Jangan lupa vote, ya!
Happy Reading
***
Sepulang sekolah hari ini Haiden tidak langsung pergi ke tempatnya bekerja, pemilik warung mengatakan ia haru menutup warungnya dikarenakan ia harus pergi ke luar kota untuk menengok orang tuanya yang sedang sakit.
Haiden menghela napas, jika tempatnya itu tutup ia tidak bisa mendapatkan uang untuk hari ini, bahkan Haiden pun tidak tahu sampai kapan warung nasi itu tutup, sang pemilik warung tidak mengatakannya.
Saat ini Haiden sedang menyusuri jalan di pinggiran kota, ia berniat untuk mencari pekerjaan lain, mungkin saja ia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik untuk menambah penghasilannya.
Namun, sudah hampir 2 jam ia berjalan, Haiden sama sekali belum menemukan tempat kerja yang mau menerimanya. Rata-rata tempat yang ia datangi membuka lowongan pekerjaan untuk orang berpendidikan minimal SMA/K, yang artinya harus sudah lulus sekolah sementara Haiden masih sekolah.
Sambil beristirahat Haiden memilih duduk di depan sebuah minimarket yang menyediakan tempat duduk khusus pelanggannya, Haiden juga sempat membeli air mineral tadi di mini market tersebut.
"Hahh ... harus cari ke mana lagi?" tanyanya bermonolog.
Haiden mengeluarkan sebuah ponsel jadul dari dalam saku celananya, melirik jam yang ada di ponsel itu menunjukkan pukul 5 sore.
Sebenarnya Haiden masih punya uang simpanan untuk beberapa hari ke depan karena memang setiap mendapat upah lebih Haiden pasti menabungnya, tetapi Haiden juga lama-lama merasa kurang hanya dengan bekerja di warung nasi yang tidak terlalu besar itu. Haiden butuh pekerjaan sampinga lagi karena semakin dewasa dirinya, semakin banyak juga pengeluaran yang ia butuhkan.
"Kamu yang waktu menolong saya, 'kan?"
Pertanyaan seseorang membuat Haiden menolak, ia yakin orang itu berbicara dengannya karena orang itu berdiri di samping tempat duduk Haiden.
Haiden langsung berdiri ketika melihat wajah yang sempat dikenalnya. Iya, orang itu adalah orang yang pernah ditolongnya beberapa hari lalu, ia tak menyangka bisa bertemu dengan pria itu lagi.
"Ah iya, Pak," jawab Haiden sambil tersenyum dan membungkuk sekilas.
"Duduk lagi." Johan, orang yang pernah ditolong oleh Haiden itu mempersilakan Haiden untuk duduk kembali, dan ia pun duduk di hadapan Haiden.
Sekarang posisi Haiden dan Johan saling berhadapan, jarak mereka hanya dipisahkan oleh sebuah meja bundar.
"Saya minta maaf, pertemuan pertama kita kurang baik. Saya sempat berkata dengan nada dingin ke kamu," ucap Johan memulai pembicaraan.
Johan memang masib ingat, pertemuan pertamanya dengan Haiden tidak mengenakan.
Haiden tersenyum tipis. "Gak apa-apa, Pak," ucapnya dengan tangan yang memainkan botol air mineral miliknya.
"Saya Johan. Waktu itu saya belum memperkenalkan diri, 'kan?" Johan menyodorkan tangannya ke hadapan Haiden dan disambut oleh Haiden.
Setelah berjabat tangan beberapa detik untuk memperkenalkan diri, Johan pun melepaskan jabatan tangannya.
"Saya benar-benar berterima kasih sama kamu, karena kalau gak ada kamu saya juga gak tau haris gimana malam itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIDEN
FanfictionTerkadang Haiden merasa nasibnya selalu tidak beruntung, mulai dari dirinya yang hidup sebatang kara sampai dia sendiri pun tidak tahu dari mana ia berasal. Hingga akhirnya ia bertemu dengan keluarga yang sangat kaya raya dan ingin mengangkatnya seb...