31. Undangan

3.4K 349 20
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya!

Happy Reading

***

"Selamat siang, Pak Johan," sapa seseorang begitu Johan memasuki sebuah restoran yang terlihat sangat mewah. Dengan senyum yang terlihat sangat tipis dan terpaksa Johan pun membalas sapaan orang tersebut.

Jika bukan masalah pekerjaan Johan sangat malas bertemu dengan orang yang saat ini sudah duduk di hadapannya.

"Kita akan melanjutkan pembicaraan tentang kerja sama kita kemarin kan, Pak?" Antonio Daraga, orang yang duduk di hadapan Johan berbicara dengan santai sambil menyesap teh hangat yang dipesannya.

Iya, Antonio adalah orang yang sama, yang Johan temui beberapa hari lalu di kantornya untuk membicarakan kerja sama mereka. 

Daraga's Health Group atau yang biasa disingkat DHG, itulah nama perusahaan yang dilakoni oleh Anto, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan alat-alat kesehatan. 

DHG merupakan salah satu perusahaan yang cukup besar di Indonesia, banyak rumah sakit atau perusahaan di bidang kesehatan yang ingin bekerjasama dengan DHG, termasuk perusahaan Johan yang berjalan di bidang asuransi kesehatan dan juga memiliki yayasan rumah sakit milik keluarga Adibrata.

"Saya memutuskan untuk menanam saham di perusahaan Anda, Pak," ucap Anto tiba-tiba.

Johan cukup terkejut karena dalam pembicaraan mereka sebelumnya dan dari perjanjian mereka, perusahaan Anto hanya akan menyuplai berbagai alat kesehatan ke semua rumah sakit yang berada di bawah yayasan Adibrata's Group, tidak dengan menanam saham juga.

"Bagaimana?" tanya Anto karena Johan tidak membalas perkataannya.

Dengan senyum tipis ala Johan, pria itu pun menegakkan badannya sebelum menjawab, "Tidak perlu repot-repot Anda menanam saham di perusahaan saya. Yayasan rumah sakit saya hanya butuh peralatan kesehatan yang berkualitas dari perusahaan Anda, Pak Anto. Kita lakukan kerja sama kita sesuai dengan perjanjian awal."

Anto tersenyum sinis. "Baiklah kalau begitu. Ah ... saya lupa, saya ingin mengundang Anda beserta keluarga untuk makan malam di rumah saya."

"Dalam rangka?" tanya Johan.

"Hanya makan malam biasa, untuk merayakan kerja sama kita, mungkin?"

Tidak ada niatan untuk menolak Johan pun menyetujui ajakan Anto.

***

"Shoot!" Jason berteriak begitu Haiden siap melemparkan bola basket tepat di titik three point.

"Masuk coyy!" Rendra yang berada di pinggir lapangan pun bersorak kegirangan, begitu juha dengan Jason.

Saat ini Haiden, Jason, Rendra, dan juga Nathan sedang berada di halaman belakang rumah mereka yang disulap menjadi lapangan basket kecil.

"Keren banget emang lo, Den," ucap Rendra sambil bertepuk tangan dan berjalan menghampiri Haiden yang masih berada di tengah lapang.

Jason yang berdiri di samping Haiden tersenyum bangga. "Siapa dulu dong pelatihnya? Gue!" ucap Jason dengan bangga sambil merangkul Haiden.

"Iya deh si paling pelatih," ujar Rendra dengan nada mengejek.

Haiden dan Jason terkekeh, sedangkan Nathan yang sejak tadi hanya memerhatikan ketiga saudaranya itu hanya mendengkus.

HAIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang