Part 28

4K 513 15
                                    

Haechan dan Jeno melihat taman bunga liar di depan mereka, Jeno bergegas mengambil beberapa gambar sebelum berjalan lagi bersama dengan Haechan. "Jika hanya begini bukannya yang lain juga akan menemukannya" ujar Haechan.

Jeno menatap Haechan lalu mengangguk, "tidak apa, kita bisa berjalan kedepan lagi siapa tahu ada yang cukup bagus di depan" jawab Jeno namun Haechan justru menggelengkan kepalanya.

"Kita kesana saja" ujar Haechan seraya menunjuk arah depannya.

Jeno melihat hutan yang ditunjuk Haechan, "tapi cuacanya mendung, bagaimana kalau hujan" ujar Jeno.

"Tidak jauh kok hyung, lagipula waktu kita juga hanya tersisa lima belas menit saja, tidak perlu sampai terlalu dalam, hanya dibagian luar" bujuk Haechan yang akhirnya disetujui oleh Jeno. Keduanya lalu berjalan kearah hutan, dan memang pemandangan di desa itu berbeda dengan di kota.

Baik Haechan dan Jeno pun sempat tertegun melihat keindahan yang ada di depan mereka, namun Haechan tiba-tiba berhenti dan tertegun melihat kedepannya. Sebuah ingatan menyentaknya dan membuatnya terdiam dengan tatapan kosong.

Seorang lelaki nampak berlari dengan kencang menghindari mobil yang ada dibelakangnya. Padahal seluruh tubuhnya sudah terluka begitu parahnya, namun semangatnya berjuang untuk tetap hidup membuatnya terus memacu kakinya untuk berlari.

Sedangkan mobil dibelakangnya tetap berjalan perlahan, tanpa berniat mendahului. Jelas sekali bahwa pengemudinya begitu menikmati mengejar dan membuat lelaki di depan sana ketakutan.

Bruk

Pada akhirnya orang yang berlari itu terjatuh, fisiknya sudah benar-benar tidak sanggup untuk melanjutkannya. "Astaga Mark oppa, hanya segini" ujar seorang wanita yang baru keluar dari mobil.

"Kau harusnya berlari lagi, kalau kau menyerah yang ada nyawa mu sudah tidak akan tertolong" ujar wanita itu seraya memutar-mutar pisau di tangannya.

Mark yang memang belum ingin menyerah menyeret tubuhnya, kasarnya tanah bersama dengan batu yang menggores seluruh tubuhnya tidak menyurutkan niatnya.

Jleb

"AAKKKHHH" teriak Mark saat pahanya di tusuk dengan pisau.

"Ayo seret lagi tubuh mu" perintah gadis itu.

Mark kembali menyeret tubuhnya meski rasa sakit di pahanya terus terasa ketika ia menarik tubuhnya. "AAKHHHH" teriak Mark lagi saat tiba-tiba punggungnya yang ditusuk, tusukan itu tidak hanya sekali namun berulangkali hingga membuat Mark yang terbaring dengan posisi telungkup hanya dapat bernafas perlahan-lahan. Tidak butuh waktu lama dengan kondisi tubuhnya yang sudah terluka dimana-mana, serta banyaknya darah yang terus keluar dari tubuhnya membuat Mark akhirnya memilih untuk menyerah pada takdirnya.

Bruk

Tubuh Haechan tiba-tiba terjatuh dalam posisi duduk, ia duduk sembari memeluk lututnya dengan erat. Jeno yang baru kembali ke tempat Haechan terkejut melihat kondisi adiknya. "HAECHAN" panggil Jeno namun Haechan tidak merespon panggilannya.

"YAA LEE HAECHAN" bentak Jeno seraya mengguncang tubuh Haechan.

Haechan yang tersentak lalu menatap Jeno dengan ketakutan, "wae?" Tanya Jeno lembut namun Haechan hanya menggelengkan kepalanya dan memeluk Jeno dengan erat.

Jeno memilih tidak memaksa Haechan untuk bercerita dan hanya memeluk adiknya dengan erat. "Hujan sudah mulai turun, kita kembali sekarang" ajak Jeno dan Haechan pun melepaskan pelukannya dan mengangguk.

Jeno membantu Haechan untuk berdiri dan mulai menuruni jalanan gunung untuk keluar dari area pegunungan. Karena hujan tanah di sekitar sudah mulai basah, "hati-hati" ujar Jeno dan Haechan pun mengangguk.

MOIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang