Jangan lupa voten dan komen, ya!
Happy Reading
***
Setelah hampir seminggu di rumah sakit, akhirnya Haiden diperbolehkan untuk pulang.
Pulang, satu kata yang selama ini Haiden dambakan. Pulang yang sesungguhnya, dan kini Haiden memiliki tempat untuk pulang yang sesungguhnya setelah ia pernah kehilangan tempat untuk berpulangnya.
Pintu besar bercat putih di depannya pun terbuka dari dalam, menampilkan tiga orang yang berdiri sejajar. Tiga orang itu adalah Rendra, Jason, dan Nathan.
Haiden tersenyum melihatnya, tak disangka ternyata ketiga orang yang ada di hadapannya saat ini adalah saudara kandungnya.
Johan dan Agatha yang berada di belakang Haiden terkekeh geli melihat ketiga putranya itu. Pasalnya mereka berdiri berdampingan sambil mengucapkan 'selamat datang' bersamaan, dengan Jason yang membawa sebuah kue di kedua tangannya.
"Makasih abang-abang," ucap Haiden, jujur ia sangat senang mendapat sambutan dari ketiga saudaranya.
"Ayo potong kuenya, Nathan mau makan!" ujar Nathan dengan bersemangat. Sejak tadi Nathan memang mengincar kue bilat rasa cokelat itu, saking tidak sabarnya Nathan sempat mencolek krim kue yang berada di atas.
"Mau makan kue dulu atau langsung istirahat?" tanya Johan yang tentunya diajukan untuk Haiden.
Haiden mendongak menatap sang ayah yang lebih tinggi darinya. "Haiden mau makan kue dulu sama abang ya, Ayah."
Johan maunya Haiden langsung istirahat mengingat tubuh anak itu yang masih terasa lemas, bahkan jahitan bekas operasinya belum sepenuhnya mengering. Namun, melihat tatapan Haiden yang sepertinya ingin memakan kue dan melihat senyuman Haiden, Johan tidak bisa menolak.
"Ayo kita makan di taman belakang!" seru Haiden kegirangan, tanpa sadar ia melompat kecil sembari berjalan ke arah belakang rumah diikuti oleh Rendra, Jason, dan Nathan.
"Sayang, jangan lari-lari gitu. Bunda ngeri liatnya," ucap Agatha agak berteriak setelah melihat tingkah Haiden. Ia takut anak itu akan merasakan sakit lagi.
"Iya, Bunda," jawab Haiden sambil cengengesan.
Agatha dan Johan menggelengkan kepalanya. Ternyata sifat Haiden yang asli seperti itu, agak pecicilan padahal Haiden yang mereka kenal itu agak pendiam dan terlihat cool.
"Mirip kamu banget, Mas," gumam Agatha.
"Siapa?"
"Ya anak kamulah, siapa lagi?"
"Aku gak pernah pecicilan begitu, ya!"
Agatha memutar bola matanya malas, Johan selalu saja mengelak jika ia bukan sosok yang banyak tingkah. Aslinya Johan itu tengil dan jahil, tertutup saja dengan wajah tampannya yang selalu datar.
Setelah itu Agatha pun pergi menuju dapur untuk membuatkan minum setelah menaruh tas yang berisi pakaian Haiden selama berada di rumah sakit pada tempat pencucian. Sementara Johan sudah menyusul keempat putranya yang berada di halaman belakang rumahnya.
Begitu Johan sampai di halaman belakang, ia menganga melihat kelakuan keempat putranya.
Kue yang tadinya berbentuk bulat dan indah, sekarang sudah berubah bentuk. Entah apa yang dilakukan keempat putranya kepada sebuah kue tersebut hingga bentuknya sangat hancur, krim yang sudah meleber ke mana-mana dan remehan kue itu juga tersebar di rerumputan halaman. Mereka memang langsung duduk di atas rumput sintetis yang sengaja Johan buat di halaman belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAIDEN
FanfictionTerkadang Haiden merasa nasibnya selalu tidak beruntung, mulai dari dirinya yang hidup sebatang kara sampai dia sendiri pun tidak tahu dari mana ia berasal. Hingga akhirnya ia bertemu dengan keluarga yang sangat kaya raya dan ingin mengangkatnya seb...