Haechan memandang dengan wajah penuh ketakutan pada ruangan IGD, di dalam salah satu bilik kini ada Karina yang tengah terbaring tidak sadar. Beberapa dokter berusaha menyelamatkannya, bahkan kaki Haechan tanpa sadar berjalan maju saat melihat alat defibrilator sudah mulai digunakan para dokter.
"Ah, andwe....Karina andwe...." Bisik Haechan berulang kali seraya menaruh tangannya di pintu kaca. "Andwe jebal" pinta Haechan memohon. Namun sepertinya harapan Haechan tidak terkabul sama sekali ketika Haechan melihat garis lurus di mesin EKG.
Bruk
"AAKKHHH" teriak Haechan keras, Jaemin yang baru datang saat tadi ia meninggalkan Haechan seorang diri langsung berlari mendekati kekasihnya, tadi ia pergi sebentar saat polisi meminta keterangan darinya.
Grep
"Chagiya" bisik Jaemin pelan saat merasakan tangan Haechan meremat lengannya dengan kuat.
"Hiks Jaemin, dia pergi...hiks" rintih Haechan lirih yang membuat Jaemin hanya dapat memeluknya semakin erat. "Huks, dia pergi Jaemin-ah, Dia pergi" lanjut Haechan berulang kali.
"DETAK JANTUNGNYA KEMBALI"
Teriakan itu menyadarkan Haechan untuk melihat kembali ke dalam ruangan, melihat bahwa pada akhirnya Karina selamat, Haechan tiba-tiba merasa sangat lega. Jaemin sendiri cukup bersyukur melihat kejadian itu, ia pasti akan sangat merasa bersalah jika sesuatu terjadi pada Karina.
Dokter berbicara pada Jaemin, namun Haechan lebih memilih untuk melihat pada Karina. Haechan duduk di samping Karina sembari memegang tangan gadis itu. "Mianhe" bisik Haechan lirih.
Jaemin berjalan mendekati Haechan, "aku menelpon paman Donghae, dia bilang akan segera kemari" ujar Jaemin yang mendapatkan anggukan lemah dari Haechan.
"Jaem, apa kata dokter tentang kondisi Karina?" Tanya Haechan.
Jaemin memandang pada pucuk kepala Haechan dan pada wajah Karina secara bergantian. "Dia akan baik-baik saja" jawab Jaemin pada akhirnya. Haechan menghela nafasnya lega mendengar jawaban Jaemin.
"Sebentar lagi ia akan dipindahkan ke ruang rawat, aku sudah mengurusnya" ujar Jaemin.
Haechan mengangguk, "gomawo" jawab Haechan pelan.
"HAECHAN" pekikan seseorang membuat beberapa orang menatap pada orang yang berteriak tadi.
"Kau baik-baik saja? kalian berdua baik-baik saja?" Tanya orang itu dengan cepat seraya mengeluarkan sapu tangannya dan mulai membersihkan darah yang ada di pipi Haechan. Namun karena darah itu sudah mengering, lelaki itu bergegas pergi dan sudah kembali dengan sapu tangan basah barulah ia kembali membersihkan wajah Haechan.
"Winwin hyung" panggil Haechan lirih.
"Hm" jawab Winwin yang masih berkonsentrasi membersihkan noda darah di wajah Haechan.
"Kenapa hyung ada disini?"tanya Haechan.
Winwin melihat pada Haechan sebelum mengetuk keningnya pelan, "pertanyaan bodoh, tentu saja karena aku sangat khawatir" sahut Winwin sebelum memeluk Haechan dengan erat.
"Jaemin bilang dia (Karina) baik-baik saja, apa itu benar?" Tanya Haechan memastikan.
Winwin mengusap surai hitam Haechan, "ya dia akan baik-baik saja, jangan khawatir" jawab Winwin.
"Bersihkan dirimu lebih dahulu, aku membawa beberapa baju" jawab Winwin seraya memberikan paper bag pada Jaemin. Jaemin pun mengangguk sebelum masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Haechan sudah berpindah duduk di sofa panjang bersama dengan Winwin yang masih memeluknya.
Haechan menaruh kepalanya di dada Winwin dan memejamkan matanya. Winwin yang melihat kondisi Haechan hanya dapat mengecup dengan sayang kepala Haechan berulang kali. "Zhou Ningning, lagi-lagi dirimu yang berani menyakiti Haechan" batin Winwin penuh dendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOIRA
FanfictionLee Donghyuck tiba-tiba mati dan terbangun menjadi Lee Haechan karakter utama dari sebuah novel yang dibacanya. Ia datang menjadi Haechan tepat, empat tahun sebelum kematian Haechan.! Dia sudah pernah mati, jadi tentu saja Donghyuck tidak mau merasa...