENAPA PUTRIKU HARUS MINTA MAAF DI SAAT IA TIDAK SALAH APAPUN" bentak ayah Ningning dengan nada geram.

Kepala sekolah dan wali kelas Haechan hanya memutar mata mereka malas mendengar ucapan ayah Ningning.

"LAGIPULA PANGGIL WALI ANAK INI, AKU INGIN TAHU ORANG TUA MACAM APA YANG MENDIDIKNYA MENJADI ANAK TIDAK BENAR" Haechan sontak memandang tajam pada ayah Ningning, meski hubungannya dengan orang tuanya kurang baik namun tetap saja ia tidak suka ada orang yang merendahkan orang tuanya.

"LIHAT DIA BERANI MELOTOT PADAKU, KAU LIHAT SAJA AKU PASTI AKAN MEMBERIKAN MU PELAJARAN" bentak ayah Ningning.

"SIAPA KAU SAMPAI BERANI MENGAJARI PUTRAKU" nada dingin yang terdengar dari orang yang baru datang ke ruangan itu seketika mengalihkan pandangan semua orang, kalau kepala sekolah dan wali kelas Haechan menyapa dengan hormat orang tersebut maka ayah Ningning masih menatap dengan wajah terkejut orang tersebut.

Ia tiba-tiba melihat pada Haechan yang duduk di depannya dan pada orang yang kini tengah memandangnya dengan angkuh. Satu pemikiran di otaknya membuat dia ketakutan setengah mati sekarang. Saat orang itu sudah tiba di depannya ia berusaha berdiri meski kakinya begitu gemetar.

"Tuan Lee Donghae" sapa ayah Ningning dengan nada mencicit, namun Donghae hanya acuh dan menatap pada Haechan yang sudah berdiri.

"Haechanie baik-baik saja?" Tanya Donghae namun dengan segera Haechan menggelengkan kepalanya. Ia juga berjalan mendekat pada Donghae dan memegang lengan Donghae.

"Papa, Haechan takut" ujar Haechan dengan nada pelan yang masih di dengar ayah Ningning, ia tiba-tiba jatuh terduduk saat Donghae menatapnya dengan tajam.

Ningning meremat tangannya dengan erat, ia jelas tahu siapa laki-laki dewasa di depannya ini. Dan ia benar-benar tidak menduga jika lelaki ini adalah ayah Haechan. "Sial" batin Ningning.

"Kau cukup punya nyali membuat takut putra bungsuku" ucapan Donghae memang terdengar ramah namun juga menyeramkan disaat yang bersamaan.

Ayah Ningning menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia langsung berdiri dan mendekati Donghae. "Tuan saya hanya menasehatinya, tolong maafkan paman kalau paman bersikap sedikit keras padamu" ucap ayah Ningning seraya berusaha memegang tangan Haechan, namun dengan cepat Haechan menyingkir. Ayah Ningning pun hanya dapat menggeram rendah saat tangannya diraih oleh Donghae dan diremat kuat.

"Menasehati putraku, aku masih mampu melakukannya, orang luar sepertimu berani bersikap lancang. Tuan Ning, kerja sama kita akan aku batalkan" ujar Donghae yang langsung membuat ayah Ningning terjatuh untuk kedua kalinya.

"Putraku jelas tidak bersalah, apa kami boleh pergi?" Tanya Donghae dan kepala sekolah hanya mempersilahkan Donghae untuk pergi.

****************

MOIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang