Suasana di dalam kamar Yangyang nampak aneh bagi Yangyang, harusnya sebagai pasien ia yang diperhatikan oleh Haechan. Namun kini lihat neneknya yang beberapa jam lalu masih berpikir Haechan tidak cukup layak kini malah menatap pujaan hatinya dengan mata berbinar-binar.
"Jadi Haechan masih kelas dua ya, tapi kekasihmu semua tampan-tampan ya" puji nenek Yangyang hingga membuat Jaemin yang juga ada disana tersenyum.
Haechan sendiri hanya dapat tersenyum canggung, namun yang lebih membuatnya terkejut nenek Yangyang tiba-tiba memberikannya amplop merah. "Ini?" Tanya Haechan bingung.
"Hadiah untuk pertemuan pertama kita" jawab nenek Yangyang.
"Xii xie nainai" ujar Haechan seraya menerima pemberian nenek Yangyang.
Nenek Yangyang tersenyum puas akan sikap Haechan, "nainai harus pulang, lain kali jika kita bertemu lagi nainai akan berikan hadiah yang pantas" ujar wanita itu seraya menepuk tangan Haechan dengan lembut.
Haechan tersenyum pada nenek Yangyang, "nainai hati-hati, maaf Haechan tidak bisa mengantar Nainai" ujar Haechan dengan nada menyesal. Nenek Yangyang tersenyum dan memeluk Haechan dengan hangat, "anak baik, lainkali kau harus datang ke Shanghai untuk mengunjungi ku ya" pinta wanita itu sebelum berlalu pergi begitu saja.
Yangyang sampai membulatkan matanya saat neneknya bahkan tidak memandang dirinya sama sekali. "Apa itu tadi? Dasar nenek tua menyebalkan" umpat Yangyang dengan nada kesal, Jaemin menahan tawanya saat melihat wajah merajuk Yangyang.
"Kau masih mau disini, kalau begitu aku pergi sebentar" ujar Jaemin pada Haechan yang mengangguk.
Cup
Setelah mengecup bibir Haechan sekilas di depan Yangyang, Jaemin lalu pamit. Namun ia masih sempat mengejek Yangyang dengan menjulurkan lidahnya, saat Yangyang menatap terkejut pada Jaemin dan Haechan yang berciuman di depannya.
Haechan berjalan mendekati Yangyang, ia laku duduk di samping Yangyang tepat di tempat tidur Yangyang. "Bagaimana keadaan mu? apa yang dokter bilang tentang kondisi mu? Lalu apa ada luka parah dan berakibat jangka panjang? Dibagian mana saja kau merasakan sakit?" Tanya Haechan beruntun namun melihat Yangyang justru tersenyum geli ia lalu berhenti bertanya.
"Kenapa kau malah tersenyum?" Tanya Haechan dengan nada heran.
"Aku senang kau khawatir padaku" jawab Yangyang seraya menggeser tubuhnya agar dapat lebih dekat dengan Haechan.
Haechan sedikit tegang saat pinggangnya tiba-tiba dipeluk oleh Yangyang dari samping. Kepala Yangyang bahkan juga bertumpu di bahunya. "Kau dan Jaemin sudah resmi?" Tanya Yangyang.
Haechan melirik sekilas sebelum mengangguk, "aku juga mencintaimu Haechan, bisakah aku juga menjadi milikmu" ucap Yangyang lirih di telinga Haechan.
Haechan mendesah panjang, "kau tahu resikonya Liu Yangyang" jawab Haechan.
"Hm, tidak masalah aku cukup senang meski kita mungkin tidak seperti pasangan kebanyakan" jawab Yangyang.
"Kalau begitu terserah kau saja" jawab Haechan pada akhirnya.
"Kau nampak tidak antusias" sahut Yangyang dengan suara pelan, "apa kau tidak mau sebenarnya denganku" bisik Yangyang lirih.
Haechan memutar matanya, "Jangan mendrama, kalau tidak aku adukan kau pada nainai, atau kalau kau memang tidak mau juga tidak apa" ancam Haechan.
Yangyang terkikik sebelum ia menarik tubuh Haechan, hingga membuat pemuda itu terkukung di bawahnya. "LIU YANGYANG" ujar Haechan penuh peringatan.
"Wae" sahut Yangyang seraya merapikan poni Haechan, "aku juga tidak akan melakukan terlalu jauh, kau masih kecil" sahut Yangyang sebelum mencium bibir Haechan dengan mesra.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOIRA
Fiksi PenggemarLee Donghyuck tiba-tiba mati dan terbangun menjadi Lee Haechan karakter utama dari sebuah novel yang dibacanya. Ia datang menjadi Haechan tepat, empat tahun sebelum kematian Haechan.! Dia sudah pernah mati, jadi tentu saja Donghyuck tidak mau merasa...