39. Bohong

2.9K 301 21
                                    

Hallo, jangan lupa vote dan komentarnya, yaa!

Happy Reading

***

Selama kegiatan belajar dan mengajar berlangsung, Haiden mencoba untuk selalu fokus ke depan, mendengarkan penjelasan guru sementara punggungnya terasa panas karena seseorang tak henti menatapnya sejak tadi dari belakang sana.

Ingin rasanya Haiden membalikkan badan untuk membalas tatapan orang itu, tetapi tidak bisa. Lehernya terasa berat saat akan digunakan untuk menoleh ke belakang.

Sampai akhirnya jam istirahat pun berbunyi, membuat seorang guru di depan sana berhenti menjelaskan materi dan membuat para murid bersorak kegirangan.

Rencananya Haiden akan pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang terasa lapar, tetapi seseorang lebih dulu berdiri di samping mejanya. Dengan terpaksa Haiden menoleh dan menatap seseorang tersebut.

"Na--Nathan," gumam Haiden saat tahu siapa orang yang berdiri di samping mejanya.

Iya, Haiden dan Nathan saat ini berada di satu sekolah bahkan di kelas yang sama. Ingat jika Nathan dan Dave sejak awal memang satu sekolah? Otomatis Haiden juga berada di sekolah yang sama atas perintah Anto.

"Kenapa lo ada di sini?" tanya Nathan dengan raut wajah yang datar.

Tidak ada yang berubah dari sikap Nathan terhadap Haiden dari awal cerita ini, Nathan masih terus bersikap cuek dan selalu memasang ekspresi datar ketika bersama Haiden.

Namun, ada yang berbeda kali ini, tatapan Nathan seperti ada yang beda setelah Haiden menatap kedua bola mata itu, tetapi Haiden tidak tahu dan tidak mengerti arti tatapan itu.

"Nath, dia yang pernah lo ceritain itu? Yang lo bilang jadi saudara lo?" tanya Attala yang sejak tadi memang berdiri di samping Nathan, begitu juga dengan Evan. Mereka bertiga memang paket lengkap, selalu bersama.

Nathan memang pernah menceritakan kepada Attala dan Evan tentang Haiden, jadi tidak heran jika baru saja Attala bertanya seperti tadi.

"Ikut gue," ucap Nathan sambil menarik tangan Haiden dengan paksa tanpa mau menjawab pertanyaan Attala.

"Ta, kita harus ikutin mereka, si Nathan kayak mau marah," ucap Evan menyadari ekspresi yang Nathan tunjukkan tadi. Dengan begitu Attala dan Evan pun mengikuti langkah Nathan yang membawa Haiden.

***

Di sinilah Nathan dan Haiden berada, di sebuah taman samping sekolah yang tidak banyak siswa-siswi mengunjuginya.

Nathan pun melepas cekalan tangannya pada lengan Haiden. Ia pun menatap Haiden dari atas kepala sampai kaki, begitu pun sebaliknya hingga tatapannya kali ini tertuju ke arah dua mata Haiden.

Haiden yang ditatap seperti itu merasa risih. "Ke--kenapa?"

"Kenapa muka lo babak belur gitu?" tanya Nathan tiba-tiba, meskipun remaja laki-laki itu bertanya dengan wajah yang datar, tetapi tidak bisa dipungkiri tatapan matanya terlihat khawatir. Iya, Haiden baru menyadari jika tatapan yang dilayangkan untuknya sejak pertemuan mereka di awal tadi adalah tatapan khawatir.

"Mereka ngelakuin apa sama lo?"

Deg.

Seperti ada sesuatu yang menghantam tepat di dada Haiden. Kenapa Nathan bisa bertanya seperti itu? Haiden tahu siapa 'mereka' yang di maksud oleh Nathan.

HAIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang