Jangan lupa vote, ya!
Happy Reading
***
Hari ini cukup sangat melelahkan bagi Haiden, pasalnya tadi di sekolah tenaganya benar-benar dihabiskan untuk berlatih basket, Jason sebagai pelatihnya tidak membiarkan Haiden beristirahat sedikit pun karena katanya itu hukuman bagi Haiden karena tidak mengikuti latihan di hari Minggu kemarin.
Setelah pulang sekolah tentunya Haiden tidak bisa langsung pulang dan beristitahat seperti anak lainnya. Haiden harus pergi ke tempat kerja untuk mencari uang.
"Nih, upah kamu hari ini," ujar seorang bapak-bapak pemilik warung nasi, tempat di mana Haiden mencari nafkah untuk dirinya.
"Terima kasih, Pak," balas Haiden sambil menerima upah tersebut dan berlalu pergi karena jam kerjanya sudah usai.
Haiden memang bekerja di sebuah warung nasi yang tidak jauh dari rumahnya. Upahnya juga memang diberika perhari, bukan perbulan. Dalam seharinya upah yang diterima Haiden berbeda-beda, terkadang jika warung sedang ramai Haiden bisa mendapatkan upah sebanyak 50 ribu rupiah, tetapi sebaliknya jika warung sepi Haiden hanya akan mendapat minimal 20 ribu saja.
Untungnya hari ini warung sedang ramai sehingga Haiden bisa mendapatkan upah yang cukup besar. Bapak pemilik warung juga sedang berbaik hati membekalkan sisa dagangannya untuk dibawa pulang oleh Haiden.
Lumayan, untuk makan malamnya, begitulah pikir Haiden.
Haiden tidak menaiki sepedanya, ia lebih memilih menuntun sepeda tuanya sambil menyusuri jalanan yang sepi di malam hari. Akibat kakinya yang sedikit terasa sakit jika harus menggoes sepeda maka Haiden memilih hanya menuntun sepedanya saja. Dipakai jalan seperti saat ini juga agak sakit, tetapi tidak sesakit saat mengayuh pedal sepeda.
Di pertengahan jalan Haiden melihat sebuah mobil yang berhenti di pinggir jalan. Mobilnya terlihat sangat mewah dan berkilau, sudah pasti itu mobil milik orang kaya, pikir Haiden.
Lama-lama langkahnya mendekati mobil tersebut, dan sejujurnya Haiden sedikit kepo mengenai mobil tersebut yang sedang berhenti. Langkahnya berhenti tepat di samping mobil mewah tersebut, ia menelisik mobil itu dari depan sampai belakang.
Haiden pikir mobil itu sengaja ditinggalkan oleh pemiliknya karena sepertinya di dalam mobil tidak ada satu orang pun. Sampai akhirnya Haiden dikejutkan dengan jendela mobil yang tiba-tiba terbuka menampilkan sosok pria dewasa menggunakan pakaian ala orang kantoran.
"Sedang apa kamu di situ?" tanya pria itu dengan suara datar.
"Eh ... maaf, Pak, saya pikir gak ada orang tadi," jawab Haiden.
Pria itu terkekeh sinis. "Kalau gak ada orang kamu mau mencuri mobil saya?"
Haiden tentu saja terkejut dengan penuturan tersebut. Hidupnya memang serba kekurangan, untuk mencari makan saja ia harus sampai banting tulang, tetapi dari kecil ia tidak pernah diajarkan untuk mencuri hak milik orang lain.
"Maaf, saya tidak ada maksud untuk mencuri mobol Anda, Pak. Menyetir mobil saja saya tidak bisa," ujar Haiden lagi dengan kekehan, bermaksud untuk bercanda.
Pria itu tidak menyahut lagi, ia sibuk dengan ponselnya dan sepertinya sedang menghubungi seseorang. Sementara Haiden entah kenapa dirinya masih berdiam diri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIDEN
FanfictionTerkadang Haiden merasa nasibnya selalu tidak beruntung, mulai dari dirinya yang hidup sebatang kara sampai dia sendiri pun tidak tahu dari mana ia berasal. Hingga akhirnya ia bertemu dengan keluarga yang sangat kaya raya dan ingin mengangkatnya seb...