27. Siapa?

3.5K 359 20
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya!

Happy Reading

***

Haiden keluar dari gerbang sekolah bersama Eza di sampingnya, mereka berjalan sambil sesekali tertawa karena pembicaraan yang menurut mereka lucu.

Saking serunya Haiden dan Eza tertawa mereka sampai tidak sadar jika mereka sejak tadi dipantau oleh seseorang yang berada di dalam mobil berwarna hitam. Keberadaan mobil tersebut tidak jauh dari posisi Haiden dan Eza sekarang.

"Lo yakin gak mau gue anter aja?" tanya Eza begitu sebuah mobil milik orang tuanya menghampiri mereka berdua.

"Enggak, Za. Udah sana lo balik!" Haiden mendorong pelan tubuh sahabatnya itu agar segera masuk ke mobil.

Hari ini Eza memang dijemput oleh orang tuanya, katanya setelah pulang sekolah ini Eza akan langsung pergi ke rumah neneknya yang sedang sakit.

"Ya udah, lo hati-hati pulangnya. Gue duluan, ya," ucap Eza sebelum ia memasuki mobil.

Setelah itu mobil milik keluarga Eza pun melaju setelah Eza melambaikan tangan ke arah Haiden dari balik jendela mobil, Haiden pun sempat bertegur sapa dengan kedua orang tua Eza.

Saat ini Haiden sendirian berdiam diri di halte depan sekolah, ia juga sedang menunggu jemputan. Tadi pagi Jason berjanji akan menjemput Haiden.

"Haduh hari ini panas banget."

Perkataan seseorang tersebut berhasil menyita perhatian Haiden yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya. Remaja laki-laki dengan seragam sekolahnya itu pun menoleh ke arah kanan. Di sana Haiden melihat seorang wanita dengan pakaian glamour, sedang duduk sambil mengipas-ngipaskan tangan ke wajahnya.

Wanita itu terlihat seperti orang berada jika dilihat, dari ujung kepala sampai ujung kakinya terlihat sangat mahal.

Pertanyaan Haiden tumben sekali ada orang kaya yang dengan rela duduk di halte, padahal biasanya orang kaya seperti itu tidak akan rela melakukan hal seperti wanita itu.

Haiden menggidikan bahu ia tidak peduli, lalu kembali mengalihkan perhatian ke arah ponselnya.

"Ck! Pake mati segala lagi nih HP!" gerutu wanita itu yang lagi-lagi didengar oleh Haiden. Namun, kali ini Haiden tidak menoleh sama sekali.

Wanita cantik itu pun berdehem, lalu mendekati Haiden yang masih asik dengan ponselnya.

"Permisi, Dek," panggil wanita itu.

Haiden mengangkat kepalanya, ia menelusuri keadaan halte tempat ia duduk. Tidak ada orang lain selain dirinya dan juga wanita itu, sudah jelas pasti wanita itu berbicara dengan dirinya.

"Iya, Tante?" tanya Haiden berusaha untuk ramah. Dan Haiden tidak salah bukan jika ia memanggil wanita itu tante? Karena jika dilihat dari wajahnya wanita itu seperti seumuran dengan Agatha.

Wanita itu tersenyum saat Haiden menatapnya. "Maaf kalau Tante lancang. Apa boleh Tante pinjem ponsel kamu? Tante mau hubungi suami Tante."

Melihat raut wajah wanita itu yang memohon membuat Haiden iba, ia juga tadi sempat mendengar jika ponsel wanita itu mati, mungkin kehabisan daya.

Tanpa ragu Haiden pun memberikan ponsel miliknya.

"Terima kasih, Tante pinjam dulu sebentar, ya." Haiden mengangguk, lalu wanita itu sedikit menjauh dari Haiden setelah mengetikan beberapa angka pada ponsel Haiden dan menempelkan ponsel itu ke telinganya, seakan ia sedang menghubungi seseorang.

HAIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang