Jangan lupa vote dan komen, ya!
Happy Reading
***
Dengan langkah tertatih Haiden menaiki setiap anak tangga menuju kamarnya. Sesekali ia meringis karena merasakan perutnya nyeri, tadi Dave sempat menendang perutnya lumayan keras.
Akhirnya setelah perjuangan yang begitu berat dengan kondisi Haiden, remaja laki-laki itu pun sampai di kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya, melangkah masuk, menutup kembali pintunya, lalu terduduk lemas di balik pintu.
"Sshhh ... sakit banget," gumam Haiden sambil memegang perutnya.
Ini bukan pertama kali bagi Haiden mendapati tubuhnya yang babak belur, dulu saat diserang oleh para preman pun Haiden pernah merasakannya. Namun, entah mengapa hanya dipukuli oleh satu orang saja rasanya lebih sakit.
Pukulan Dave memang luar biasa, Haiden dibuat sakit fisik dan juga batinnya. Haiden tidak pernah menyangka bahwa kakak kandungnya itu akan melukai dirinya hanya karena ia terlambat mengembalikan motor milik kakaknya itu.
Haiden merogoh ponsel yang berada di saku celananya. Rasanya ia ingin mengadu kepada Jason, Rendra, Nathan, dan kedua orang tua angkatnya, tetapi niatnya ia urungkan karena nomor mereka sudah tidak berada di ponsel Haiden, tentu saja itu ulah Anto.
Entah mengapa Anto tidak suka Haiden berhubungan dengan keluarga angkatnya itu, padahal Haiden sangat merindukan mereka.
Dan sore hari ditemani kicauan burung di luar sana, setetes air mata jatuh di kedua mata Haiden.
***
"Kalau lo ketemu sama Nathan di sekolah terus dia nanya kenapa lo babak belur, bilang aja lo diserang preman," ucap Dave yang berjalan di samping Haiden.
Hari ini Haiden dan Dave memang akan berangkat ke sekolah, tetapi mereka tidak berangkat bersama-sama karena Dave akan menaiki kendaraannya sendiri dan Haiden akan menaiki angkutan umum.
Pasti banyak pertanyaan mengapa mereka tidak berangkat bersama saja, jawabannya Dave tidak mau pergi bersama dengan Haiden dan Anto tidak memfasilitasi kendaraan pribadi untuk Haiden, maka dari itu Haiden memilih untuk pergi menggunakan angkutan umum. Anto sendiri juga tidak mau repot-repot mengantarkan Haiden ke sekolah, ia terlalu cuek dengan Haiden.
Haiden hanya mengangguk menuruti perkataan Dave. Dalam hati ia berdoa semoga saja ia tidak bertemu dengan Nathan, ia tidak mau membuat Nathan khawatir meskipun Haiden tidak yakin apakah Nathan akan mengkhawatirkan dirinya atau tidak.
Brrumm ... bruumm.
Setelah memanaskan motornya sebentar, Dave pun melajukan motornya begitu saja tanpa melirik lagi ke arah Haiden yang masih berada di halaman rumah.
"Haiden berangkat, Pak," ucap Haiden berpamitan pada seorang penjaga yang berada di depan gerbang rumah kedua orang tuanya.
Orang itu terenyuh mendengar suara Haiden yang ramah tak lupa dengan senyumnya. Belasan tahun ia mengabdi di keluarga Daraga, baru kali ini ia menerima ucapan dan senyuman tulus dari tuannya.
"Iya, Den, hati-hati di jalan," ucap penjaga tersebut membalas senyum Haiden.
"Den Haiden memang beda dari den Dave," ucap penjaga tersebut, mari kita panggil dia pak Jojo.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIDEN
FanfictionTerkadang Haiden merasa nasibnya selalu tidak beruntung, mulai dari dirinya yang hidup sebatang kara sampai dia sendiri pun tidak tahu dari mana ia berasal. Hingga akhirnya ia bertemu dengan keluarga yang sangat kaya raya dan ingin mengangkatnya seb...