41. Fakta(?)

3.5K 320 26
                                    

Jangan lupa vote dan komen, ya!!

Happy Reading

***

Seperti biasa setelah beristirahat semalam dan mempersiapkan diri untuk menjalankan aktivitas masing-masing, keluarga Adibrata akan melakukan sarapan lebih dulu. Johan selalau menanamkan pola hidup sehat untuk keluarganya, ia selalu mencetuskan bahwa mereka harus sarapan sebelum beraktivitas.

Dulu salah satu anaknya, Jason, sangat tidak suka yang namanya sarapan, tetapi Johan terus memaksanya dan menjadi kebiasaan sampai sekarang.

"Semalem kepala Nathan sakit," ucap Nathan membuka pembicaraan pagi itu.

Agatha langsung khawatir, takut anaknya itu sakit. "Loh, kenapa, Sayang? Sekarang masih sakit?"

Nathan menggeleng karena ia harus menelan roti yang dikunyahnya, lalu berkata, "Udah enggak kok, Bun. Sakitnya cuma sebentar, tapi sakit banget kayak ada orang yang pukul kepala Nathan."

J

ohan terdiam mendengar perkataan putra bungsunya itu, semalam ia juga merasakan perasaan mengganjal dalam hatinya. Yang jadi pertanyaan, apakah perasaannya malam itu ada hubungannya dengan Nathan yang tiba-tiba merasakan sakit kepala?

"Haiden," ujar Nathan lagi tiba-tiba membuat seluruh pasang mata yang ada di meja makan itu menatapnya kembali.

"Maksud kamu, Nath?" tanya Rendra, ia bingung kenapa adiknya itu tiba-tiba menyebutkan nama Haiden.

"Pas Nathan ngerasa sakit di kepala itu, gak tau kenapa aku keinget sama Haiden, Bang," jawab Nathan.

"Mas," gumam Agatha sambil menyentuh lengan suaminya itu.

Johan melirik ke arah Agatha lalu mengangguk, seakan ia sedang berbicara menggunakan telepati bersama istrinya karena Agatha sepertinya paham dengan anggukan dan tatapan Johan.

"Sudah, lebih baik kalian cepat habiskan sarapan kalian. Nanti terlambat," ujar Johan yang langsung dipatuhi ketiga putranya.

***

Lagi dan lagi, hari ini Haiden tidak masuk sekolah. Hal itu semakin menjadi pertanyaan dalam benak Nathan.

Jujur saja meskipun dulu ia pernah tak suka dengan kehadiran Haiden di rumahnya karena takut kasih sayang dan perhatian orang tuanya akan terbagi untuk anak yang bukan dari keluarga mereka. Namun, sekarang Nathan merasakan kehilangan, apa lagi setelah ia tidak bisa berkomunikasi atau bertatap muka lagi dengan Haiden.

"Kalian ada yang tau kenapa Haiden gak masuk?" tanya Nathan, tentunya kepada dua orang teman dekatnya.

Evan dan Attala yang tidak tahu pastinya menggeleng.

"Eh, Nadine. Lo tau kenapa Haiden gak masuk?" Kali ini Nathan bertanya kepada salah satu siswi yang menjabat sebagai sekertaris kelas, siswi itulah yang akan mencatat alasan murid tidak masuk kelas.

Nadine menggeleng. "Udah dua hari ini gak ada keterangan apa pun dari Haiden, Nath," jawab Nadine dengan jujur.

Entah mengapa perasaan Nathan semakin tidak enak mendengar perkataan Nadine. Ia merasa terjadi sesuatu pada Haiden.

Maka dari itu, Nathan menghampiri Dave setelah ia berada di kantin bersama dua temannya. Dave adalah satu-satunya orang yang pasti tahu keberadaan Haiden.

"Di mana Haiden?" tanya Nathan tiba-tiba saat ia berdiri di sisi meja yang ditempati oleh Dave bersama teman-temannya.

Dave hanya melirik sekilas ke arah Nathan, lalu tatapannya terarah ke segelas es teh yang ia pesan.

HAIDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang