Jangan lupa vote, ya!
Happy Reading
***
Haiden terduduk di pinggir ranjang rumah sakit. Hari ini Haiden memang sudah boleh pulang, setelah cairan infusnya hampir habis. Ia pun melirik ke arah di mana cairan infusnya berada, sebentar lagi jarum yang ada di tangannya itu akan terlepas, membuat Haiden bisa bergerak bebas kembali.
"Umur lo berapa?"
Suara seseorang membuat Haiden mengalihkan pandangannya. Tatapannya kini terarah kepada Nathan yang duduk di sofa ruangan rawat inapnya itu.
Setelah mendapat tawaran untuk menjadi anggota keluarga Adibrata yang baru dan Haiden setuju, sekarang kedua pasangan suami-istri itu izin keluar dari ruangan Haiden katanya akan mengurus semua administrasi Haiden selama di rumah sakit, sementara Jason dan Rendra sedang membeli minuman di luar.
Tinggalah Nathan yang sengaja tidak mengikuti kedua orang tua dan kedua kakaknya, ia ingin berdua bersama Haiden karena ada beberapa pembicaraan yang akan Nathan sampaikan kepada Haiden.
"16 tahun," jawab Haiden.
Nathan mengangguk. "Kita seumuran, bulan lahir lo?"
Sebenarnya Haiden agak heran dengan semua pertanyaan yang ditanyakan Nathan, tetapi Haiden tetap menjawab, "Kata nenek gue bulan Juni."
Kali ini Nathan menautkan kedua alisnya. "Kata nenek lo? Jadi lo gak tau pasti bulan lahir lo sendiri?"
"Gimana gue mau tau kalau gue aja ditemuin sama nenek gue," jawab Haiden sambil terkekeh.
"Maksudnya lo--"
"Iya, gue ditelantarin sama orang tua gue dan beruntung nenek nemuin gue."
Baiklah sesaat Nathan merasa iba mendengar cerita Haiden. Ia pun menggelengkan kepalanya. Tidak, Nathan tidak boleh merasa iba, yang terpenting saat ini Nathan harus memperingati Haiden agar tidak merebut kasih sayang kedua orang tuanya dan juga kakaknya.
"Gak penting deh lo anak yang ditelantarin atau bukan. Ternyata lo lebih muda dari segi bulan daripada gue."
Nathan berdiri dari duduknya, memasukkan kedua tangan ke dalam kantung celananya, lalu berjalan mendekati Haiden.
"Asal lo tau, gue itu gak pernah mau punya adek, tau kenapa?"
Haiden hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Karena gue gak mau Ayah dan Bunda lebih sayang ke adek gue, maka dari itu selama ini gue gak mau punya adek, dan lo muncul begitu aja di hadapan keluarga gue dan nerima tawaran buat masuk ke keluarga gue."
Feeling Haiden mengatakan jika Nathan tidak suka akan kehadiran dirinya apa lagi ia akan menjadi anggota baru di keluarga Nathan.
"Gue gak tau motif lo apa dengan secara kebetulan kenal sama Ayah, bang Jason, dan bang Rendra. Entah di sengaja atau emang lo ada maksud lain."
Buru-buru Haiden menyela perkataan Nathan yang semakin melantur, "Itu murni karena kebetulan aja, Nath. Kalau sama bang Jason gue emang udah agak lama kenal, dia pelatih basket di sekolah gue. Kalau sama bokap lo dan bang Rendra itu bener-bener kebetulan."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIDEN
Hayran KurguTerkadang Haiden merasa nasibnya selalu tidak beruntung, mulai dari dirinya yang hidup sebatang kara sampai dia sendiri pun tidak tahu dari mana ia berasal. Hingga akhirnya ia bertemu dengan keluarga yang sangat kaya raya dan ingin mengangkatnya seb...