15. HP Baru

4.4K 364 5
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya! 😉

Happy Reading


***

Haiden terbangun ketika sinar matahari yang muncul dari celah gorden menusuk matanya, ia mendudukan diri sambil menggesek matanya agar bisa terbuka dengan sempurna.

Tidurnya kali ini terasa sangat nyenyak dan nyaman. Selama 16 tahun hidup inilah pertama kalinya ia merasakan perasaan itu, biasanya Haiden tidak merasakan kenyenyakan dalam tidurnya, karena Haiden harus memikirkan hari esok.

Setelah melirik jam yang bertengger di atas nakasnya, Haiden pun segera bangkit untuk membersihkan dirinya dan bersiap untuk pergi ke sekolah.

Tidak membutuhkan waktu banyak bagi Haiden mempersiapkan diri. Setelah rapi dengan seragam lengkapnya, Haiden melangkah ke arah meja belajar untuk mengambil ransel sekolahnya. Matanya tidak sengaja melirik sebuah benda asing yang berada di atas meja tersebut, sebuah kotak berwarna hitam.

"Punya siapa?" tanya Haiden bermonolog.

Haiden tahu kotak itu berisi apa, kotak itu sama seperti kotak yang hampir pernah Jason berikan padanya. Ia bingung karena semalam setelah menggunakan meja belajarnya kotak itu belum ada di sana.

Haiden menghela napas, lalu melangkah ke arah pintu untuk keluar dari kamarnya dengan kotak berisi ponsel baru di tangannya.

Haiden langsung menghampiri keluarganya yang ternyata sudah berkumpul di meja makan.

"Pagi," sapa Haiden sambil tersenyum, dijawab juga dengan senyum kehangatan oleh kedua orang tua dan kedua kakaknya, sementara Nathan hanya meliriknya sekilas. Haiden sudah mulai terbiasa dengan sikap Nathan selama hampir seminggu ini ia tinggal di rumah Adibrata.

"Lama banget lo, yang lain udah nunggu dari tadi," ucap Nathan yang duduk di sisi kiri Haiden.

Keluarga Adibrata memang menganut kebiasaan bahwa seluruh anggota keluarga harus berkumpul dengan lengkap baru mereka akan mulai makan bersama.

"Maaf udah nunggu lama," kata Haiden, ia menjadi tidak enak membuat semua orang menunggunya.

"Gak apa-apa, Den. Udah yuk kita sarapan," ucap Agatha.

Setelah berdoa yang dipimpin oleh Johan sebagai kepala keluarga, mereka pun mulai memakan sarapan pagi ini.

Haiden melirik ke arah kotak ponsel yang ia letakan di atas pahanya. Ia akan membicarakan itu setelah selesai sarapan.

Kurang lebih 10 menit bagi mereka menghabiskan sarapan masing-masing, Haiden pun berdehem pelan setelah menghabiskan susu yang disediakan Agatha untuknya.

"Maaf, Haiden nemu HP ini di meja belajar." Akhirnya Haiden mengeluarkan kotak ponsel itu dari persembunyiannya dan ia letakkan di atas meja.

"Itu punya kamu, Haiden," ucap Johan, "dari Ayah," lanjutnya.

Baru saja Haiden ingin kembali membuka suara, Jason sudah memotongnya.

"Kali ini jangan ditolak, itu spesial dari Ayah buat kamu," ucap Jason seperti sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh Haiden.

"Ditolak? Emang siapa yang pernah ngasih HP ke Haiden?" tanya Agatha penasaran.

"Jason, Bun," jawab Jason.

"Ohh ... yang waktu itu lo minta anterin ke gue beli HP ternyata buat Haiden?" tanya Rendra pada Jason dan dijawab anggukan oleh Jason.

"Di HP itu udah Ayah setting, kontak kami semua udah disimpen di HP Haiden. Nanti kalau mau ditambah aplikasi atau kontak temen kamu bisa tambahin sendiri, ya," ucap Johan sambil menatap Haiden dengan lembut. Jika dilihat secara teliti tatapan itu memiliki arti yang sangat dalam.

HAIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang