49. Keluarga

5.5K 383 39
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya!

Happy Reading

***

Haiden menatap semua orang yang berada di ruangannya dengan bingung karena mereka semua menatap Haiden dengan mata yang berbinar-binar, membuat Haiden jadi gugup juga.

Saat ini di ruangan Haiden ada Johan dan Jason yang sejak tadi menemaninya, lalu ada Agatha, Nathan, dan Rendra yang baru saja datang beberapa menit yang lalu.

Ah ... ralat, tidak semua orang, ada satu orang yang sejak tadi menatap Haiden dengan malu-malu, ketika Haiden menatap ke arah orang itu, ia malah membuang muka dan merasa kepergok karena sudah menatap Haiden.

Haiden pun terkekeh karena menurutnya ekspresi orang itu sangatlah lucu.

"Iden kenapa kok tiba-tiba ketawa?" tanya Jason menyadari kekehan Haiden.

Jason jadi takut ada efek samping dari operasi yang dilakukan Haiden itu, seperti jadi agak ... stress, mungkin.

"Nathan, Bang, lucu banget," jawab Haiden.

Iya, orang yang sejak tadi menatap Haiden dengan malu-malu itu Nathan.

Nathan pun menatap bingung karena Haiden menyebutkan namanya.

"Apaan, sih?" tanya Nathan jutek dengan kedua pipi yang merona karena malu.

Rendra yang ada di sebelah Nathan pun menyenggol adiknya itu. "Ceilah, muka merah banget tuh. Minta maaf gih sama adeknya," bisik Rendra yang hanya bisa didengar oleh Nathan sendiri.

Nathan hanya berdehem pelan, ia juga ingin mengucapkan maaf pada Haiden karena perbuatannya selama ini dan Nathan ingin sekali memeluk Haiden, adik kembar yang ternyata keberadaannya selama ini tidak diketahui oleh dirinya. Maklum, Nathan ini gengsinya agak besar.

Agatha pun berjalan mendekati Haiden dengan senyum hangatnya, lalu ia berdiri di samping brankar yang Haiden tempati. Tangan Agatha terangkat untuk mengelus surai lebat milik Haiden.

"Gimana keadaan kamu, Sayang?" tanya Agatha, ia tak melunturkan senyumnya sama sekali.

Hati Haiden ikut menghangat melihat senyum yang ia rindukan itu ditambah dengan elusan lembut di kepalanya.

"Udah lebih baik, Bunda," jawab Haiden sambil tersenyum juga, tetapi detik berikutnya senyum itu hilang.

Ekspresi Haiden tak luput dari pandangan yang lain, membuat mereka penasaran.

"Kenapa, hmm?" tanya Johan yang berdiri di samping Agatha.

"Haiden masih boleh panggil Bunda sama Ayah?" tanya Haiden, menatap kedua orang tua itu. Haiden teringat jika kedua orang itu bukanlah juga orang tua kandungnya, sama seperti Anto dan Almira.

Memang, baik Johan ataupun yang lain belum memberitahukan Haiden tentang kebenaran bahwa ia anak kandung dari Johan dan Agatha.

Agatha semakin melebarkan senyumnya, ia agak membungkukkan badan untuk bisa mencium dahi Haiden. Sementara Haiden yang diperlakukan seperti itu terdiam kaku. Ada sesuatu yang melompat-lompat di dadanya, dan ciuman Agatha seperti obat penyembuh rindu yang selama ini Haiden rindukan.

HAIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang